© backpackerindonesia.com
Meskipun berusaha untuk menduga-duga, perjalanan akan selalu membawa kita ke hal-hal yang tak terduga
Setelah 5 bulan penantian akhirnya saya menjejakkan kaki juga di negeri Vietnam, negeri yang hingga saat saya datangi pun tidak terlalu saya kenal, selain “Rambo” Amerika yang sok gaya di negara ini. Selama dua minggu saya berpetualang di tanah komunis Vietcong. Banyak cerita menarik yang saya alami, suka maupun duka, senang maupun susah, takjub atau tidak sama sekali, menghargai maupun mengutuk, kebersamaan maupun kesendirian. Pokoknya komplit plit plit! Jadi saya tidak bisa memberikan penilaian spesifik seperti apa perjalanan saya kali ini di Vietnam. Yang jelas hanya satu kata, luar biasa. Luar biasa dalam segala hal.
Berikut oleh-oleh cerita singkat dari tempat-tempat yang saya singgahi di Vietnam. Xin Chao Vietnam. Halo Vietnam.
1. Ho Chi Minh City (HCMC) a.k.a Saigon
Pesawat AA yang saya tumpangi mendarat malam hari di Tan Son Nhat Airport, bandara terbaik di Vietnam. HCMC menjadi tempat awal saya memulai petualangan, merangkak dari selatan hingga utara di Hanoi. Begitu tiba di bandara dan selesai urusan imigrasi saya langsung kelimpungan, nggak tahu selanjutnya mau ngapain. Untungnya saya ketemu aunty-aunty dari Malaysia yang sepesawat dengan saya, jadi saya bisa cerita dan foto bareng dengan mereka sementara mereka sibuk cari taksi dan penginapan dari tourist information desk bandara. Saya? Karena hari sudah malam, saya memutuskan untuk tidur di bandara saja. Gila, peuwe (posisi uwenak) tidur saya ada di lantai 3 bandara, persis di samping jendela kaca yang pemandangannya langsung ke lantai dasar bandara di mana orang penuh lalu-ilalang!
Bagi saya HCMC memperlihatkan dua sisi mata uang Vietnam. Kota metropolitan dengan segala kemoderenan dan kemajuannya, sementara di sisi lain masih ditemukan potongan-potongan dari lazimnya negara berkembang, yah seperti itulah. Keadaan ini hampir merata dan menjadi gambaran umum di kota-kota besar di seluruh penjuru Vietnam.
Siang keesokan harinya saya sudah beredar di pusat kota HCMC setelah mendapatkan room for rent yang cukup murah di area Pham Ngu Lao, pusat backpackernya HCMC. Dan….deng deng deng.. dimulailah drama memilukan itu! Setelah hampir setengah hari ngitar-ngitar kota dengan berjalan kaki, akhirnya…(sesuai takdir alam), saya terjerumus ke dalam tindak KRI-MI-NAL!OOhh...Emmm...Ji...! Ohh…Nooo….!!!! Yap, saya ditipu, lebih tepatnya diperas, dan kehilangan sejumlah uang yang tidak sedikit, oleh penduduk lokal yang brengsek bukan kepalang!!! (mampus aja lo!!!). |( |( |( Ingin rasanya melapor ke polisi setempat saat itu juga. Ditambah lagi hati saya langsung berkecamuk, dan air mata ini rasanya mau menetes saja.
Tuhan…takdir apa yang Engkau peruntukkan bagiku? Tapi apalah daya, dengan hambatan komunikasi plus harapan mustahil mencari buron yang nggak jelas di antara 7 juta penduduk HCMC, maka saya urungkan niat melapor tersebut. Saya hanya bisa menabah-nabahkan hati, berusaha tegar dan sabar serta istighfar, meskipun lutut ini sudah gemetar. Selanjutnya saya hanya bisa berdoa, semoga perjalanan saya ke depan setelah kejadian ini lancar-lancar dan menyenangkan saja. Walaupun tak mudah menghilangkan rasa trauma di hati, kejadian ini pastinya mempengaruhi mood dan antusias saya beberapa hari ke depan. Rasanya ingin meninggalkan HCMC saat itu juga, karena kota ini telah memberikan kesan buruk di hari pertama saya! Tetapi saya tidak boleh cengeng, saya harus tangguh! Bukankah sudah saya camkan dalam hati bahwa hal semacam ini dapat saja terjadi dalam perjalanan saya, dan sekarang ini terjadi, maka saya harus siap mengahadapinya.
