Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Makanan Ala Setan, Mainan Ekstrim Ala Malang

Escape Travel and Adventure Organizer
Escape Travel and Adventure Organizer, pada 15 Jan. 2013, 19.49
di Blog

Mungkin anda adalah pecinta kuliner atau hanya orang biasa yang tidak terlalu mengurusi masalah makanan, tapi karena membaca judul artikel ini. Anda tertarik untuk sekedar mampir menelusuri satu dua paragraf dan memutuskan bahwa artikel ini tidak menarik, sehingga anda tidak keberatan untuk meninggalkannya. Saya hanyalah seorang pejalan kaki yang menyukai kuliner dengan kemampuan menulis yang terbatas. Tapi saya akan mencoba meyakinkan anda untuk membaca artikel ini hingga paragraf berikutnya.
Saya percaya makanan adalah produk budaya. Bagi saya makanan itu identitas sebuah daerah ataupun bangsa. Coba saja bayangkan Rendang, mau tidak mau relasinya pasti ke warung padang. Maaf di sini saya tidak berusaha untuk membuat anda sekalian lapar, tapi tidak apa-apa jika anda ingin membaca sambil menyantap camilan ringan.
Bagi saya yang seorang perantau ini. Rindu akan cita rasa makanan rumah kadang menggebu-gebu. Bahkan, motivasi yang ada di kepala saat berencana mudik lebaran adalah, hanya untuk menghabiskan isi dapur ibu. Sebagian besar dari kita pasti sepakat kalau masakan ibu yang paling enak bukan? Tapi saya mencoba mengobati rindu di perantauan dengan meperbanyak rasa penasaran. Ya benar saya penasaran dengan makanan khas daerah tempat perantauan atau di mana saja saya berada. Tapi bagaimana jika makanan khas daerah tersebut tidak terlalu membuat anda penasaran atau biasa-biasa saja?
Ada beberapa hal yang membuat makanan khas sebuah daerah tidak membuat anda penasaran lagi. Salah satunya disebabkan karena makanan khas daerah tersebut sudah menjadi komoditi nasional yang bisa ditemukan di emperan jalan mana saja di setiap sudut Indonesia. Contohnya seperti Bakso Malang. Melihat makanan khas Malang sudah tidak mampu lagi membawa dampak magis untuk menarik pengunjung, merekapun melakukan revolusi kuliner. Itulah yang mungkin dirasakan oleh pengusaha kuliner di daerah Malang, sehingga jika anda tinggal di Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogja, dimanapun di Indonesia selain Malang. Cobalah anda bertanya kepada arek-arek Malang suatu saat jika berkunjung. “Mi Setan di mana ya?” atau “Ceker Setan?” atau “Dimana saya bisa minum es Tuyul” atau “Nasi Goreng Setan di mana mas?” atau “Mi Ayam Setan” atau “Ada yang tahu nasi Gendruwo?” Produk yang disebutkan terakhir belum pernah saya dengar juga, tetapi saya akan mencoba menanyakan keberadaannya dengan harapan “siapa tahu ada”. Oh ya, apakah anda tidak merasa aneh dengan nama-nama makanan tersebut. Jika anda tidak, maka saya sempat penasaran dengan kuliner yang satu ini. Saya sempat juga dengan teman mengantri sejak sore hingga hampir isya demi mendapatkan kesempatan mencicipi mi Setan di Jl. Kawi. Semua heboh ingin tahu dan mungkin berharap menemukan setan di dalam mie tersebut, dan bluss. . . alhamdulilah tampilannya tidak seseram namanya. Produk ini sama seperti layaknya mie-mie manusia biasa, tapi rasanya benar-benar gila. Pedasnya minta ampun, dan itu baru level satu. Bagaimana kalau level selanjutnya? Untuk anda ketahui, saya bukan pengecut yang tidak bisa mencicipi makanan pedas. Tapi ini memang benar-benar pedas bagi saya yang suka pedas. Level satu dengan 12 biji cabe rawit asli benar-benar bikin mulut anda berasa seperti di neraka. Saya tidak memberi janji, coba saja sendiri kalau tidak percaya. Apabila bukti tersebut tidak benar seperti yang saya katakan, cobalah memesan level berikutnya hingga anda kesetanan.
Revolusi kuliner khas Malang ini sekarang telah menjamur dimana-mana. Di café, emperan toko, jalanan, warung, dan sebagainya. Mahluk halus yang lain pun tidak malu-malu lagi untuk menampakkan diri dalam bentuk ceker ayam, mi ayam, nasi goreng, keripik, minuman, cilok, dan sebagainya. Masing-masing dengan cita rasa sendiri, tapi semua dengan satu pakem konsep yang hampir sama. Pedas yang nendang dan memiliki level tertentu. Bagaimana? Berani mencoba?


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

© backpackerindonesia.com