© backpackerindonesia.com
Catatan perjalanan ku ----> http://www.kompasiana.com/tinae
Kesibukan kuliah membuat diriku semakin jenuh dan penat karena menunggu kapan selesai kuliah. Butuh ketenangan, sangat-sangat butuh. Tapi kemana? Inget-inget dan …… yah… Pulau Semau. Ada temen yang kerja di pulau Semau dr. Yohanes dan kebetulan ada temen-temen yang punya hobi sama-sama jalan. Kami putuskan menghabisakan akhir pekan di pulau Semau.
Pulau Semau berada di bagian barat pulau Timor atau disebalah baratnya kota Kupang. Tanggal 03 November 2012, saya dan 4 orang teman saya dari latar belakang profesi yang berbeda-beda yaitu Dr. Ari, Kak Annet, Mas Arul menuju ke pelabuhan Tenau, Kupang. Dipelabuhan inilah kami bisa mendapatkan akses menuju ke pulau Semau. Bukan kapal-kapal besar yang mengantar kami ke pulau Semau. Tetapi kapal-kapal kecil milik nelayan yang dijadikan alat transportasi Kupang - Semau.
Jarak yang ditempuh untuk menyebrang ke pulau Semau sekitar 30 menit. Kapal-kapal kecil ini juga yang dimanfaatkan penduduk pulau Semau untuk membawa belanjaan sembako yang baru mereka beli dari kupang, bahkan motor pun ikut diangkut dengan kapal yang kecil ini.
Selama perjalanan kami disuguhi hamparan laut biru dari luar kapal. Tidak terasa kapal yang telah membawa kami telah bersandar di pelabuhan Semau di daerah Hansisi…
Panaaaaaaaaaaaaasss…. keluhan yang tidak akan terlupakan… Suhu di semau saat itu sama dengan suhu di Kota kupang hampir 38 derajat. Karena belum masuk musim hujan, pulau ini semakin panas karena setiap mata memandang hanyalah tanah tandus dan gersang. Air bersih (air tawar) pun susah didapat di daerah ini.
Karena kami berlima dan hanya punya motor 1, jadi kami sewa motor. Lirik jam tangan sudah hampir jam 2 siang, maka kami langsung menuju ke arah selatan pulau Semau untuk mendapatkan sunset yang cantik.
Kondisi jalan yang berpasir dan tidak rata membuat kami seperti menunggangi kuda. Di perjalanan kami mendapatkan suguhan kegersangan pulau ini dengan hiasan pohon-pohon raksasa dan pantai berpasir putih yang panjang sekali. “Tuhan, sungguh cantik ciptaan Mu ini” kata ku dengan mata tak bisa berkedip lagi karena tidak ingin pandangan di depan mata ku ini terlewati. Kami berhenti sejenak untuk menikmati dan mengabadikannya dengan kamera yang dibawa.
Pantai yang biru yang bersih ingin sekali rasanya masuk kedalamnya dan merasakan hangatnya air laut.
Namun sayang, belum sekarang waktunya, karena masih setangah perjalanan untuk mencapai bukit Liman di bagian selatan pulau Semau.
Setengah perjalanan menuju ke bukit Liman, pasir putih yang halus menggarisi bibir pantai yang indah memanggil-manggil kami untuk singgah dan menginjakan kaki di putihnya pasir-pasir itu.
Belum afdol rasanya bila kami berlima tidak mengabadikan dengan foto bersama. Tapi siapa yang mau mengambil gambar kami? Diantara kami tidak ada satu pun yang membawa tripod. Terlintas ide ngeletakin kamera di atas jok motor dan…. hasilnya
Tanda-tanda kami hampir sampai adalah terlihat bukit Liman dari jauh dan jalan pun penuh dengan pasir. Beberapa kali kami terjatuh karena pasit yang halus menahan ban motor kami. Dan pilihan terakhir adalah mendorongnnya sampai melewati jalan berpasir ini.
Rasa bahagia merasuki hati kami. Tinggal hitungan menit kami sudah hampir sampai di puncak bukit Liman. Tapi hati-hati jangan terlalu ngebut bawa motornya. Karena di puncak bukit Liman ini langsung tebing menuju laut. Salah-salah bisa terjun bebas dengan motor-motornya :)
Melewat jalan yang berpasir halus, sekarang rintangan yang datang adalah jalan yang dibuat masyarakat setempat untuk jalan kaki, bukan untuk jalur motor. Tetapi, karena ingin cepat-cepat sampai di puncak, bebatuan dan pohon-pohon duri yang tajam pun kami lewati dengan susah payah.
Perjuangan wanita dengan motornya berhasil memberikan kesan tersendiri untuk punccak bukit Liman ini.
WOOOOOW….. bener-bener indah dari atas puncak bukit Liman. Tidak ada kata lain untuk mengartikan indahnya pantai selatan pulau Semau ini dengan kata WOW!!!
bahkan 6 kamera yang kami bawa pun tidak bisa mengabadikan seindah aslinya.
Kalau tadi gak ada tripod jok motor pun jadi, kali ini… terpaksa diatas karang (Papa maaf kameranya diletakin diatas karang :D)
Matahari sudah mau memberikan saat-saat terindahnya. Saya beranikan turun ke bawah bukit sendirian untuk mengabadikan sunset dibalik ranting-ranting pohon yang tetap berdiri kokoh di pinggir pantai..
Ingin rasanya saya memetik matahari… tapi apa boleh buat, saya hanya bisa menikmati dan mengabadikan “Memetik matahati”
Dan saatnya kembali ke puncak bukit. Waw, tinggi sekali… andai ada eksalator yang membawa saya dengan santai sampai diatas, saya mungkin orang pertama yang akan menaikinya berkali-kali setiap detik :D
Romantisme pun menyambut matahari yang tenggelam, sungguh tak ingin rasanya meninggalkan bukit ini secepat ini. Jingga sang sunset menghantarkan kami pulang ke penginapan di desa Uitao.
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar
© backpackerindonesia.com