Saya hanya tak menyangka, di salah satu sudut kota saya menyaksikan seorang turis bule dengan pasangan Asia nya sedang beradu mulut hingga fisik dengan orang lokal karena turis tersebut merasa ditipu dan dikerjai. Dan beberapa jam kemudian saya pun mengalami kejadian serupa (meskipun tidak sampai adu fisik).
HCMC mau tak mau menjadi kota yang saya benci secara pribadi. It’s just my personal opinion! Bahkan, di kemudian hari setiap ada orang yang bertanya apa kesan saya begitu tahu saya sudah mengunjungi kota ini, saya jawab dengan singkat dan cuek: I don’t like it! No offense! Kacau di hati, kacau pula di pikiran. Saya akhirnya lupa memperhitungkan hari di HCMC, dari yang seharusnya hanya satu hari menjadi dua hari karena saya (tanpa terencana) mengambil paket tour ke Cao Dai temple dan Cu chi tunnel keesokan harinya. Akibatnya saya kekurangan hari untuk dapat mengunjungi Sapa di kemudian hari.
NB: Jangan sampai setelah Anda membaca pengalaman saya di HCMC, Anda jadi mengurungkan niat untuk mengunjunginya atau bahkan Vietnam secara keseluruhan, karena ngeri akan keamanannya. No…Vietnam aman bagi turis, dan HCMC juga tempat yang relatif aman dan menyenangkan. Bahkan tidak sedikit turis yang menganggap HCMC adalah destinasi terbaik mereka di Vietnam. Apa yang terjadi pada saya hanyalah bersifat individual dan tidak bisa digeneralisasikan, lagian saya menganggapnya hanya ulah oknum. Orang jahat itu di mana-mana ada. Pesan saya, tetap berhati-hati dan waspada, serta jangan mudah percaya orang asing di mana pun Anda jalan-jalan, terlebih di negeri orang. Dan jangan lupa berdoa agar selalu diberi keselamatan selama di perjalanan. Oke! ;)
2. Da Lat nan Romantis
Lagi-lagi saya salah perhitungan begitu sampai di Da Lat. Gimana nggak, saya nyampe di Dalat jam 4 subuh! Dan Da lat itu duiiingiiinnnnnn sekaleee… beybeh!!! (karena Da Lat adalah kota pegunungan!). Sialnya, saya nggak (lebih tepatnya lupa) bawa baju dingin sama sekali, jaket pun tidak! Sementara orang Da Lat sendiri berpakaian ala musim dingin di Eropa hampir sepanjang hari! Hadeuhh!!! Kebayangkan saya jadi kelimpungan dengan otak yang mulai beku begitu nyampe di terminal bis subuh itu, mana sepi lagi. Ibuuu…. :cry:
Untungnya tukang ojek di Da Lat datang bak Kotaro Minami dengan “belalang tempur”nya menghampiri saya. Setelah tawar-menawar harga, saya pun sepakat untuk diantar si aki-aki tukang ojek yang tak bisa ngomong Inggris sama sekali ke pusat kota untuk cari penginapan. Shit..! Angin dingin di Da Lat yang memang udah kecang berasa jadi topan ketika saya naik ojek ini, menampar wajah saya, ampuuunnn dinginnya, saya menggigil disko, badan saya bukan lagi gemetar tapi bergoncang hebat di atas motor butut itu! Saya pun berusaha mengeluarkan apa pun yang dapat melindungi saya dari hawa dingin dari dalam ransel, dan saya menemukan: handuk! Handuk kecil yang saya buat menutupi hampir seluruh kepala kecuali mata. Tidak cukup membantu, tapi setidaknya otak saya bisa sedikit “anget”. 0:)
