© backpackerindonesia.com
Jika tentara harus mengerahkan seluruh jiwa dan raga untuk menjaga pertahanan NKRI dengan di bagi kedalam 3 sektor langsung yaitu angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara, maka yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah belajar dengan sebaik-baiknya untuk mengharumkan nama bangsa. :sayhi:
Dari awal saya mengikuti kegiatan ekspedisi khatulistiwa 2012, saya mulai menyadari ada banyak hal yang bisa diperoleh dari kegiatan yang dilangsungkan sejak awal karantina di akhir bulan maret sampai akhirnya penutupan kegiatan pada bulan juli. Mulai dari karantina yang dilaksanakan di Situ Lembang dimana disana saya dan teman-teman mahasiswa juga tentara belajar mulai dari materi cara bertahan hidup atau survival sampai pada materi untuk mengatasi cedera jika suatu saat terjadi kecelakaan dilapangan. :keren: Sebelum kegiatan pembekalan, mahasiswa dibagi kedalam beberapa subkorwil dan saya masuk ke sub korwil 02 Sanggau yang pada akhirnya memberi banyak warna dalam perjalanan hidup saya kedepannya sampai pada 3 april 2012 burung besi yang diberikan nama seperti pahlawan yaitu Hercules menerbangkan saya pertama kali untuk menginjakkan kaki di Pontianak,Kalimantan Barat tepatnya di Bumi Daranante atau yang lebih dikenal dengan Sanggau. :jempol: Rute pertama kali datang ke Pontianak adalah daerah perbatasan Entikong sekitar 8
jam dari Pontianak dengan menempuh jalan darat menuju posko yang didirikan sebagai tempat tinggal sementara saat saya bersama tim Sanggau melakukan penelitian dalam Ekspedisi Khatulistiwa. Selama berada di Entikong, tim peneliti merancang bagaimana metode yang akan dilakukan selama ekspedisi di kabupaten Sanggau dan akhirnya memutuskan untuk melakukan penelitian dengan cara observasi yaitu dengan mengelilingi kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sanggau yang berjumlah 15 kecamatan namun kecamatan yang berhasil di kunjungi adalah 10 kecamatan mengingat terbatasnya waktu tim peneliti berada di Kabupaten Sanggau. Ada beberapa kecamatan yang menarik buat saya ketika dikunjungi mulai dari mengunjungi Keraton yang berada di Kecamatan Kapuas, mendaki bukit Umuk di kecamatan Kapuas Hilir sampai pada melihat keoptimisan warga di pedalaman kecamatan Meliau pada pemerintah pusat. :hore:
Menyebrangi Kapuas hampir setiap hari sampai menyusuri anak sungai Kapuas pada sore hari setelah mengunjungi desa Meranggau di Kecamatan Meliau membuat saya menyadari bahwa kalimantan memiliki pemandangan-pemandangan indah seperti dalam mimpi menyusuri anak sungai dengan pemandangan indah di tepian sungai. Rumah-rumah masyarakat suku Dayak, pohon-pohon besar yang tumbuh dengan kokohnya dan beruk yang bergelantungan didahan pepohonan.Keindahan alam kalimantan tentu saja belum tergambarkan penuh dengan cerita saya mengenai kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Sanggau karena ada banyak pula cerita-cerita miris tentang kehidupan masyarakat di Kecamatan –kecamatan yang dikunjungi. :malu: Seperti tentang kerusakan alam aqkibat pertambangan emas liar di desa Baru Lombak Kecamatan Meliau dimana masyarakat disana mengeksplorasi pertambangan emas yang berada dalam kawasan tanah adat tanpa memikirkan dampak kerusakan alam kedepannya. Pertama kali tim peneliti datang ke Desa Meliau, beberapa penambang emas liar lari pontang-panting menyelamatkan diri karena mengira tim peneliti yang terdiri dari mahasiswa dan tentara yang pada saat itu masih menggunakan pakaian dinas akan menangkap para penambang liar itu padalah tim peneliti hanya akan melihat kondisi baik itu dari segi sosial, alam sampai pada kondisi geologi tentang penambangan emas liar yang ada disana.Tanah yang menjadi kering, pohon-pohon mati dan kondisi air yang menjadi keruh adalah pemandangan yang biasa bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pertambangan emas liar. :voodoo: Dan semoga ketika tulisan mengenai pertambangan emas liar di Baru Lombak ini dibaca, konflik yang berada disana antara hukum mengenai pemanfaatan hukum adat tentang tanah adat dengan aturan pemerintah mengenai pemanfaatan SDA dan kelestarian alam menjadi sinkron sehingga tak ada lagi alam di Sanggau yang menjadi rusak karena pertambangan emas secara liar.
