© backpackerindonesia.com
Start: 6 Jan. 2013, 0.00
Mari berbackpacker ria ke Santolo Beach, yang penting bukan tujuannya tapi perjalanannya.
Ini perjalanan pertama kesana, mau eksplore keindahan pantai disana, lihat pasir putih yang masih bersih katanya.
Walau cukup ngedadak, untungnya persiapan buat kesana gak begitu rumit. "Cukup buat mengisi akhir minggu." Bawa bawaan alakadarnya, seperti :
-Baju ganti
-Sendal
-Alat ibadah
-Jas hujan*
-Alat mandi, dan
-Perlengkapan P3K sederhana
*Takut hujan
untuk biaya sekitar Rp. 100.000 (sudah ongkos pulang pergi dari bandung, penginapan, tiket dan ongkos perahu untuk nyebrang, plus makan seadanya)
Jika ada yg mau gabung dari Bandung, mari berangkat.
salam Rancel
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar
© backpackerindonesia.com
pd. 8 Jan. 2013, 16.33
Hallo Minggu malem bru balik ke Bandung nih ,,
izin berbagi cerita,
Misi perjalanan mencari harta karun ke pulau Santolo terselesaikan, saya beserta sahabat yang kita sebut saja nti dengan "kami" berangkat hari sabtu pagi menggunakan bis 3/4 jurusan bandung-garut, siang hari kami sampai di terminal guntur garut setelah melewati sedikit macet di perjalanan karena ada sistem buka tutup. Dari terminal kami berjalan-jalan sejenak di kota garut untuk menikmati suasana kota disana berniat mencari makan dan sholat zuhur dahulu.
Setelah mengisi perut kami yang lapar di warung nasi kebanggaan garut "Warnas Si Teteh" kami melanjutkan perjalanan ke Mesjid At-Tarbiyah, disana kami menyegarkan diri sembari berteduh dari hujan yang mengguyur. Selang beberapa menit hujan reda, kami berbenah setelah menyelesaikan ibadah.
Tujuan kami sekarang adalah Pameungpeuk, cukup menyebrang jalan dari Mesjid kami menunggu angkutan Elf lewat yang akan mengangkut kami, tidak lama angkurtan pun tiba.
Di perjalanan kami disuguhkan oleh pemandangan gunung papandayan yg menjulang ke atas langit juga cahaya malaikat yg keluar dari awan yg menutupi puncak gunung. Tidak lupa deretan kebun teh dan air terjun menghiasi perjalanan kami, pemandangan cukup indah. tapi yang kami takutkan adalah "jalur naga" jalur yang belokannya tidak ada habisnya, membuat kami terbontang-bantik kiri ke kanan membuat lambung kami yang lemah memaksa kami untuk mengeluarkan seluruh makanan si teteh, kami coba tahan dengan mendengarkan lagu Adele-Some one like you (lambung sedikit berkompromi). 4 jam perjalanan akhirnya kami sampai di pemberhentian selanjutnya, yaitu persimpangan jalan cigodek, dengan berjalan kaki kami menyusuri daerah sana, menyebrang jembatan besar deretan sawah nan hijau juga rumah' penduduk ditambah mini market Alfa mart, disana kami coba membeli minuman segar pengobat rasa rindu setelah di bontang-bantik di perjalanan.
Hari semakin sore, 10 menit berjalan kaki sembari menikmati pemandangan setempat, angkutan terbuka tiba mendekati kami, yaitu mobil coltbak yang diberi tempat duduk dan atap di bgian belakang. Selama perjalanan ke arah objek wisata santolo kami berbincang dengan pak sopir yang asli penduduk sana, membicarakan deretan kebun jagung yang luas, tempat peluncuran roket juga penginapan yang murah disana.
Tidak lama kami sampai di pantai santolo, *tepuk tangan. Karena menaiki angkutan kami tidak perlu membayar tiket masuk kesana.
