© backpackerindonesia.com
Ada sebuah lagu yang sangat saya suka dari Bondan Prakoso and Fade2Black. Judulnya Kau Puisi. Lagu ini adalah lagu cinta yang dibawakan dengan irama rap dan pop.
Pada salah satu bagian lirik lagu ini ada sebuah kalimat seperti ini: “Saat nikmati indah sunset Pantai Kuta. Hadirmu jadi pelengkapku di tata surya”.
Sunset dan Pantai Kuta memang seperti sepasang sendal yang saling melengkapi. Jika salah satunya hilang, maka sendal itu tak bisa dipakai. Kalaupun bisa, akan terlihat sangat aneh dan tak enak dilihat. Bondan Prakoso and Fade2Black bukanlah satu-satunya musisi yang terinspirasi oleh keindahan sunset di Pantai Kuta. Jauh sebelum lagu Kau Puisi dibuat, Iwan Fals sudah merilis sebuah lagu berjudul Mata Dewa. Lagu ini diawali dengan sebuah lirik berbunyi “Di atas pasir senja Pantai Kuta. Saat kau rebah di bahu kiriku”.
Menikmati suasana sunset di Pantai Kuta menjadi tujuan utama saya ke Bali beberapa hari lalu. Saya pernah ke Bali, namun belum pernah merasakan bagiamana suasana sunset di Pantai Kuta. Saya sangat penasaran dan ingin membuktikan sendiri apakah suasana sunset di pantai ini memang sesuai dengan ekspektasi sebagaimana yang sering diceritakan orang-orang.
Setelah merasakan teriknya udara tropis di Pantai Pandawa yang biru, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Kuta. Masih ditemani Mas Fery yang hari itu menjadi guide dadakan kami selama di Bali. Kata Mas Fery, jalanan di sekitar Kuta akan sangat macet menjelang senja sehingga kita harus segera berbegas supaya tidak ketinggalan momen sunset.
Mas Fery benar, setibanya di kawasan Kuta kendaraan mulai padat. Mobil yang kami tumpangi susah sekali untuk maju, padahal waktu sudah menujukkan jam 5 sore. Kalau begini terus kami akan kehilangan momen sunset karna menurut Mas Fery butuh waktu lama untuk sampai ke parkiran Pantai Kuta jika suasana sudah macet seperti ini. Akhirnya, Mas Fery memutuskan untuk memarkir kendaraan di Discovery Mall dan kami akan berjalan ke Pantai Kuta dengan terlebih dulu singgah di sebuah pantai yang berada persis di belakang mall. Kata Mas Fery, orang-orang menyebut pantai ini dengan Pantai Discovery.
Pantai Discovery sendiri masih berada satu garis dengan Pantai Kuta. Hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja untuk sampai ke Pantai Kuta.
Matahari sudah mulai beranjak turun ketika kami tiba di Pantai Discovery. Pantai ini tak jauh beda dengan Kuta: sangat landai dan luas. Hanya saja, pasirnya berwarna sedikit kehitaman namun sangat lembut. Kami menikmati suasana di pantai ini sambil berjalan santai menuju Pantai Kuta. Sebenarnya, saya tak bisa membedakan mana yang termasuk Pantai Discovery mana yang termasuk Pantai Kuta. Kata Mas Fery, ada semacam umbul-umbul yang menjadi penanda bahwa ini adalah kawasan Pantai Kuta dan itu kawasan Pantai Discovery. But, who care. Toh suasananya sama saja. Sama-sama indah.
Pantai Kuta sendiri memang sangat panjang. Beberapa pantai yang masih berada satu garis dengan pantai ini antara lain Pantai Legian, Seminyak serta Jimbaran.
Beruntung sekali saya hari itu karna langit sedang sangat cerah. Ternyata memang benar, suasana dan pemandangan sunset di pantai ini begitu menggoda. Pantas saja kalau banyak seniman yang terinspirasi olehnya. Momen sunset di Pantai Kuta juga tak luput dari lensa fotografer. Berkali-kali saya melihat muka-muka asing membidik dengan kamera, mengabadikan setiap momen yang mereka lihat. Pemandangan sunset di Pantai Kuta terlihat semakin dramatis ketika matahari berada tepat di atas garis horison. Dengan alat seadanya, sayapun tak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan momen langka yang indah ini.
Sampai akhirnya penjaga pantai meniupkan “peluit panjang”. Pertanda pengunjung dianjurkan untuk mengakhiri kegiatan di air karna hari semakin gelap. Bersamaan dengan itu, kami juga meluai berjalan meninggalkan Pantai Kuta. Melewati toko-toko serta bar di kawasan Kuta.
Sumber
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar
© backpackerindonesia.com