© backpackerindonesia.com
Melengkapi rencana liburan akhir pekan, mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti Keraton Mangkunegaran yang terletak di Solo adalah pilihan menarik. Dua hari yang lalu team millexplore bertandang ke Keraton Mangkunegaran Solo dalam perjalanan trips bersama seorang warga Singapore.
Pada awalnya saya sempat bingung untuk menentukan tujuan destinasi wisata di kota Solo Jawa tengah. Menurut catatan yang saya miliki, kota Solo tidak memiliki banyak tempat tujuan wisata yang popluer selain pasar Klewer dan Keraton Solo. Akhirnya pada kunjungan saya yang ke dua, baru menyempatkan singgah di Keraton Mangkunegaran. Keraton Mangkunegaran dibangun pada tahun 1757 oleh Raden Mas Said yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sambar Nyawa.
Bangunan keratin terdiri dari dua bagian utama yaitu bangunan pendopo Ageng, dan bangunan utama tempat raja tinggal. Diantara bangunan pendopo Ageng dan Dalem, ada bangunan pemisah seperti teras yang di sebut Paringgitan. Fungsinya adalah untuk pagelaran atau panggung pertunjukkan yang di adakan oleh pihak keratin seperti pementasan tari-tarian. Sehingga dalam sebuah pertunjukan, keluarga raja bisa menikmati dari sisi Dalem bangunan sedangkan pendopo Ageng di isi oleh raykat yang hendak menonton sebuah pertunjukkan.
Sebelum memasuki bangungan utama, saya sempat menikmati para penari jawa klasik yang sedang berlatih lengkap para penabuh gamelanan dan sinden. Pengalaman yang luar biasa dalam kunjungan saya ke keraton Mangkunegaran. Diantara para penari yang berjumlah 8 orang, dua diantaranya adalah perempuan yang berkebangsaan asing, yaitu dari Jepang dan China.
Mereka sengaja datang ke Solo untuk belajar seni tari klasik jawa. Di pendopo Ageng juga terdapat seperangkat gamelan yang umurnya sudah ratusan tahun dan masih bisa di gunakan pada acara-acara khusus di lingkungan kerajaan. Gamelan tersebut bernama Kyai Kanyut Mesem. Konon gamelan tersebut tidak bisa di pindahkan atau di geser. Kalau hal itu terjadi, maka gamelan tersebut tidak akan mengeluarkan suaranya. Hal lain yang menarik dari gamelan Kyai Kanyut Mesem yaitu gamelan tersebut pernah di mainkan dari tempat yang berbeda dengan para penarinya. Suatu ketika pernah di gelar pertunjukkan tari jawa di Belanda namun musik pengiringnya berada di pendopo Ageng keraton Mangkunegaran. Saya yakin siapapun yang mendengar cerita ini pasti akan sedikit mengerutkan kening. Kok bisa? Begitu juga dengan saya. Setengah tidak percaya, tapi itulah cerita dari guide yang menemani saya. Gamelan Kyai Kanyut Mesem memang memiliki daya magis yang kuat. Pungkas guide sebelum melanjutkan langkah menuju ruang Dalem Agung.
Dalem Ageng, adalah ruangan yang sangat pribadi sifatnya. Awalnya ruangan ini tidak di buka untuk umum, tempat ini biasanya digunakan untuk upacara-upacara tradisional. Keraton Mangkunegaran mulai dibuka untuk umum sebagai obyek wisata sejak tahun 1968. Bentuk ruangan Dalem Ageng adalah limasan dengan 8 buah saka guru, tidak ditutup plafond. Diatas sebuah difan berkelambu kain batik terdapat ukiran kayu berbentuk matahari. Dalem Ageng juga mengoleksi benda-benda purba yang terbuat dari perunggu dan emas. Di sini pula dipaparkan barang-barang kuno lainnya seperti perhiasan emas, koin emas, pedang yang kesemuanya adalah milik koleksi keraton Mangkunegaran. Kabarnya koleksi tersebut banyak di temukan dari warga setempat yang kemudian di serahkan kepada pihak kejaraan. Perabotan-perabotan yang terbuat dari emas dan perak juga berjajar angkuh di dalam lemari tua.