Hari sudah begitu gelap, kami mendekati mesjid yang ada di dalam objek wisata untuk beristirahat. Perjalanan baru mulai kembali besok setelah matahari terbit dari ufuk timur. Malam ini kami putuskan mencari makan dan sedikit berjalan jalan di pesisir pantai juga mengunjungi penjaga Lapan dan berbincang sebentar disana, beliau begitu baik dengan menawari kami kelapa muda yang baru dipetik sore tadi katanya. Setelah beberapa kali berfoto-foto kami langsung kembali untuk mencari penginapan, alhasil kami terlambat. Penginapan sudah penuh, karena masa liburan atw weekend yang tersisa hanya penginapan yang bertarif fantastis hanya untuk satu malam. Akhirnya kami putuskan untuk berkemah, betul berkemah di pesisir pantai. Angin cukup besar malam itu, jaket tebal dan perlangkapan lainnya menemani kami dalam lelap. Fajar tiba dibawa oleh sekelompok nelayan yang akan pergi berlayar dengan menunggu angin balik, kami berbincang mengenai tangkapan ikan dan angin yang tak kunjung berbalik. Setelah beberapa saat kami menuju mesjid kembali untuk ibadah subuh. Setelah beres kami istirahat sejenak sebelum melanjutkan mencari sarapan pagi, langit sudah cerah ombang pun sayu terdengar dari kejauhan. Semangkok bubur ludes kami santap.
Perjalanan sebenarnya baru akan dimulai, kami langsung berkemas dan melanjutkan jalan-jalan ke arah timur pantai mencoba menyebrangi pulau santolo menggunakan rakit penduduk setempat, kebetulan ada warga yg akan menyebrang kami menumpang sembari membatu menarik tambang. setelah melewati sungai perjalanan ke arah pulau santolo belum selesai kami harus melewati jembatan besi dahulu, tetapi jembatan sudah tidak bisa digunakan untuk menyebrang ke santolo, mungkin sudah terlalu rapuh. akhirnya kami menyebrang melewati karang yang airnya sedang surut dan mudah kami lewati dengan berjalan kaki.
Pemandangan menakjubkan, setelah sampai di pulau santolo kami disuguhkan oleh pemandangan pasir putih yang membentang juga pelangi yang menghiasi langit, begitu pengalaman yang jarang didapat setelah cahaya malaikat dan jalur naga mewarnai perjalanan kami. Beruntung.
Karang" yang tajam berjejer di setiap tepi pantai, kami harus hati" alih" bisa melukai. Kami coba untuk mengelilingi pantai dan menyebrangi pulau.
Setelah puas berjalan jalan, menikmati air pantai, pemandangan pohon" juga kami putuskan pulang dan menyebrang pulau disisi sebaliknya menggunakan perahu nelayan dengan melewati pintu masuk pulau santolo yang dijaga petugas terlebih dahulu, beruntung kami masuk lewat sisi lainnya jadi kami tidak harus membayar tiket masuk lagi, jangan ditiru.
Perahu nelayan bersandar, kami mendekati perahu juga beberapa orang pengunjung yang akan menyebrang. Jarak sebrang hanya 100 meter, tidak lama kami sudah sampai di tumpukan bebatuan pemecah ombak yang mengubung ke pantai dimana kami memulai perjalanan.
Istirahat sejenak sembari melihat pemandangan sekelompok orang yang sedang bermain bananaboat. Tidak lama kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang, kembali melewati kebun jagung dan pusat peluncuran roket untuk berpamitan ke petugas penjaga.
Diasebelah Lapan kami singgahi dahulu tanah yang luas dengan pemandangan gunung membentang di ujung lahan itu, orang menyembutnya rainway tempat yang bisa digunakan untuk mendaratkan pesawat tapi kami sebut tempat itu padang safana. Puluhan sapi sedang digembalakan disana, pemandangan jarang dijumpai.
Okeh harta karun di pulau santolo telah berhasil kami peroleh, yaitu kenangan selama perjalanan kesana.
Itu cerita kami,
Keterangan :
Ongkos bis Bandung-Garut 15rb* (Bis warna pink)
Makan di warung siteteh 8rb, komplit
Ongkos Garut-Pameungpeuk 20rb* (Elf)
Ongkos Pameungpeuk (Cigodek)-Santolo 3rb (Angkutan terbuka)
Makan malam nasi goreng 10rb
Kopi panas 2rb
Sarapan bubur 5rb
Menyebrang pulau santolo pake rakit haratis sepertinya
Menyebrang pulau santolo 75rb/perahu 14 orang* (Perahu nelayan)
*Weekend
Katanya keadaan Santolo Alhamdulillah baik" aja, dia sehat cuman lagi kangen katanya pengen dikunjungin sama anak" backpacker. :bye:
Balas Suka 0pd. 3 Jan. 2013, 23.51
Waduh, om baru ngajak mdadak pisan euy ..
Balas Suka 0pd. 3 Jan. 2013, 22.56
beres jalan jalan , share ceritanya ya :))
Balas Suka 0