Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Sejenak menengok Bangkok

Fery Setiawan
Fery Setiawan, pada 28 Maret 2014, 15.59
di Blog

Sejak jam 6 pagi, saya sudah terjaga. Tadi malam saya sudah merencanakan dengan seksama mengenai tempat-tempat yang akan saya kunjungi. Saking niatnya, malam hari saya menyusuri tempat-tempat seperti Wat Arun Wat Po dan Grand Palace.

Jam 6 bangun lalu jam 7 sudah mulai keluar hotel. Kemudian jalan kaki dari Khaosan ke Wat Po. Benar saja, suasana masih sepi. Saya liat terpampang 2 gerbang masuk yang satu bertuliskan Foreigner yang satu bertuliskan aksara Thailand. Dan disebelahnya ada tulisan ticket 100baht. Saya hanya duduk selama 15 menit di pintu gerbang melihat keadaan ternyata tulisan aksara Thailand tadi artinya kurang lebih "Orang Thailand" dan saya melihat banyak orang thailand masuk tanpa ngobrol tanpa bayar langsung nylonong.

Wat Pho

Bermodalkan wajah Thailand saya langsung saja ke pintu khusus orang Thailand. Jantung saya berdegup seperti petasan tahun baru. Petugas tiket melirik saya, namun saya pun berjalan dengan santainya. Ternyata berhasil. Hemat 100baht, lumayan. Ternyata didalam sini terdapat patung Budha emas besar yang sedang berbaring. Cara berbaringnya mirip Rose di film Titanic, namun bukan tanpa busana, melainkan sehelai selendang menutupi auratnya. Hehehe...

Di dalam ruangan seluas Lapangan Voli itu saya mendengar kalimat tak asing di telinga saya. Saat menoleh ada sebuah keluarga kecil sedang berfoto. Dari tampangnya saya langsung bisa menebak, mereka adalah orang Indonesia. Langsunglah saya sodorkan kamera pocket yang menggantung di leher saya pada mereka dan meminta untuk di foto. Sebagai gantinya, saya memfoto mereka pula.

Berputar-putar di Wat Pho, saya menyadari bahwa disini saya mendengar banyak sekali bahasa, yang paling dominan adalah Bahasa Indonesia. Mulai dari logat Jakarta, Sunda, Jawa sampai Suroboyoan. Salah satu yang paling mencolok adalah lima orang rombongan pria "aneh" dan dua orang wanita berbadan tambun.

Aneh karena dua orang dari mereka berbadan kekar, mirip mas-mas ditempat fitness. Satu memakai tanktop ketat bertulis SAME-SAME BUT DIFFERENT dan bawahan mirip hotpants yang dikenakan mbak-mbak SPG rokok yang ketat. Satu lagi memakai pakaian ketat transparan dan memakai celana skinny ngepress body. Terlihat tonjolan otot-otot mereka, namun yang aneh gayanya itu loh. Mirip ladyboy setengah jadi yang saya temui di Khaosan. Tiga orang sisanya sudah paruh baya.

Sejam saya berputar-putar menikmati lucunya para wisatawan Indonesia, mulai yang memakai monopod (tongsis), foto dengan biksu hingga yang paling lebay adalah foto monyong bersama dengan background Candi di Wat Pho. Memang begitulah orang Indonesia di tempat wisata. Pernah saat saya di KL melihat sekelompok orang Indonesia meminta foto dengan Bule didepan umum sambil monyong-monyong. Kelompok yang terdiri dari 3 orang itu bergantian minta foto dengan bule berlogat Amerika satu persatu.

Lita-Saya-Eti di Wat Pho

Setelah puas mengelilingi Wat Pho, saya langsung menuju pintu keluar. Persis sebelum tulisan "exit" saya melihat dua orang berhijab ala-ala Inneke Koesherawati, Mereka mengklaim itu adalah ala Dian Pelangi, Hmm... Siapa ya Dian Pelangi?. Pokoknya bergaya mbak-mbak masa kini, Heheheh..

Mereka berdua terlihat bingung. Saya pun langsung menghampiri dan bertanya, "Orang Indonesia?". Langsung dijawab iya. Dari percakapan saya dengan mereka rupanya satu orang bernama Eti dan satunya Lita. Mereka bekerja di perusahaan swasta di Jakarta. Dan usut punya usut, mereka tidak tahu menahu tentang Bangkok. Rasa iba dan gentleman saya pun muncul, saya mengajak mereka berkeliling Bangkok. Dengan harapan saya bisa punya teman ngobrol Bahasa Indonesia dan mereka dapat seorang Guide tampan dan baik hati. Heheheh...

