Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Travelling Edukatif di Situs Bersejarah Karawang

asahatedi
asahatedi, pada 11 Sep. 2020, 22.12
di Blog

Start: 11 Sep. 2020, 23.00

Siapa bilang travelling itu cuma buat senang-senang aja. Padahal Ada loh tempat travelling sekaligus mengedukasi. Kalau kamu ada tinggal di Karawang atau kebetulan ingin pergi ke Karawang. Ini dia rekomendasitempat Travelling yang juga jadi situs bersejarah di Karawang. Penasaran? Simak yuk di sini.

1. Petilasan Jaka Tingkir

Petilasan Jaka Tingkir berada satu komplek dengan monument Rawagede yang berlokasi di Balongsari Karawang. Di lokasi petilasan beberapa pohon besar tumbuh subur sehingga menimbulkan kesan alami dan asri. Petilasan Jaka Tingkir juga menjadi tempat wisata religi yang dikunjungi oleh banyak pejiarah dari berbagai kota di Indonesia.

Joko Tingkir sendiri memiliki nama asli Sultan Hadiwijaya yang merupakan pendiri kerajaan Pajang yang bertahta pada tahun 1568-1586. Berdasarkan Babad Tanah Jawi, selepas wafatnya sultan Trenggana, takhta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Sedo Lepen, saudara Trenggana. Sepeninggal Trenggana, Kerajaan Demak kemudian mengalami berbagai konflik dan perang saudara yang berakhir dengan kemenangan Jaka Tingkir. Setelah menguasai Kerajaan Demak, memindahkan Ibu Kota Demak ke daerah Pajang dan berakhirlah kesultanan demak dan sejarahnya yang panjang.

2. Bendungan Walahar

Bendungan Walahar terletak di Desa Walahar Kecamatan Ciampel Karawang. Bendungan ini telah digunakan sejak 30 November 1925 dan dibangun pada masa penjajahan Belanda. .Bendungan Walahar adalah saksi dari bergesernya peradaban sungai khususnya di Karawang. Menurut berbagai catatan sejara, Sungai Citarum merupakan jalur utama perdagangan dan transportasi karena jalur darat ketika dahulu belum berkembang. Adanya pelabuhan karawang yang kini menjadi Alun-alun Karawang serta peninggalan candi di batujaya yang dibangun kerajaan Tarumanegara menjadi bukti pentingnya sungai Citarum sejak dulu.

3. Candi Jiwa

Berada di situs Batujaya yang secara administrative terletak di dua wilayah desa yaitu Desa Segaran di Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya di Kecamatan Pakisjaya. Luas situs ini sekitar 5 Kilo Meter Persegi dan terletak di tengah-tengah daerah persawan. Candi Jiwa yang dikenal sebagai Unur Jiwa memiliki fasad bangunan berukuran 19 x 19 meter dengan tinggi 4,7 meter. Di bagian permukaan atas terdapat susuan bata yang melingkar dengan garis tengah sekitar 6 meter yang diduga merupakan susunan dari bentuk stupa. Berbagai cerita dapat ditemukan mengenai candi ini, salah satunya adalah penamaan candi jiwa oleh warga karena candi tersebut dipercaya memiliki jiwa sendiri. Hal ini karena warga sekitar sering melihat hewan yang melewati gundukan candi sebelum dipugar bisa mati tanpa sebab. Candi ini juga diduga dibuat pada abad ke 2 hingga abad ke 12. Candi ini merupakan peninggalan kerajaan Tarumanegara. Hingga saat ini, Candi Jiwa masih dipelajari oleh berbagai ahli arkeologi dan sejarah dari banyak Universitas ternama di Indonesia.

4. Monumen Rawa Gede

Monumen Rawagede adalah sebuah taman makam pahlawan para pejuang kemerdekaan yang tewas pada tragedy pembantaian Rawa Gede. Monumen ini didirikan untuk mengenang peristiwa yang menewaskan 431 orang pejuang pada tahun 1947 oleh Belanda. Monumen ini terletak di di Desa Balongsari Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang. Monumen ini didirikan untuk menjadi peringatan peristiwa berdarah tersebut.

Di Jawa Barat, sebelum Persetujuan Renville ditandatango, tantara Belanda dari Divisi 1 yang juga dikenal sebagai Divisi 7 Desember terus memburu lascar-laskar pejuang kemerdekaan Indonesia dari pihak sipil dan Tentara Nasional Indonesia yang masih mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Dalam operasinya tersebut, tantara Belanda mencari Kapten Lukas Kustario, Komandan Siliwangi yang kemudian menjadi Komandan Batalyon Tajimalela/Brigade II Divisi Siliwangi. Kapten Lukas berkali-kali berhasil menyerang patrol dan pos-pos militer Belanda yang menyebabkan kemarah Belanda terhadap para pejuang Kemerdekaan. Pada 9 Desember 1947, tantara Belanda di bawah pimpinan seorang mayor mengepung Desa rawagede dan menggeledah setiap rumah. Namun karena tidak menempukan sepucuk senjatapun, tantara Belanda kemudian mengumpulkan seluruh penduduk Desa di tanah lapang dan menginterogasi mereka untuk mengatakan tempat persembunyian pejuang kemerdekaan. Akan tetapi tidak ada satupun penduduk desa yang mengatakan tempat persembunyian pejuang kemerdekaan sehingga semua penduduk di tembak mati. Hal ini yang menjadi peristiwa berdarah di Rawa Gede dan diperingati oleh monument Rawa Gede.

5. Rumah Rengasdengklok

Rumah Rengasdengklok merupakan saksi sejarah atas diculiknya Soekarno dan Bung Hatta sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 16 Agustus 1945. Rumah yang berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan Kampung Bojong Rengasdengklok Karawang ini masih kokoh berdiri sebagai monument peringatan persitiwa tersebut. Rumah ini milik Djiauw Kie Siong yang merupakan salah satu pemuda yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa penculikan ini dilatarbelakangi oleh keinginan pemuda agar Soekarno Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Saat itu, Soekarno dan Hatta menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI atau Panitia Pelaksana Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk oleh Jepang. Sementara, golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan penjajah. Selain itu, penculikan ini dilakukan untuk mengamankan Soekarn dan Hatta agar tidak terpengaruh oleh Jepang. Setelah penculikan tersebut lahirlah perjanjian Rengasdengklok yang menyatakan bahwa Soekarno dan Hatta akan membacakan proklamai esoknya tanggal 17 Agustus 1945. Maka lahirlah Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 melalui pembacaan Proklamasi di sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur Jakarta Pusat.

Sumber: https://www.rolling-hills.id/blog/tingg…


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

© backpackerindonesia.com