Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

3 Hari di Malang

airlanggasp
airlanggasp, pada 24 Feb. 2013, 19.56
di Blog

Pada awalnya ide ini muncul tiba2 di pikiran saya namun gak tau kenapa pas cerita ke temen saya, Billy ternyata dia juga punya rencana yang sama, yaitu ke Malang. Saya dan Billy mau ke Malang untuk nonton kawan kami yang mengikuti lomba di salah satu universitas negeri disana yang kebetulan pas kami liburan semester. H-30 hari sebelum berangkat, saya masih hanya dengan dia yg akan berangkat ke Malang. Namun, karena rasa hati kurang asik kalo cuma berdua maka saya berniat untuk mengajak kawan2 saya lainnya untuk join dengan kami berdua. Hasilnya kira2 H-14 hari saya berhasil untuk meracuni tiga kawan saya, yaitu Satrio, Haykal, dan Afdha hahaha yes! :gaya:

Setelah beberapa kali mengadakan kopdar dengan mereka akhirnya terjadi kesepakatan rencana perjalanan di antara kami. Akhirnya waktu yang kami tunggu2 itu pun tiba. Saya dan ke-empat kawan saya lainnya pastinya mempersiapkan segala kebutuhan2 selama berada disana. Pada hari Kamis, 7 Februari 2013 pukul 13.00 WIB, kami berlima berkumpul di Stasiun Pasar Senen,Jakarta buat briefing sambil menunggu kereta berangkat yg emang udah di parkir dari jam segitu juga kira2. Pukul 14.00 WIB, kereta Matarmaja kelas ekonomi yang kami tumpangi berangkat menuju Malang. Kami berdoa agar perjalanan kami ke kota Malang tidak berakhir malang. 0:)

Di dalam kereta kami bertemu dengan seorang bapak berusia sekitar 50 tahun. Kebetulan bapak itu berada di kursi yang sama dengan kami. Kami tidak sempat berkenalan, namun kami cukup akrab. Ya, namanya juga 20 jam sama-sama terus bro bri. Kebetulan si bapak gemar sekali bergurau, jadi perjalanan kami semakin terasa menyenangkan. Walaupun sebenarnya tidak lucu. Paling tidak bapak itu sering memberikan kami makanan ringan $) hehehe lumayan.

Kalau tidak salah bapak itu turun di Kertosono atau Kediri gitu, saya lupa. Singkat cerita tibalah saatnya kami berpisah dengan si bapak yang baik hati dan tidak sombong tersebut. Kami berlima pun sedih. Bukannya apa-apa, tapi karena tidak ada lagi yang memberikan kami makanan ringan.

Akhirnya setelah sekian lama perjalanan yang membuat pantat kesemutan, sampailah kami di kota Malang. Sesuai rencana, kegiatan kami selanjutnya adalah mandi di kamar mandi stasiun. Namun ternyata eh ternyata, kamar mandinya penuh banget sama backpackers lain. Rencana kedua adalah dengan mencari masjid di sekitar stasiun.

Pas keluar stasiun banyak banget orang2 sekitar yang nawarin buat ke sendang biru lah, bromo lah, dan apalah. Tapi itu semua kami abaikan dan perhatian kami langsung tertuju ke sebuah menara masjid yang tinggi. Lantas kamipun berjalan mengikuti arah menara tersebut berasal. Sampailah kami di sebuah bangunan masjid sederhana berlantai dua. Secara bergantian kami menggunakan kamar mandi masjid tersebut. Kemudian, kami bertemu dengan seorang marbot masjid yang menawarkan kami untuk menggunakan lantai 2 masjid sebagai tempat persinggahan sementara. Sembari menunggu waktu sholat Jum’at, kami mengistirahatkan tubuh sejenak dan mengisi ulang batre hape masing-masing.