Eti dan Lita sepakat untuk pergi bersama saya. Saya menjelaskan sedikit tentang sejarah-sejarah Wat Pho yang saya prlajari di internet. Puas di Wat Pho, kami beranjak ke Grand Palace. Di Grand Palace mulut kami menganga melihat kemegahan bangunan-bangunan disini. Kami yang sejak pagi belum mengganjal perutpun serasa kenyang dengan pemandangan di depan kedua mata kami. Lita yang disepanjang perjalanan perutnya protes sekarangpun terdiam dan sibuk menekam tombol kameranya. Sesekali kita saling memfoto.

Grand Palace-Bangkok,Thailand

Setelah sejam mengitari Grand Palace ternyata perut kami pun sudah tidak bisa berkompromi. Kami pun segera beranjak keluar dari Grand Palace sambil sesekali berhenti untuk mengambil foto. Di perjalanan Eti melihat sebuah museum tekstil. Maklum naluri wanita, pasti kalau urusan Tekstil langsung matanya terbelalak dan langsung menggeret kami masuk.

Disini terdapat koleksi pakaian Queen Sirikit mulai jaman baheula sampai yang sekarang. Queen Sirikit adalah salah satu dari ratu Thailand. Ternyata baju-baju beliau memang keren. Kain tenunnya buatan tangan. Desainnya glamor sekali. Puas di museum tekstil kita langsung keluar untuk mencari makan. Langsunglah kita mencari warung di pinggir jalan dengan alasan cepat pelayanannya dan murah.

Sudah tiga warung kita masuki dan semua kursinya penuh. Terakhir kita bertemu dengan warung cozy yang harganya lumayan murah, walaupun bagi saya yang pernah ke Thailand sebelumnya agak mahal, namun saya harus cepat menemukan tempat makan. Lantaran Eti dan Lita sudah terlihat lemas dan pucat. Di warung itu, kami memesan nasi goreng, menu aman disegala negara. Eti dan Lita memesan teh hangat, saya hanya pesan air putih dingin.

Selesai makan kita langsung ke Wat Arun, lantaran Eti ngidam ke Wat Arun. Langkah kita sekarang cepat, marena perut sudah penuh. Lita yang tadi lemas sekarang memimpin langkah kami di depan. Setelah 10 menit berjalan dari Grand Palace kita sampai di tepi sungai Chao Praya. Untuk mencapai Wat Arun, kita harus menyeberang Chao Praya, dengan 2 Baht kita bisa menyebrang sungai kebanggaan Thailand ini.

Pelataran Grand Palace

Wat Arun artinya adalah Candi senja. Menurut guide yang berbahasa (mirip) Inggris. Raja Siam sembahyang disini pada waktu senja. Puas ke Wat Arun kami sepakat untuk menyudahi perjalanan ini dan memulai shopping. Ternyata Eti sudah tahu dimana kita harus berbelanja. Maklum wanita sangat suka berbelanja. Terbukti mereka tidak tahu Grand Palace namun lancar jika di tanya Platinum Mall (shopping Mall tujuan kami).

Jalanan Bangkok hari itu terik dan macet. Beberapa kali kita melihat MOB atau demonstran yang melakukan demonstrasi besar-besaran. Banyak akses jalan utama yang ditutup. Karenanya waktu yang ditempuh menjadi lebih lama.

Sampai di Platinum Mall ternyata mall ini berada di jalan Pratunam. Ternyata Platinum itu plesetannya Pratunam. Mall berlantai 5 ini adalah pusat belanja murah di Bangkok. Eti dan Lita sudah mengantongi list barang-barang yang harus dibeli. Hanya lima belas menit saya

bertahan menemani berbelanja para wanita yang lapar belanja ini. Kamipun sepakat untuk berpencar dan berjanji untuk bertemu di Mc.Donald pukul 6 sore. Sayapun langsung menuju gerai pakaian pria. Saya memang membutuhkan beberapa potong baju dan celana lantaran tidak membawa satu baju ganti selain yang menempel di badan.

