Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

CATPER : BATAM - KL - PHUKET - KL - BATAM

Benckret
Benckret, pada 1 Feb. 2017, 5.53
di Blog

Bermula dari beberapa bulan kemaren, saya dan Ocit merencanakan jalan, traveling, atau backpacker bareng ke dua negara (Malaysia dan Thailand) dari Batam (Indonesia). Kebetulan posisi kami yang tidak begitu jauh dari ke dua negara tersebut, menjadikan itu alasan kami untuk melakukannya. Kami kerja di Batam dan sama-sama mendapatkan libur akhir tahun.
Kurs waktu kami menukar uang (Rupiah ke Ringgit dan Baht) di Batam, sebagai berikut :
Catatan :
RM 1 = Rp. 3000
1 Baht = Rp. 400

25 Desember 2017
04.00 WIB

Awal Natal ini, pagi sekali kami sudah siap menuju pelabuhan Batam Centre menggunakan taksi dengan biaya Rp25.000/ 2 orang. Setelah sholat subuh taksi datang dan kami langsung jalan. Di pelabuhan kami menemui antri yang cukup panjang mulai dari antri chek-in tiket (bayar Rp65000/orang) sampai antri masuk kapal, dan pada jam 06.30 WIB kapal Citra Ferry melsayakan perjalanan menuju Stulang Laut, Johor Bahru, Malaysia dengan waktu tempuh 2 jam. Sampai di pelabuhan Stulang Laut jam 09.00 Waktu Setempat (Johor Bahru). Waktu Malaysia duluan 1 jam dari WIB lo gaess. :p
Setelah melalui imigrasi setempat kami langsung menuju counter HP untuk membeli sim card dengan provider setempat (Digi) agar komunikasi selama perjalanan tetap lancar. Setelahnya kami langsung menuju terminal Larkin menggunakan taksi dengan harga RM 20/orang.

10.00 Waktu Setempat (Johor Bahru, Malaysia)
Setelah melewati beberapa calo (calo juga ada di Malaysia lo gaes :D) kami berhasil memasuki loket resmi Bus di terminal Larkin Johor Bahru dan membeli tiket menuju Kuala Lumpur dengan harga RM. 40/orang dengan durasi perjalanan 3 sampai 5 jam, tergantung kondisi dijalan seperti macet, Razia, dll begitu kata petugas yang kami tanya. Di sini kami membeli makanan dan air minum untuk bekal di perjalanan. Dan ternyata bus yang kami tumpangi juga menyediakan/memberi snack dan air minum dalam perjalanan lo.
Beda bus Malaysia dan Indonesia (sebagaian besar) dan yang pernah ane naiki tentu saja dengan kelas yang sama.
Bus Malaysia :
• Kursi dengan susunan 1 – 2, satu dikiri dan dua dikanan. Efeknya penumpang lebih nyaman karena space kursi dalam bus jadi longgar.
• Bus dengan perjalanan jauh terutama malam, menyediakan selimut bersih
• Tidak menemukan toilet dalam bus
Bus Indonesia :
• Kursi dengan susunan 2 – 2 bahkan ane pernah naikin yang 2 – 3. Efeknya penumpang sangat tidak nyaman karena space sempit dan kecil.
• Bus dengan perjalanan jauh dekat sama saja, tidak ada fasilitas penunjang untuk penumpang.
• Ada toilet
• Bagi bus ber AC (karena tidak semua bus Indonesia ber AC) menyediakan ruangan tidak ber AC, bisa digunakan untuk merokok bagi penumpang perokok.

15.00 Waktu Setempat (Kuala Lumpur, Malaysia)
Lebih kurang 5 jam perjalanan kami sampai di Terminal Bersepadu Selatan (TBS) Kuala Lumpur, disambut hujan dan petir yang menggelegar kami berlarian ke dalam terminal yang baru dan megah ini. Saya menyukai terminal ini, sepengetahuan saya belum ada terminal sebagus, nyaman, dan teratur ini di Indonesia, saya rasa ini perlu, mengingat warga Indonesia yang sangat membutuhkan transportasi darat (Bus dll).
Sebelum Oom saya datang menjeput untuk dibawa kerumahnya (transit), kami jalan-jalan dan melihat-lihat kondisi terminal ini, sekalian membeli cemilan lokal tentu saja.