Selesai sholat Jum’at, kami dihampiri oleh salah seorang pengurus masjid. Beliau menawarkan kami agar dapat menggunakan masjid sebagai tempat bermalam. Itu merupakan sebuah penawaran yang menyenangkan sekali bagi kami, namun sesuai rencana siang ini kami sudah harus meninggalkan kota Malang untuk bertolak ke Probolinggo dengan menaiki bus dari Terminal Arjosari. Setelah sampai di Probolinggo, hendaknya kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki elf. Begitu banyak elf berbaris di bagian luar terminal. Namun yang menyebalkan adalah elf tersebut mengetem. Lagi2 pas keluar terminal banyak calo yang menawarkan kendaraan buat ke Bromo dan sudah pasti hal tersebut kami tolak karena pikir kami tarifnya pasti bukan tarif normal.

Tapi kalo kalian gak sabar pengen cepet2 ke Bromo maka kalian bisa mencarter elf tersebut dan tentunya harganya akan lebih mahal. Untuk kaum ransel seperti kami, hal tersebut merupakan suatu musibah dalam skala kecil. Kami memutuskan untuk menunggu penumpang lain terlebih dahulu hingga waktu magrib. Setelah magrib tiba, akhirnya kami mencarter juga. Karena memang tidak ada tanda-tanda datangnya penumpang lagi. Namun, biaya mencarter tidak sepenuhnya menjadi tanggungan kami. Selain kami berlima, terdapat pula 2 orang wisatawan domestik dan 1 orang wisatawan asing yang membutuhkan elf. Jadi biaya mencarter kami bagi menjadi delapan. :dead:

Sesampainya di desa Cemoro Lawang [desa terakhir untuk menuju ke spot2 yg ada di TN BTS], hari sudah malam. Suhu udara semakin tidak bersahabat dengan celana pendek dan sandal jepit yang kami kenakan. Kami lalu mencari rumah singgah yang murah tentunya, paling murah. Hehehe maklumlaaaah. Setelah mendapatkan rumah singgah yang sangat murah, waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB dan kami semua bergegas tidur. Kira2 4 jam setelahnya kami semua segera bangun dan prepare buat menuju ke Penanjakan. Ohiya, kami bertemu 2 kawan baru kakak-beradik dari Pekalongan yg kebetulan satu penginapan dengan kami. Kalo gak salah nama adiknya Maulana dan kakaknya siapa gitu saya lupa hehe. Bersama-sama kami menuju ke Penanjakan.

Di Penanjakan, separuh perjalanan berbentuk tracking dan separuhnya lagi merupakan hiking, karena tidak semua dari kami yang memiliki cukup pengalaman, maka kami banyak beristirahat. Dan imbasnya adalah kami hampir saja melewatkan momentum sunrise di Penanjakan. Maka, kami memutuskan untuk menaiki kendaraan bantuan. Ojek namanya. Soalnya kalo kami bersikeras untuk tetap jalan kaki waktu yg ada pasti gak akan cukup buat nyampe ke View Point.

Ini dia…. Eh, salah saudara-saudara haha. Ini 2 orang wisatawan asing yang sedang memadu kasih.

Tapi, ini dia…. Ya, walau sempat tertutup oleh kabut juga tak apalah. Tetap mangstap.

Gunung Semeru dan Gunung Batok juga menyapa kedatangan kami.

Setelah merasa puas berada di View Point, kami bertujuh memutuskan menuju ke Gunung Bromo dengan berjalan kaki. Karena merasa sudah sekian lama dan sangat lama jalan gak sampe2 juga, kami kembali menaiki kendaraan bantuan, ojek. Yauds mau gimana lagi, abis batas waktu check out penginapan kami hanya tinggal beberapa jam lagi. Dan kalo tetep kekeh jalan kaki pasti gak akan keburu.

Selamat datang di Lautan Pasir.

Ini dia sang pemeran utama. Gunung Bromo.

Tetangga. Gunung Batok.

Puncak Gunung Bromo, ya Kawah Bromo.