Kapal untuk menyebrang Chao Praya

Setelah beberapa jam. Saya melongok g-shock saya dan waktu menunjukkan 5.30 saya segera mempercepat langkah dan segera ke Mc.Donald untuk menemui Eti dan Lita. Sesampai di Mc.Donald saya langsung memesan kentang dan ayam, duduk disebelah pintu sambil terus mengawasi setiap pengunjung yang masuk. Waktu sudah menunjukkan 6.30 namun Eti dan Lita tak kunjung datang. Saya menyesal tidak membeli simcard di bandara, jadi saya tidak bisa menghubungi mereka. Saya akhirnya keluar dari Mc.Donald dan beranjak ke Meja diluar Mc.Donald sambil mengawasi orang-orang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7.00 namun Eti dan Lita tak kunjung datang. Hampir menyerah, tiba-tiba ada dua orang berhijab dengan kedua tangannya menjinjing plastik besar sedang mengawasi sekeliling. Ternyata Eti dan Lita, akhirnya kami pun kembali ke Mc.Donald untuk membeli makan malam Eti dan Lita. Karena sudah larut dan sudah letih kamipun memilih untuk ke Siam Paragon untuk melihat mall yang paling -in di Bangkok. Disini ternyata ada Maddame Tussauds. Eti yang suka dengan Bradd Pitt langsung memotret dirinya disebelah replika BraddPitt di pintu masuk Maddame Tussauds, kita tidak bisa masuk karena sudah lebih dari jam bukanya.

Saya sempatkan untuk membeli kupluk maroon untuk penahan dingin di Mall ini. Waktu menunjukkan 10 malam. Waktunya kita kembali ke Hotel, karena besok Eti dan Lita akan kembali ke Jakarta sementara saya akan terbang ke Phuket. Kita bertiga jalan kaki dengan menenteng belanjaan masing-masing untuk mencari taxi. Malam itu beberapa taxi yang kita temui tidak mau memasang meter, maka dari itu kita tawar menawar dengan taksi.

Hotel Eti dan Lita ada di daerah Latkrabang, dekat dengan Suvarnabhumi. Dan agak jauh dari Siam Paragon. Eti dan Lita sepakat membayar 400 baht untuk ke sana sementara saya tetap tinggal dan berjalan lagi untuk mencari taxi di tempat lain.

Saya berjalan sekitar 2 km melewati jembatan penyebrangan dan menyebrang jalan besar. Namun jauhnya jarak tidak terasa karena dikanan dan kiri trotoar terdapat banyak penjual, mulai dari pakaian, aksesoris hingga penjual lotre pun ada. Rupanya orang Thailand suka sekali menjadi pedagang kaki lima.

Lelah berjalan akhirnya saya menyerah dan mencegat taxi. Sopir taxi kali ini tu, dan bisa sedikit berbahasa Inggris. Dari percakapan kami, saya tahu bahwa umurnya sudah 70 tahun dan tiap hari tanpa libur mulai jam 12 siang hingga jam 12 malam dia bekerja. Wah sungguh kuat sekali beliau ini. Saya tanya apa rahasianya, katanya beliau menikmati pekerjaannya. Dan tidak pernah mengeluh. Dan yang paling saya tercengang dia juga perokok aktif dan peminum. Wow kini saya sudah sedikit tidak percaya dengan slogan rokok. "Merokok Membunuhmu".

Sekitar 15 menit taksi sampai di Khaosan. Langsung saya bayar dan segera berpamitan dengan sopir taxi kuat itu. Sampai di Khaosan seperti biasa tetap gemerlap, meriah, dan terlihat wanita dan waria sedang berjoget disekitar bar yang berada dipanjang gang ini. Sementara terlihat pula bule-bule yang sedang teler. Serta tak ketinggalan pedagang kaki lima berhburan dan berteriak menawarkan dagangannya. Saya segera melaju ke penginapan dan segera mandi dan bersiap untuk tidur.


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

Fery Setiawan
Fery Setiawan
Fery Setiawan Newbie
pd. 11 April 2014, 22.33

oke bro, check next trip aja, rencana mau ke India nih...

Suka 0
Fery Setiawan
Fery Setiawan
Fery Setiawan Newbie
pd. 11 April 2014, 22.30

yup sist, ane solo backpacker, setelah ke Bangkok itu, ane langsung cus ke Phuket seminggu, lalu ke Melaka, dan keliling KL sendirian kayak orang ilang, Hahahahh...

Boleh deh jadi guide, atur jadwal saja. Hahahaha.

Suka 0
Novia Maharani
Novia Maharani
Novia Maharani Jr.
pd. 11 April 2014, 11.05

jadi ini bro fery ceritanya self trip? :D

wah boleh tuh kl kapan2 mau maen kesana lagi.lumayan kl dpt guide yang baik hati dan tidak sombong,mau digeret2 pula..hehe

Suka 0
Adityaiw
Adityaiw
Adityaiw Sr.
pd. 4 April 2014, 19.17

wah keren banget gan ceritanya,kapan-kapan kalo mau trip kesana lagi ajak-ajak ya :D

Suka 0

© backpackerindonesia.com