18.00 Waktu Setempat (Kuala Lumpur, Malaysia)
Kami jalan-jalan ke KLCC atau menara kembar yang cukup terkenal di Malaysia dan dunia bersama keluarga saudarsaya. Melihat-lihat lokasi sekitar dan masuk di Mall persis dikakinya, kata Oomku cuma waktu-waktu tertentu dibuka buat umum untuk bisa naik ke atas dan masuk dalam Menara, seperti keratin di Yogyakarta saja. Hehehee…

26 Desember 2016
22.00 Waktu Setempat (kuala lumpur, Malaysia)

Setelah seharian istirahat dirumah saudara di daerah Batu Sembilan, Selangor, Malaysia akhirnya kami diantar ke TBS kembali untuk melnjutkan perjalan ke Hatyai (Thailand) menggunakan bus malam City Express dari TBS dengan harga RM. 55/orang. Lebih kurang 7 sampai 8 jam perjalanan kesana.
Bus dari TBS ke Hatyai dari informasi yang saya dapat dari petugas loket banyak lo gaes, bermacam merek dan jenis bus, jadi untuk ke Hatyai dari sini gak usah terlalu cemas tidak kebagian bus, hehe…
Bus yang kami naiki bagus dan nyaman, bertingkat dan berselimut. Kursinya 1-2, satu dikiri dan 2 dikanan. Belum pernah lihat struktur kursi bus begini di Indonesia, setahu saya sih 2-2 atau 2-3.wkwkwk
Sebelum memasuki kota Hat yai Thailand kami harus melewati dua kali imigrasi, pertama imigrasi Malaysia yang cukup teratur dan imigrasi Thailand yang kurang teratur diperbatasan Malaysia Thailand. Disini kita bisa membedakan bagaimana pemerintah kedua negara melayani turis atau warganya yang ingin masuk/keluar negara.
Imigrasi Tahiland di sini kurang teratur, terlihat banyaknya kendaraan yang parkir dimana-mana dengan posisi berantakan, mulai Bus, Truk, Kontainer, Minibus, pick up, sedan, dan mobil-mobil pribadi sejenisnya, sangat berbeda dengan apa yang kami lihat di imigrasi Malaysia.

27 Desember 2016
08.00 Waktu Setempat (Hatyai, Thailand)

Kami sampai di kota Hatyai Thailand. Dan dari sini akan melanjutkan kembali perjalanan via bus ke Phuket. Kami diberhentikan di loket bus. Disini bus Hatyai – Phuket dijual seharga 400 Baht/orang. Setelah sarapan, bersih-bersih, dan sebagainya di loket tersebut, kami dijemput oleh tuk-tuk (transportasi umum khas Thailand) untuk dibawa ke tempat loket bus khusus menuju Phuket. Pada jam 09.30 Waktu Setempat bus menuju Phuket pun jalan.
Catatan kedua : selama memasuki negara tetangga (Malaysia dan Thailand), schedule bus yang saya tumpangi tidak pernah delay/terlambat melewati 20 menit (entah kebetulan atau tidak). Beda ketika saya naik bus lintas Sumatera – Jawa yang sudah biasa delay melebihi dua jam.
Perjalanan dari Hatyai ke Phuket agak membosankan, selain karena bus yang tidak sebagus bus TBS – Hatyai juga karena jalan dan pemandangan yang biasa-biasa saja. Seperti jalan-jalan penghubung antar kota di Sumatera yang sering saya lalui waktu kuliah dulu. Tidak ada bangunan tinggi, tidak ada jalan mulus dan lebar, tidak ada mobil-mobil mewah nan mahal yang menghiasi jalanan, cuma jalan dua jalur dengan pemandangan kebun karet, sawah, bukit-bukit, dan rumah-rumah semen standar (umumnya di desa-desa Indonesia) yang dilengkapi sekali-kali dengan tempat sembahyang (hindu) didepannya. Uniknya mayoritas mobil disepanjang Hatyai-Phuket adalah mobil jenis pick up mewah yang punya dua pintu dan bak dibelakangnya, entah apa alasannya, seperti mobil dengan merek Mitsubishi Triton, Strada, Toyota Hilux, dan sejenisnya.
Dalam perjalanan ke Phuket bus berhenti sekali untuk sitirahat, makan, dan ke toilet di Krabi, Thailand. Di sini kita masih mudah menjumpai makanan halal, bahkan waktu mau amsuk warungpun petugasnya suda mengarahkan kita ke makananan halal, mungkin karena saya bareng wanita berjilbab, dan penjualnya pun memakai jilbab/kerudung dan beragama islam (sepertinya), ada dua tempat pengambilan makan, halal dan non halal. Seperti informasi yang saya dapat, daerah-daerah Thailand yang masih berdekatan dengan Malaysia penduduknya banyak yang muslim, sangat berbeda dengan daerah-daerah bagian yang lainnya yang mayoritas beragama hindu.
Diperjalanan kami menemui Razia dari polisi setempat. Mungkin karena Phuket merupakan kota wisata jadi setiap mobil (terutama bus) yang mau masuk diperiksa oleh petugas setempat. dan satu orang sempat mencek isi dalam kantong plasik yang saya bawa, isinya bekal makanan perjalanan.