Kutu kupret! Subuh-subuh begini Da Lat belum hidup! Kota masih gelap, orang juga belum pada bangun. Begitu sampai di depan pintu hotel, semuanya masih serba gelap, terkunci, hanya suara gemuruh angin yang terdengar. Si aki tereak-tereak membangunkan pemilik hotel, tak ada jawaban. Dia pun berinisiatif mengantarkan saya ke hotel lain, siapa tahu ada yang buka. Tapi sama saja, semua masih tutup! Kalaupun ada yang buka (baru buka maksudnya), tidak ada kamar yang kosong. Waaa….gimana niii….???. Hampir satu jam kami keliling mencari. Salah saya juga sih kenapa datangnya subuh. Saya jadi kasihan sama si aki, ternyata baik juga mau susah-susah “menyelamatkan” saya, sementara si aki mungkin juga kasihan dengan saya karena saya udah mampus kedinginan nggak dapat tumpangan untuk “ngeram”. Matahari mulai menampakkan sinarnya, sementara saya dan aki mulai putus asa. Oke, begini saja, saya minta si aki mengantarkan saya kembali ke terminal bus, biar saya istirahat di sana saja dulu sembari menunggu pagi datang, baru nanti balik lagi ke kota. Ehh…si aki nggak ngerti sama yang saya maksud. Meskipun saya sudah capek-capek menerangkan dengan bahasa tarzan plus sedikit bahasa Vietnam yang saya pelajari, si aki malah nangkapnya saya minta balik ke hotel semula. Ya suteralah…saya ikut saja, capek saya! Ajaib, begitu nyampe, pintu hotel sudah dibuka, lampu sudah menyala, dan ada kamar kosong. Alhamdulillah. Saya dan aki tersenyum lega luar binasa! Saya pun akhirnya melebihkan tip untuk aki karena dia juga telah memberikan lebih untuk saya. Daann….selamat pagi Da Lat! :)
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar
© backpackerindonesia.com
pd. 15 Juli 2011, 23.09
[quote=permata]:bigsmile: pengalaman yang seru
kasih tips dan trik nya biar ngga di 'tipu' penduduk lokal :davie:[/quote]
Salam Kenal :)
He he he..., memang, terkadang apa yang kita alami jauh lebih seru ketimbang destinasinya sendiri. :bigsmile:
Hmm....rada-rada susah juga nih.. :( . Yang jelas di negara-negara "dunia ke-3" kayak gini perlu ekstra waspada. Contohnya kalau saya pribadi di Vietnam nggak akan percaya sama orang-orang nggak jelas yg nawarin jasa bakal nunjukin ini-itu atau bawa kita ke sana kemari buat sightseeing. Dan saran saya sebaiknya: JANGAN PERNAH! Saya hanya percaya pada agen wisata resmi atau pada diri sendiri dgn bekal pengetahuan yg cukup.
Kalau di Kamboja ada tukang ojek yg nawarin ngiter2 ke tempat wisata, yakinkan dulu bhw dia orang baik dan sepakati harga di muka.
Kalau di Thailand saya nyaris nggak percaya sama supir tuk-tuk. Udah seringnya lebih mahal dari taksi, supirnya kebanyakan pd resek lg!
Mau belanja pun juga gitu. Saya sering kaget, terkadang harga untuk turis jadi tiba-tiba melambung begitu mereka dengar kita ngucap "how much?". Bikin saya kesal aja. Solusinya...? Saya pribadi menemukan cara jitu, saya pelajari bahasa mereka, setidaknya untuk urusan jual-beli. Misalnya buat nanya "berapa harganya", terus saya juga hapalin angka-angkanya. Dengan begitu mereka nggak langsung mengira kita turis, ditambah lagi wajah kita (sesama Asia) emang nggak jauh beda ama mereka.
Kadang ada juga yg resek mendesak kita. Tinggalin aja, nggak usah diladeni lebih lanjut. Bilang thank you sambil tersenyum dan berjalan cepat meninggalkan mereka di belakang. Kalau udah sebal juga bolehlah bilang f**k y*u! HAHAHAHA....bcanda ( :p )
Balas Suka 0pd. 15 Juli 2011, 17.45
:bigsmile: pengalaman yang seru
Balas Suka 0kasih tips dan trik nya biar ngga di 'tipu' penduduk lokal :davie: