© backpackerindonesia.com
Selamat bernafas gratis, dan kita hanya perlu berjalan sedikit lebih jauh dari jalan yang tiap hari kita lalui ^^.
Kadang berasa kurang adil sama dunia wisata di provinsi sendiri, udah pernah kemana-mana diluar kalimantan timur, tapi baru sekarang bisa explore tempat wisata yang bahkan sudah banyak dikenal lebih dulu oleh wisman. Ya, saya fikir saya bukan satu-satunya penggila travelling yang lebih banyak megunjungi tempat wisata di daerah jawa atau bahkan diluar negeri selain wisata-wisata di tanah borneo. Dan jelas sekali alasan utamanya adalah akses jalan yang sulit dan cost yang kalau di compare, dengan pulau jawa saja, jauuuh lebih mahal, meski kata mahal dan murah itu jelas relatif sifatnya ^^.
Taman Nasional Kutai, Prevab Mentoko, tempat yang kemudian kami pilih untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bumi borneo ini. Terletak di kabupaten Kutai Timur, berjarak sekitar 4-5 jam melewati jalur darat dari kota samarinda. Bisa ditempuh dengan menggunakan bis dengan harga berkisar antara 35.000-40.000, saya tidak merekomendasikan untuk naik bis, selain karena kondisi bis menuju sangatta rata-rata sudah tidak baik, juga karena dengan naik bis, kita hanya akan berhenti hingga di terminal saja, sedangkan untuk menuju Prevab Mentoko kita harus menyeberang menggunakan klotok yang terletak di Desa Kabojaya. Bila menggunakan bis, kita harus melanjutkan naik angkot hingga pertigaan menuju desa Kabo Jaya, harganya sekitar 5.000 dan dilanjutkan lagi dengan naik ojek hingga ke desa Kabojaya, dengan harga sekitar 30-35000 rupiah. Alternatif lain untuk bisa sampai ke sangatta adalah dengan naik travel, ya, mobil pribadi yang digunakan sebagai taksi charteran, range harganya 100.000 per orang, dan bisa langsung diantar ke desa Kabojaya, praktis dan menghemat waktu.
Kami tiba di desa Kabojaya sekitar pukul 10 malam, karena baru berangkat di pukul 5 sore. Karena tiba dimalam hari, maka kami harus menginap di Desa Kabojaya, sebelum melanjutkan ke TNK esok harinya,perahu hanya berangkat di pagi hari. Jika berangkat dari pagi hari, teman-teman bisa langsung melanjutkan ke TNK dengan menggunakan perahu/klotok. Oh iya, sebelum berangkat menuju TNK, ada baiknya menghubungi pengelola TNK sebelumnya, untuk mengetahui ketersediaan guide dihari kita berkunjung. Pengelola TNK nantinya akan membantu menghubungi pemilik perahu/klotok yang akan membantu kita menyeberang dan menyiapkan Guide untuk mengantar kita menikmati keindahan TNK.. Peran guide dalam exploring TNK penting banget , karena jalurnya yg masih sangat alami, kemungkinan tersesat juga besar, selain untuk menunjukkan jalan, guide juga sangat membantu mengenali flora dan fauna di TNK, dan yang paling penting, bisa membantu kita menemukan lokasi pongo berada ^^. CP pengelola dan pengemudi klotok ntar bisa di japri ^^.
Hasil diskusi dengan pengelola TNK sebelumnya, kami janjian untuk menyeberang sekitar pukul 7.30, pastikan membawa perbekalan untuk makan siang, karena gak ada paklek bakso atau bulek gado-gado di sono, hehehe. Perjalanan menyeberang ditempuh sekitar 15-20 menit, dengan harga 350.000 PP, kalau sudah mau pulang tinggal kontak pemilik perahunya lagi. Untuk yang ingin menghabiskan 1 atau 2 malam di TNK, sebaiknya membawa logistic yang cukup, di camp tersedia dapur umum untuk masak, tapi bagi teman-teman yang mau praktis, kata warga di desa kabojaya, bisa pesen makan yang diantarkan ke camp, model model catering gitu. Biaya menginap di camp, 100.000 permalam, biaya guide 200.000 perhari.
Jika kalian seberuntung kami, bisa langsung ketemu Pongo di sekitar camp. Tapi tentu saja pengalaman untuk melihat kondisi dalam hutan TNK tidak boleh dilewatkan.
Yang paling menarik dari perjalan ini adalah pelajaran besar yang aku ambil.
Disana, alam mengajarkan kita tentang bagaimana kita harus hidup dalam keseimbangan , bagaimana Tuhan, tidak memperlakukan kita dengan tidak adil. Kehidupan di alam memberi tahu kita , kita hanya perlu bersyukur dan berjalan sesuai dengan jalur yang sudah Allah gariskan, maka tidak akan pernah kekurangan. Alam juga mengajarkan bagaimana kita tidak boleh mengambil secara berlebihan, sebagaimana para Pongo mengambil hanya untuk hidup, seperti itu juga harusnya kita.
Mari sayangi alam, hutan dan satwa didalamnya.
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar
© backpackerindonesia.com