16.00 Waktu Setempat (Phuket, Thailand)
Setelah menempuh kurang lebih tujuh jam perjalanan, kami sampai di terminal Phuket, Thailand. Terminalnya biasa saja, disini kita sudah mulai melihat wajah-wajah asing (turis) seperti bule kulit putih, negro, Arab, dan India. Dan Karena kondisi yang sudah mulai lemas, saya dan Ocit memutuskan untuk menaiki taksi saja menuju tempat hostel di Patong beach (Dreams and geasthouse Patong) dengan harga 450baht/dua orang agar bisa segera sampai hostel dan istirahat. Kalua dari info yang saya baca di medsos/blog, sebenarnya ada transportasi umum yang lebih murah (tidak sampai 100 baht/orang) ke Patong seperti bus kota atau Tuk-Tuk.

18.30 Waktu Setempat (Patong, Phuket, Thailand)
Selama di sini (Phuket), kami menginap di salah satu hostel backpacker murah di pinggiran kota, Dreams and geasthouse Patong. Tempatnya bersih, aman, dan nyaman, plus petugasnya sangat amat membantu. Saya tau tempat ini dari rekomendasi beberapa aplikasi handphone dan membokingnya jauh hari sebelum kami kesini selama tiga malam.
Setalah beres-beres, istirahat sejenak, mandi, dan sebagainya, kami memutuskan untuk jalan-jalan malam di kota Patong (ke Bangla Road). Setelah tanya-tanya dengan petugas hostel dan kami diberi map/peta kota Patong, akhirnya kami memutuskan untuk jalan kaki saja, mengingat tidak cukup jauh dan sedikit was-was kalau keluar menggunakan motor sewaan karena jika tidak beruntung bisa terkena razia polisi lokal dengan tarif yang cukup mahal kata petugas hostelnya.hehee
“Biaya motor perhari di Patong 250 baht, jika kena tilang kemungkinan 4000baht”

20.00 Waktu Setempat (Patong, Phuket, Thailand)
Sampailah kami di Bangla Road, Patong Beach. Gileeee…. Bangla Road adalah nama jalan dimana sekelilingnya dipenuhi oleh bar, club malam, pub, diskotik, dan sejenisnya. Bukan hanya sebatas itu gaes, tapi kalua sudah malam, beberapa pegawai pub akan berdiri didepan warung mereka masing dan menawari turis untuk masuk ke pub mereka dengan menjelaskan apa saja yang ada didalamnya serta ada juga lady boy yang super seksi (kalua tidak jeli melihat, persis kayak wanita tulen.hehe) menawari foto bareng (100baht/1x foto) dan yang lebih gile lagi ada yang menawarkan show sex gaes, semacam nonbar live adegan sex gitu.wkwkwkkwk… Ini benar-benar kawasan wisata bagi laki-laki gaes,wkwkwkwk…
Selain itu disepanjang Bangla Road kita juga dapat menemukan berbagai souvenir khas Phuket seperti kaos, gelang, kalung, gantungan kunci, pashmina (multi fungsi), dan pernak-pernik khas Phuket, ada yang lucu, unik, aneh, dan saru.
Menurut saya kawasan Patong Beach secara geografis tidak jauh berbeda dengan Kuta, Bali, Indonesia. Sebelas dua belas deh kata orang sekarang. Pantai dan tatanan kotanya mirip, sampai cara bule memperlsayakannya juga hampir sama seperti berpakaian setengah telanjang mondar-mandir kesana kemari. Bedanya mungkin Patong Beach bulenya agak sedikit variatif (kulit putih, negro, China, india, dan serta orang timur (Arab cs) ketimbang bali yang didominasi bule kulit putih dan China. Tetapi Patong Beach tidak ada spot surfing sama sekali cuma pantai dengan ombak yang relatif kecil.

23.30 Waktu Setempat (Patong, Phuket, Thailand)
Setelah membeli beberapa cendera mata serta makan malam dan berkeliling Patong Beach, Bagla Road, dan sekitarnya, saya dan Ocit memutuskan untuk pulang ke hostel dan istirahat, mengingat besok jam 08.00 Waktu Setempat kami akan pergi ke pulau Phi-phi dengan paket wisata yang paling murah yang kami tau seharga 900 Baht/orang.

28 Desember 2016
08.00 Waktu Setempat (Patong, Phuket, Thailand)

Bangun pagi sekali dan bersiap-siap dijemput oleh paket wisata yang akan mengantarkan kami ke pulau Phi-phi, pulau yang makin terkenal sejak difilmkan oleh Leonardo Di Caprio ditahun 2000 dengan judul “The Beach”. Karena memang kami hanya memakai paket yang paling murah jadi waktu banyak dihabiskan dikapal/perjalanan saja. Ke pulau Phi-phi membutukan waktu kurang lebih 2 jam dari pelabuhan paket wisata kami di Phuket, kami naik big boat dengan penumpang kurang lebih 50 sampai 100an orang.
Pulau Phi-phi, pulau Monyet, dan pulau Maya (tempat kami makan siang) dan melihat pemandangan pantai yang menawan, di pulau Maya terdapat monument penghormatan bencana tsunami Aceh 14 tahun silam, yang mana beberapa warga dan turis disini ada yang jadi korban.
Kepulauan Phi-phi memang sangat menyejukkan mata, air yang biru jernih, dan pulau yang didominasi batu-batu besar yang menarik untuk dilihat, serta banyaknya speedboat-speedboat turis yang berlalu lalang disana.

18.00 Waktu Setempat (Patong, Phuket, Thailand)
Kami sampai kembali ke hostel, merasa capek dan pegal, setelah makan malam di warung makan halal sekitar hostel kami memutuskan malam ini untuk istirahat saja karena besok masih ada perjalanan panjang lainnya.
Perlu diingat : makanan Halal agak susah lo gaes nyarinya di Patong ini, mungkin warung yang jual makanan halal di sini bisa diitung pakai jari tangan,hehhe.. nah kebetulan dekat hostel kami ada Mesjid yang cukup gede di Patong, dan disekitarnya banyak warung makan halal.

29 Desember 2016
08.00 Waktu Setempat (Patong, Phuket, Thailand)

Setelah mandi dan beres kami keluar dari hostel menuju Patongbeach/Bangla Road (jalan kaki tentu saja) selain mencari souvenir untuk keluarga dan teman masing-masing kami juga berencana menemui salah satu kenalan orang Indonesia yang butuh teman untuk keliling-keliling kota Patong, namanya Ganda, asal Tangerang. Sebelumnya kami bertemu pas malam pertama keliling Patongbeach, kebetulan kami minta tolong untuk memfotokan, eh ternyata dia orang Indonesia, jadinya kenalan dan rencana ketemuan lagi.hehe.. di sini tidak begitu susah menemukan turis Indonesia, beberapa kali saya mendengarkan orang ngobrol pakai bahasa Indonesia.

22.00 Waktu Setempat (Patong, Phuket, Thailand)
Seharian penuh kami berkeliling mencari souvenir-souvenir menarik khas kota ini. Hujan badai pun menghampiri. Setelah makan malam kami berpisah untuk kembali ke hostel masing-masing. Dimalam terakhir di Patong ini kami tidur lebih awal agar tenaga kembali full untuk tujuan selanjutnya yaitu Kuala Lumpur, Malaysia.hehe
Tips belanja souvenir murah di Patong, Phuket, Thailand :
• Pastikan jenis souvenir yang dibeli, karena banyaknya macam souvenir yang tersedia disini, mengakibatkan kita bingung dan mengingini semua souvenir tersebut.
• Belajarlah menawar, jangan langsung deal. Karena penjual disana sama dengan penjual-penjula souvenir di Malioboro Yogyakarta, harga barangnya tidak ada yang pasti, berubah-ubah tergantung turis mana yang menanyai.wkwkwkw. Kecuali membelinya di toko yang harganya sudah ditulis.
• Tanyai dulu harga souvenir disemua tempat penjualan souvenir sebelum benar-benar membelinya, biar kita tau tempat mana yang menjual paling murah, agar tidak ada penyesalan dikemudian hari, karena harga souvenir berbeda-beda disetiap tempatnya. Apalagi yang membeli banyak seperti kami,wkwkwkwk

30 Desember 2016
09.00 Waktu Setempat (Phuket, Thailand)
Kami telah bangun dan bersiap-siap untuk chek-out dari hostel dan menunggu jemputan minibus/van menuju bandara Phuket International Airport (HKT) untuk melakukan penerbangan pada jam 15.30 waktu Phuket menuju Kuala Lumpur (KLIA), Malaysia.
Setelah beres-beres barang, kami sarapan dulu di tempat langganan kami makanan halal di kota ini, untuk sekedar informasi, di Phuket agak susah nyari makanan halal, bahkan kayak franchise KFC, MCD, dan sejenisnyapun tidak ada label halalnya. Tanya sana-sini baru deh ketemu tempat makan halal, dan salah satunya dekat hostel kami, kebetulan ada masjid juga.

11.30 Waktu Setempat (Phuket, Thailand)
Minibus datang menjemput untuk mengantar kami ke bandara Phuket International Airport (HKT) dengan harga 200 baht/orang dengan durasi perjalanan 1 jam. Cukup jauh.

01.00 Waktu Setempat (Phuket, Thailand)
Sampainya di bandara Phuket International Airport (HKT), kami menunggu untuk chek-in dan masuk dalam rombongan antri imigrasi yang cukup padat. Terbukti banyak turis yang masuk kota ini.

18.30 Waktu Setempat (Kuala Lumpur, Malaysia)
Kami sampai di Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA), ingat antrian panjang di imigrasi Phuket, ternyata di imigrasi Kuala Lumpur ini tidak kalah rame, banyak turis luar yg masuk, turis Asean tepatnya dan didominasi Indonesia tentu saja. Setelah menempuh antrian panjang imigrasi Kuala Lumpur selama kurag lebih 2 jam, kami menaiki Bus ke TBS dengan harga RM. 11/orang, karena di TBS akan dijemput Oom saya kembali untuk beristirahat dirumahnya.

31 Desember 2016
16.00 Waktu Setempat (Selangor, Malaysia)
Setelah bersiap-siap, kami melakukan perjalanan hari ini ke Batu Caves.
“Batu Caves adalah bukit kapur, yang memiliki serangkaian goa dan kuil goa, terletak di distrik Gombak, 13 kilometer utara dari Kuala Lumpur, Malaysia. Ini mengambil nama dari Batu Sungai Batu Sungai atau, yang mengalir melewati bukit. Batu Cavess juga merupakan nama desa terdekat. Goa ini adalah salah satu kuil Hindu di luar India yang paling populer, yang didedikasikan untuk Dewa Murugan. Ini adalah titik fokus Hindu festival Thaipusam di Malaysia”. (Wikipedia)
Saya menaiki semua tangga Batu Caves dan masuk ke dalam gue yang berada di puncaknya, kedalamnnya lebih kurang 100M. Didalamnya ada beberapa patung dan tempat orang beragama hindu beribadah. Dan uniknya ada juga beberapa toko souvenir/cendera mata disana (dalam goa).
Kurang lebih satu jam kami disini, setelahnya kami menuju ke Sungaibuluh tempat tante saya yang lain. Yang saya sedikit herankan, kok masuk Batu Caves tidak bayar ya? Alias gratis, dan tidak ada disuruh memakai kain dipinggang segala seperti di candi Borobudur, Prambanan, dan beberapa objek wisata budaya/agama lainnya di Indonesia yang relatif mahal biaya masuknya, terutama bagi turis asing.