Dalam perjalanan pulang setelah dari Desa Baru Lombak, tim peneliti singgah di Desa Kunyil yang jaraknya sekitar 3 jam dari Desa baru Lombak. Disana tim peneliti bertemu dengan kepala desa Kunyil yang menceritakan kondisi daerahnya dalam bentuk surat yang ditujukan pada presiden RI tentang bagaimana kondisi jalan untuk mengakses wilayahnya, kondisi masyarakat yang jauh dari sarana pendidikan sampai pada bencana longsor yang pernah terjadi di wilayahnya namun sampai saat ini belum ada penanganan tindak lanjut dari pemerintah setempat. Saya sempat terharu ketika pak kepala Desa menceritakan isi surat yang ditujukan pada presiden RI dan mengambil pelajaran bahwa disaat masyarakat perkotaan mulai apatis pada pemerintah, masih banyak masyarakat pedalaman yang masih percaya pada pemerintah untuk dapat memajukan daerahnya. :akhirnya:
Gambaran diatas hanya sebagian yang bisa saya ceritakan tentang pengalaman ketika mengunjungi kecamatan Meliau. Lain halnya ketika dibulan terakhir saya penelitian dengan kembali ke Entikong dan disana saya mengunjungi Desa Pala pasang sekitar 6 jam dari ibukota Kecamatan entikong dengan perahu menuju hulu sungai sekayam. Tim peneliti yang saat itu dibagi kedalam 2 perahu akhirnya menyusuri sungai Sekayam menuju hulu sungai dengan kondisi debit air sungai sedang surut dan beberapa kali anggota tim turun untuk mendorong perahu dan perahu sepertinya bertambah berat untuk didorong karena saya tidak ikut turun untuk mendorong perahu..hihihi bapak tentaranya menyuruh saya untuk tinggal saja di perahu dan tak usah ikut mendorong. Dalam hal ini saya bersyukur dilahirkan sebagai wanita J dan mungkin tentara mendasari hal ini karena mengingat poin ke-3 wajib TNI yaitu menjunjung tinggi kehormatan wanita termasuk dalam hal tak usah ikut mendorong perahu..hihihi terima kasih bapak-bapak tentara. :malu:
Perjalanan saya bersama tim ke Desa Pala Pasang akhirnya menemukan saya untuk bertemu sosok Johanes Mias atau lebih dikenal dengan sebutan Jojo, seorang anak kecil kelas 1 SD di SDN 17 Pala Pasang. Buat saya Jojo adalah sosok anak kecil yang pintar, luwes dan jagoan sekali berenang. Jojo hanya merupakan bagian dari beberapa anak yang tinggal di Desa yang mengandalkan turbin air untuk menerangi Desanya. Ya...Desa Pala Pasang adalah desa yang listriknya bergantung dari turbin air yang hanya dapat berputar ketika debit air sungai mencukupi dan ketika air sungai surut dan turbin tak dapat berputar, maka Desanya Jojo akan menjadi gelap gulita. Selain gelap, di Desa Pala Pasang juga tak terdapat signal telekomunikasi mengingat akses menuju kesana yang begitu jauh.Ada pemandangan unik di Desanya Jojo ini, mengenai peliharaan babi yang dibagi menjadi 2 wilayah. Seperti di wilayah yang terdapat rumah penduduk, babi peliharaan tidak boleh keluar dari kandang dan jika lepas selama 24 jam maka penduduk lain dapat segera memburunya dan berhak atas babi yang lepas itu, kemudian di wilayah sebrang sungai, disana babi-babi peliharaan dibiarkan bebas dan penduduk yang memeliharanya ketika sore tiba ramai-ramai menggunakan perahu untuk memberi makan babi di sebrang sungai yang jumlahnya begitu banyak.
Berada di desa yang listriknya tergantung pada perputaran turbin sehingga malam hari terkadang gelap gulita ditambah dengan tak ada signal telekomunikasi membuat saya berfikir bahwa saya harus bersyukur dengan keadaan saya di daerah asal saya. Saya seharusnya lebih semangat dibandingkan dengan Jojo yang bersekolah di pedalaman. Bersyukur sekali saya bertemu dengan sosok anak kecil yang bernama Jojo yang menemani saya selama berada di Desa Pala Pasang, bersama-sama menelusuri kebun coklat menuju tempat pembangunan pos pamtas di Pala Pasang karena kebetulan Pala Pasang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia,kemudian bersama jojo dan teman-temannya saya bermain air dan mencari ikan di Sungai Sekayam yang masih bersih airnya, mengajari Jojo membaca meskipun saya tahu Jojo sudah lancar membaca namun Jojo selalu menginginkan untuk belajar bersama, dan entah kapan saya bisa bertemu sosok Jojo lagi. Jojo yang mempunyai cita-cita untuk menjadi tentara yang bisa menerbangkan pesawat terbang dan menurut saya mungkin Jojo ingin menjadi bagian dalam tentara Angkatan Udara dan apapun yang Jojo cita-citakan semoga selalu membuat Jojo untuk semakin mencintai tanah airnya, tanah kelahirannya di Bumi Khatulistiwa dan pedalaman Pala Pasang. Saya akan selalu mengenang sosok Jojo yang pernah saya temui ketika mengikuti ekspedisi Khatulistiwa 2012 ini.
Kesan-kesan saya begitu banyak tentang Ekspedisi Khatulistiwa 2012 ini, tentang keindahan pulau Kalimantan yang tak terhingga, perjalanan pertama ke Kalimantan menggunakan Hercules, melihat jalur lintas darat 2 negara yang berada di Entikong, makan malam bersama Raja Paku Negara Sanggau, mendaki bukit Umuk untuk menemukan pedagi melalui jalur air dan tim harus kembali membuka jalan, menyaksikan upacara adat Dayak sebelum melakukan proses penanaman padi,belajar berenang pertama kali langsung di Sungai Sekayam, sampai pada hari tepat dimana saya berulang tahun pun saya ada di dalam kegiatan Ekspedisi Khatulistiwa. :bye: :bye:
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar
© backpackerindonesia.com
pd. 6 Maret 2013, 23.41
kotaku dsna ;)
Balas Suka 0pd. 8 Feb. 2013, 11.46
panjang banget
Balas Suka 0pd. 3 Feb. 2013, 19.16
:keren: sukses buat tesisnya kang :D
Balas Suka 0pd. 3 Feb. 2013, 0.59
gak ikutan. udah males. soalnya hasil penelitianku gak sesuai dengan yang ditampilin di buku, tambah lagi namaku dan 3 temen lain juga gak dimasukin ke buku. ya, bisa dibilang sakit ati sih. hehehe
Balas Suka 0selain itu juga udah masuk tesis, jadi mau ngerjain tesis aja =))
pd. 20 Jan. 2013, 12.44
Salam dari Sanggau..
hahha iyah kenal sama mas adit juga teh afri :D satu korwil kita :jempol:
Khatulistiwa.. :D
Balas Suka 0btw ikut ekspedisi sulawesi kah?
pd. 19 Jan. 2013, 11.37
wah, ada yang ikutan ekspedisi khatulistiwa juga di sini. pasti kenal sama adit dan afri. mereka tim ku, tim Psikolog Unpad.hehe
Balas Suka 0salam dari Malinau!!!
Salam Khatulistiwa!!!