Wajar jika kami membayar semua ini dengan berucap, “subhanallah….”

Singkat cerita(lagi), kami kembali ke rumah singgah dan berpisah dengan kawan-kawan baru kami dari Pekalongan tersebut. Tidak lama setelahnya, kami mandi dan berkemas meninggalkan desa Cemoro Lawang. Kembali naik elf tapi kali ini gak dicarter, meskipun penumpangnya hanya 9 orang. Soalnya sang kenek ternyata ngebohongin 2 penumpang yg berpasangan yg duduk di kursi depan. Hahahah sungguh teganya dirimu wahai kenek.

Sesampainya di Malang(lagi), jika berdasarkan rencana seharusnya kami melanjutkan perjalanan ke Batu. Namun melihat kondisi kami yang capek teramat sangat, kami memutuskan untuk singgah dan bermalam di kota Malang. Hari semakin malam. Sudah kesana–kemari kami berjalan tapi belum juga mendapatkan penginapan. Sebetulnya ada banyak penginapan yang kosong, tetapi kami tidak merasa cocok. Faktor utamanya adalah sang TARIF saudara-saudari.

Di pinggir jalan, tepatnya di seberang outlet "city of arema" kami berlima duduk dan berpikir. Entah berpikir atau tidak. Lebih terlihat seperti gelandangan yang putus asa. Mana badan keringetan, kumel, and the kucel, and the kill. :stres: . Tiba-tiba terdengar suara yang sayup-sayup, perlahan mengeras dan nyaring terdengar. Suara apakah gerangan? Oh.. itu suara adzan isya'. Lantas apa yang harus kita lakukan? Ya, sholat dong.

Kami mencari masjid sekitar yang terdekat. Ternyata masjid tersebut adalah masjid yang sama ketika kami baru saja tiba di kota Malang. Subhanallah. Masuklah Islam, saudara-saudari. :victory:

Setelah selesai sholat, kami hendak mencari bapak pengurus masjid yang tempo hari sempat menawarkan kami untuk menggunakan masjid sebagai tempat bermalam. Namun kami malah ketemu sama rombongan ibu-ibu. Emang kalau rezeki tuh gak kemana ya selalu ada aja. Salah seorang dari ibu-ibu tersebut tiba2 menawarkan kami buat sementara tidur di salah satu rumahnya yang baru saja selesai dibangun. Wah, rumahnya nyaman buangets. Walau sederhana, namun rumah tersebut sudah didesain rapih dengan konsep minimalis. Ternyata masih ada orang-orang baik seperti ini padahal kami ini notabennya orang asing. Saya mulai jatuh cinta dengan kota ini. Semoga gusti Allah membalas kebaikan mereka. Kok gak amin? Amin, dong.

Sebagai ucapan terimakasih, kami membelikan sebungkus martabak untuk ibu itu, yaa walaupun gak seberapa siiih tapi se-engganya yakaaan. Oh ya, si ibu juga sempat mengenalkan putranya kepada kami. Mas Aris namanya. Kami memanggilnya mas karena sepertinya umurnya jauh lebih tua dari kami. Mas Aris tidak kalah ramah dengan ibunya.

Di malam hari, kami memutuskan untuk jalan-jalan ke alun-alun kota. Sesampainya di alun-alun, kami terdiam sesaat... sepi aja alun-alun ini bro bri. Yasud mau apalagi, karena terlanjur sampai akhirnya kami berlima masuk ke dalam alun-alun. Ternyata ada juga beberapa orang di dalam sini. Setelah beberapa menit di dalam, kami mulai menyadari ada kejanggalan di alun-alun ini.