Dalam sebuah lemari kaca yang ada di dalam Dalem Ageng, mata saya tertuju pada sebuah benda berbentuk seperti bagian kepala gurita. Lagi-lagi terbuat dari emas. Lidah-lidah runcing dalam benda berbentuk kepala gurita dalam posisi terbuka dan memiliki batang yang tidak panjang. Kemudian seorang guide yang memandu saya menjelaskan, bahwa benda tersebut adalah alat pelindung untuk kelamin sang raja. Tujuan adalah agar sang raja tidak bisa melakukan hubungan sex secara sembarang. Alat pelindung tersbut juga hanya bisa di kunci dan di buka oleh istri syah nya saja dengan bantuan mantra-mantra. Bukan hanya sang raja yang memiliki alat pelindung kelamin nya, tapi sang istri rajapun memilikinya namun sayang saya tidak bisa melihat alat pelindung untuk sang ratu.
Di ruang Dalem Ageng pengunjung tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar. Menurut kepercayaan, ruangan itu masih memiliki sisi magis yang bisa dirasakan oleh orang-orang yang bisa merasakan dunia magis. Saya memang merasakan sedikit berbeda selama berada di Dalem Ageng. Entah mengapa sisi sebelah kiri tubuh saya semuanya merinding mulai dari kepala sampai kaki. Saya tertarik untuk mengetahui lebih jauh lagi apa yang menarik dari ruang Dalem Ageng. Selain perlengkapan untuk tari-tarian, ada seekor patung macan sebagai symbol kekuatan yang konon macan asli yang di awetkan. Sepasang patung Loroblonyo yang melambangkan pasangan suami istri yang artinya sebagai simbol kemakmuran. Asesoris perlengkapan tari bedoyo, Srimpi dan Langendriyan juga terdapat dalam ruang limasan.
Luas bangunan Dalem Ageng adalah 838, 75 m2. dengan tinggi tiang utama 8,50 meter. Di dalam ruangan Dalem Ageng terdapat juga lukisan foto dari raja pertama sampai raja yang masih berkuasa saat ini. Di sisi difan altar terdapat dua sentong (kamar). Sentong tengen (kamar kanan) sebagai tempat peraduan raja dengan istrinya sedangkan sentong kiwe (kamar kiri) sebagai tempat peraduan dengan benda pusakanya. Difan altar itu sendiri adalah tempat yang paling tinggi posisinya jika di runut mulai dari pendopo mengarah garis luruh ke difan altar. Maknanya adalah sebagai tempat untuk mendekatkan diri sang raja pada Yang Maha Kuasa. Karena tidak ada yang lebih tinggi posisinya selain Yang Maha Kuasa, ringkas sang guide yang menemani saya.
Ruang Dalem Ageng di keraton Mangkunegaran biasanya digunakan untuk upacara tradisional keluarga raja. Bagi para wisatawan terutama wisatawan mancanegara yang ingin menginap di lingkungan istana, sejak tahun 1975 telah dibangun sebuah hotel persis di bagian barat daya istana. Wisatawan yang menginap di hotel itu (Mangkunegaran Palace Hotel) dapat menyaksikan pentas kesenian di Pendopo yang berlangsung setiap malam.
Perjalanan saya mengintip sisi dalam keratin Mangkunegaran benar-benar membuka mata saya akan sejarah kerajaan yang pernah ada dan Berjaya di tanah air. Saya masih bisa melihat seorang abdi dalem yang sedang merangkai bunga melati dan kenanga untuk sesaji dalam upacara yang akan di gelar setiap hari senin dan kamis. Upacara tersebut sebagai wujud untuk menjaga benda-benda yang bersifat keramat di dalam bangunan limasan Dalem Ageng keraton Mangkunegaran. Sungguh pengalaman luar biasa bagi saya bisa melihat sisi dalam sebuah keraton dari kerajaan besar Mangkunegara. Saya memiliki kesan tersendiri dengan bangunan bersejarah tersebut. Bagaimana dengan anda? Selamat menikmati perjalanan anda di akhir pekan.
February 20th, 2013
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar
© backpackerindonesia.com