Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Harta Karun di Bumi Priangan

tinuz
tinuz, pada 28 Mei 2013, 3.13
di Blog

“The journey is the destination.” Mungkin inilah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perjalananku kali ini. Perjalanan single touring dimulai setelah mengisi bensin di SPBU Gunung Batu. Dengan berbekal satu botol air mineral, membawa jas hujan dan kondisi motor yang cukup fit, berangkatlah aku berburu "harta karun". Aku lihat waktu itu waktu menunjukkan pukul sepuluh. Dari Bandung melalui Cimahi yang cukup ramai, untung tidak terlalu macet. Cuaca pada saat itupun sangat mendukung, cerah dengan sinar matahari yang tidak begitu terik. Peralatan yang aku kenakan untuk jalan-jalan naik motor yang pasti jaket, rompi, dan sepatu. Tetapi sepatu casual yg ini, yang paling nyaman untuk aku touring motor...
Dan aku akhirnya melewati Padalarang. Sudah cukup lama tidak jalan ke daerah sana, sehingga saat itu aku merasa bahwa polusi di Padalarang sudah begitu parah, apalagi di daerah pertambangan kapur. Jalan disana sudah cukup baik, tidak banyak lubang seperti di kota Bandung. Kemacetan memang terjadi di Padalarang yang terdapat simpul pertigaan menuju Purwakarta. Untung pakai motor, jadi bisa potong sini - potong sana.
Dari padalarang menuju Cianjur perjalanan lurus dan membosankan. Motor aku pacu tidak melebihi 100km/jam, rata-rata hanya 70-80km/jam. Sudah lama sekali tampaknya aku tidak pernah melalui jalur ini lagi. Setelah ada jalan tol Bandung-Jakarta, jalur ini menjadi tidak terlalu ramai lagi. Memasuki kota Cianjur, belok kiri memasuki arah jalan Cianjur Sukabumi. Di situ waktu menunjukkan pukul duabelas siang, saatnya makan siang. Aku berhenti di sebuah rumah makan.
Setelah mengisi perut dan melepas lelah, akhirnya aku melanjutkan perjalanan. Sebelumnya aku bertanya kepada pelayan rumah makan itu kemana arah jalan "warungkondang", karena darisitu yang aku tahu ada belokan menuju lokasi "harta karun" tersebut. Dalam perjalanan akhirnya aku menemukan petunjuk menuju lokasi. Perjalanan yang tertera menuju lokasi yang aku tuju adalah duapuluh kilometer. Aku pikir itu jarak yang tidak terlalu jauh. Awalnya jalan masih cukup lebar, dan lama-lama memasuki jalan pedesaan yang tidak lebar. Jalan beraspal hotmixpun berubah menjadi jalan aspal non-hotmix. Dari suasana jalan yang ramai lalu-lalang kendaraan menjadi semakin jarang kendaraan. Satu dua mobil awalnya masih sering dijumpai, sampai akhirnya jalanan menjadi semakin sepi. Hanya lalu-lalang motor, itupun sangat jarang. Jalanpun lama-lama menjadi rusak, banyak lubang dan berbatu, bahkan tidak sedikit yang jalan tanah berlumpur. Dengan sedikit was-was, pelan-pelan kutelusuri jalan "tak berujung" itu.
Memasuki sebuah desa, kemudian melintasi persawahan, membuat pandangan mata tak jemu walaupun fisik terasa cukup lelah. Jalan berkelok-kelok, naik dan turun, dan sesaat melewati pohon-pohon rimbun, serasa perjalanan ini dituntun menuju ke dunia "antah berantah". Yang aku miliki hanyalah keyakinan bahwa yang aku cari berada di ujung sana, tapi entah di ujung mana. Perkiraanku jarak duapuluh kilo dapat ditempuh dalam setengah jam, namun ini sudah melampaui hampir satu jam lebih. Sekali lagi, aku hanya pasrah, terus menyusuri jalan tak berujung tersebut.
Sejenak aku memarkirkan motorku di tepi sebuah kebun teh hanya untuk meregangkan kaki dan tangan yang mulai kesemutan. Kulemparkan semua pandanganku ke hamparan hijau di depanku yang begitu luas membentang, diselimuti awan tipis yang menggantung diatasnya. Betapa indahnya bumi ini, dengan segala misteri yang disimpannya. Aku menarik nafas dalam-dalam untuk membuat ketenangan dalam hati yang sudah sedikit terkoyak. Kecemasan saat belum juga menemukan tujuan, dan dimanakah aku berada sekarang yang membuat aku sedikit panik... panik dalam kesendirian. Belum lagi aku melihat awan gelap sudah sedikit tampak yang menandakan akan turunnya hujan........ (bersambung)


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

© backpackerindonesia.com