Dari awal, kami hanya melihat laki-laki. Setelah kami singgah di lesehan penjual kopi, barulah kami mendapat penjelasan dari ibu penjual kopi dan seorang mas-mas berkemeja kembang-kembang yang sok ditutupi dengan jaket kulit. Gak perlu dijelasin lagi lah yaaa. Intinya mereka heran atas keberadaan kami di sini ditambah kami berlima bercelana pendek semua. Biasanya orang-orang seperti kami ini langsung "DITAWAR" oleh makhluk-makhluk berkemeja kembang-kembang di sini. Astaghfirullah. Dasar siaaaal. Mimpi apa saya.
Perlahan kami membuat alasan dan pergi meninggalkan alun-alun ini. Kami kembali ke rumah tumpangan dan beristirahat.

Tanpa terasa, hari ini adalah pagi terakhir kami di kota Malang. Ketika semua sudah terbangun, kami mencari tahu tentang kejuaraan yang kampus kami ikuti. Ternyata kampus kami masuk final dan akan bertanding pukul 13.00 WIB! Sebenernya sih kami amat sangat ingin untuk nonton dan men-support mereka, namun apa daya kami harus pulang karena kereta yang telah kami pesan berangkat pukul 14.00 WIB. Akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan saat-saat terakhir kami di Malang untuk mencicipi ice cream di Toko Oen dan membeli oleh-oleh saja.

Saat-saat di Toko Oen kami pergunakan untuk saling menghitung biaya pengeluaran masing-masing. Kebetulan tempatnya juga cukup nyaman untuk duduk berlama-lama. Setelah itu, kami pergi ke pasar yang tidak jauh dari tempat persinggahan untuk mencari oleh-oleh. Dan lagi2 saudara-saudari, rejeki emang gak kemana! Ketika mengetahui kami adalah orang-orang yang singgah di dekat masjid, tiba-tiba penjual tempat kami membeli oleh-oleh membekali kami dengan sekantong plastik yang berisikan aneka kue secara cuma-cuma. Untuk kedua kalinya saya jatuh cinta pada kota ini.

Ada perjumpaan, ada pula perpisahan. Akhirnya tiba juga saat kami harus meninggalkan kota ini dan kembali pada rutinitas di kota asal. Pengalaman yang menyenangkan di kota Malang walau tidak sesuai perencanaan, maklum masih bau kencur buat yg jaya gini hehehe. Kami gak sempet menyaksikan kawan-kawan delegasi bertanding, gak jadi ke Batu Malang pula. Padahal kami penasaran mencicipi nasi goreng apel. Ya, mungkin lain waktu.

Ohiya, kereta ekonomi yang kami naiki untuk pulang cukup berbeda. Pas naik dan masuk ke gerbong kereta, kok dingin ya? Ternyata ada AC-nya sob. Tapi saya gak percaya dan bertanya dalam hati, "apa gue salah kereta ya?". Seketika saya langsung turun dan mencari tau bener gak sih ini kereta Matarmaja dan gerbong kereta yg sesuai di tiket. Eh, ternyata bener yaudah saya masuk lagi. Di dalem gerbong saya celingak-celinguk dan ternyata kereta ini sedang dalam uji coba pengunaan ac. Jika pada saat berangkat kami berpanas-panasan ria, pada kali ini kami berdingin-dinginan ria. Siang pun berganti malam dan mata terasa ngantuk sekali. Alih-alih senang karena di gerbong pake ac kami semua berpikir dapat tidur dengan nyenyak. Namun yang ada kami semua menggigil kedinginan karena kami salah kostum [mengenakan kaos dan celana pendek] dan suhu ac-nya semakin lama semakin dingin dan sangat tidak manusiawi. Seperti neraka versi dingin atau kulkas berjalan :adem: . Alhasil, saya, Satrio, dan Billy tidur di luar gerbong dekat toilet.

Sekian kisah perjalanan saya. Yang jelas, harus ada kisah perjalanan selanjutnya untuk ditulis. Ngomong-ngomong, mohon maaf ya kalau gambarnya tidak bagus, maklum pakai kamera hape. Selain itu, tidak berbakat fotografi juga. Yasudahlah. Terimakasih, ya.

Salam ransel :keren:


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

© backpackerindonesia.com