22.00 Waktu Setempat (Sungaibuluh, Malaysia)
Setelah bertemu semua keluarga di sana, makan bareng dan say hello (istilah gaulnya,hehe), saya dan Ocit berpamitan melanjutkan perjalanan ke Petaling, Chinatown, Kuala Lumpur dengan diantar saudara yang kebetulan beliau juga pulang kerumahnya. Saya dan Ocit turun di Petaling dan mencari hostel yang telah kami boking via apps phone dengan harga RM. 100/dua orang per malam. Kami menyewa dengan dua malam. Rencananya malam itu kami mau melihat pesta kembang api tahun baru di Kuala Lumpur, namun karena macet dijalan, akhirnya kami sampai hostel sudah pas jam 00.00 Waktu Setempat, jadi malam itu kami tidak keluar lagi, cuma melihat dan mendengar dentuman kembang api dari jendela hostel.

01 Januari 2017
11.00 Waktu Setempat (Petaling, Kuala Lumpur, Malaysia)
Hari ini kami telah merencanakan untuk mencari souvenir sepanjang Petaling Chinatown semaksimal mungkin, karena kata Ocit souvenir disini murah, jadi semua akan diborong, hehe
Kawasan Petaling merupakan salah satu pusat perbelanjaan oleh-oleh di Kuala Lumpur, dan dari sini juga dekat dengan Pasar Seni, Masjid Jamek, dan sebagainya. Bermacam souvenirpun kami dapati disini, mulai dari gantungan kunci, kaos Malaysia, jersey bola grade ori, hiasan dinding, dan sebagainya.

21.00 Waktu Setempat (Petaling, Kuala Lumpur, Malaysia)
Setelah packing semua barang (yang sudah beranak pinak) kami chek out dari hostel dan mencari taksi menuju TBS dengan harga RM. 30/dua orang.
Saran : jangan mencari taksi yang stanby di pinggir jalan Petaling, karena harga/tarifnya cukup mahal, cobalah berjalan keluar kawasan Petaling dan cari taksi lain. Harga taksi kalau dari Petaling paling murah RM. 60-80 ke TBS.

02 Januari 2017
01. 00 Waktu Setempat (TBS, Malaysia)
Setelah menunggu di kursi antrian bus di TBS, jam 01.00WIB (sesuai jadwal) buspun datang, kami naik dan tidak lebih dari 10 menit buspun jalan menuju terminal Larkin Johor Bahru. Biaya bus TBS - Larkin RM. 69/dua orang.

04.00 Waktu Setempat (Larkin, Malaysia)
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 3 jam (mungkin Karena malam, jadi agak cepat, biasanyan 4-5 jam gitu) kami sampai di terminal Larkin Johor Bahru. Dan langsung melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Stulang Laut dengan taksi dengan harga RM. 40/per taksi, nah kebetulan pas nego kami mendapat teman bareng untuk naik taksi 2 orang, jadi kami cuma kena RM.10/orang. Lumayan,hehe

07.30 Waktu Setempat (stulang laut, Malaysia)
Setelah melalui dua kali antri (chek-in tiket dan imigrasi) kami masuk ke dalam kapal citra ferry yang ternyata delay lebih kurang satu jam dari jadwal. Selama perjalanan saya sedikit mabuk laut karena ombak yang cukup gede, AC kapal yang dingin, dan belum sarapan sama sekali.

09.00 WIB
Kami sampai di pelabuhan Batam Centre dengan selamat dan Alhamdulillah saya tidak jadi muntah laut, wkwkw
Kami naik taksi untuk pulang kerumah dengan tarif argo Rp. 20.000. Oya, buat teman-teman yang juga jalur Batam, saran saya jangan menaiki taksi dalam pelabuhan Batam Centre karena cukup mahal. Perbandingan, taksi dalam pelabuhan ke kosan saya ditarif dengan harga Rp. 60.000 – 80.000, dengan taksi Blue Bird (via telpon) cuma Rp. 20.000 (argo). Namun taksi Blue Bird ketika ditelpon mereka tidak bisa menjeput disekitar pelabuhan, jadi kami musti keluar pelabuhan dulu, ke hotel sebelahnya. Mungkin sudah bentuk perjanjian barangkali dengan taksi yang beroperasi khusus pelabuhan.
***


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

© backpackerindonesia.com