Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

PESONA YOGYAKARTA

doel
doel, pada 4 April 2012, 9.42
di Blog

Trip Repport “PRAMUKA ke YOGYA, Backpacker ala alumni gudep Gajahmada-Tribuana”(bagian 1)

Sungguh menyesal sekali apabila perjalanan ke yogya ini sampai tidak terlaksana, ungkapan itu yang aku ucapkan ketika pulang dari yogya. Begitu banyak daya tarik dan pesona Yogyakarta yang menancap dalam lubuk jiwa. Begitu banyak kenangan dari perjalanan tersebut. Sebuah perjalanan Backpacker ke Yogyakarta ala Alumni Gajahmada-Tribuana dengan tema “Pramuka ke Jogja”. Ya, inilah backpacker… Hanya dengan Rp.165.000,- kami sudah bisa mengunjungi sekaligus menyinggahi 21 tempat tujuan dalam waktu 3 hari 2 malam namun tentunya dengan banyak perjuangan yang harus dilakukan.
Perjalanan ini dimulai dengan berkumpul di Stasiun Mojokerto pada hari kamis 22 maret 2012, karena kami akan menumpang KA Sritanjung Relasi Banyuwangi-Yogyakarta PP. Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB dan semua sudah berkumpul. Perjalanan ini sedianya akan diikuti oleh banyak orang tetapi karena kesibukan masing-masing maka banyak yang tidak jadi ikut sehingga tinggal 5 orang saja yang bisa berangkat. Pada siang itu ada kabar tidak baik, 1 orang lagi mengundurkan diri pada detik-detik akhir jelang keberangkatan karena ada tugas kuliah yang tidak bisa ditinggalkan. Maka jadilah aku, jauhar, krisna dan ifah yang berangkat. Tak apalah, perjalanan ini bukan paksaan kok, jadi siapa saja bebas untuk ikut atau tidak. Yang jelas perjalanan menuju Yogyakarta harus tetap berangkat. 
Sekitar pukul 14.25 WIB, KA Sritanjung mulai memasuki peron 2 Stasiun Mojokerto. Kami mendapat tempat duduk di kereta 4 dengan nomor tempat duduk 13A, 13B, 13C serta 14 B dan 14 C. sejenak kemudian kereta milik DAOP VI Jember ini mulai meninggalkan Stasiun Mojokerto menyusuri rel panjang menuju kota-kota di sebelah barat Mojokerto.
Riangnya canda tawa terus mewarnai perjalanan dalam kereta tersebut. Sebangku dengan kami adalah mas hari, orang solo asli yang bekerja sebagai akuntan di PTPN jember. Selain itu kami juga barengan rombongan backpacker lain yaitu rombongannya mas anca, mbak nur, dkk dari Makasar. Lucu sekali tingkah polah orang-orang dari timur itu, mulai dari bahasa jawanya yang awut2an, bahasa makasarnya yang aneh sampai semua penjual makanan yang lewat pasti dibelinya. Tetapi sikap terbuka dan penerimaannya sungguh luar biasa, itu yang harus kami apresiasi.
Jombang, kertosono, nganjuk, madiun, solo dan kota-kota lain terus kami lalui, kereta kami kelas ekonomi jadi wajarlah kalau beberapa kali harus berhenti agak lama di beberapa stasiun karena harus silang atau disusul oleh kereta lain yang kelasnya lebih tinggi. Tetapi bukan karena kelas ekonomi lalu pelayanannya buruk, perjalanan kereta ini ternyata bebas asap rokok, air di toilet mengalir serta yang tak kalah pentingnya kereta yang ditarik oleh lokomotif dengan seri CC 201 31 ini bisa masuk Yogyakarta lempuyangan pada pukul 20.00 WIB. Itu artinya perjalanan dari Mojokerto ke Yogyakarta ini tergolong cepat, hanya butuh waktu 5,5 jam.
Tiba di stasiun lempuyangan adalah tujuan pertama kami. Langsung saja kami menuju mushola stasiun untuk sholat maghrib dan isya’ dengan cara jamak takhir. Baru setelah itu kami mencari pengisi perut berupa Gudeg Yogya khas stasiun lempuyangan. Disini kami juga bertemu rombongan backpacker dari Surabaya, mereka akan kembali ke Surabaya setelah beberapa hari berlibur di yogya.
Sebenarnya kami sudah bikin janji dengan Guntur untuk di jemput di stasiun jika sudah sampai di lempuyangan, tapi sengaja kami tidak ngabari dulu kalau kami sudah sampai di jogja walaupun Guntur sudah sms berkali-kali tapi kami bilang aja kalau belum sampai. Hehe…
Memang kami berencana mampir ke tugu jogja dulu dengan jalan kaki sekaligus ingin menikmati indahnya kota Yogyakarta di malam hari. Kami susuri jalanan sepanjang stasiun lempuyangan menuju tugu yogya dengan penuh semangat walaupun hujan gerimis mulai mewarnai perjalanan.
Kami melewati tujuan kedua kami yaitu jembatan kali code yang begitu fenomenal. Dari atas jembatan kali code kami bisa menikmati derasnya aliran sungai dari kawasan merapi itu, melihat perkampungan code yang padat serta banyaknya angkringan di sekitar jembatan kali code. Sungguh pemandangan khas Yogyakarta, tetapi ternyata Guntur mulai curiga kenapa sampai larut malam belum tiba juga di yogya, dia menelpon dan terpaksa kami jujur bahwa kami telah sampai yogya dan posisi kami di kali code. Saat itu kami disuruh menunggu untuk dijemput dan sebagai tamu kami menurut aja, tak berapa lama sebuah mobil Honda jazz silver menghampiri kami dan ternyata Guntur dan seorang temannya berada di dalamnya. Kami langsung naik mobil menuju tugu yogya, malam itu rencana kami untuk jalan kaki sedikit mengalami kegagalan, kami terpaksa naik mobil mewah walaupun tugu yogya sudah 200 meter di depan kami dan kami sudah berjalan sekitar 1,8 km tetapi ndak apalah, hitung-hitung pemanasan buat perjalanan esok hari.
Tugu yogya merupakan suatu ciri khas Yogyakarta yang terletak sejajar dalam garis imajiner antara keraton ngayogyakarto hadiningrat, Tugu Yogya dan Laut Kidul Yogyakarta. Dahulu puncak tugu ini berbentuk bundar dan ukuran tugunya lebih besar dari ukuran yang sekarang, dan dinamakan tugu golong gilik. Sejenak kami menikmati suasana malam di kawasan tugu jogja ini dengan ditemani gerimis kecil dan banyaknya wisatawan lain yang berfoto bahkan nekat mendekat ke tugu dengan menyebrang jalanan yogya yang padat pada malam itu. Kami berfoto dan merekam suasana yogya malam itu secukupnya. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam dan kami meninggalkan tugu untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan wisata selanjutnya.
Saat itu kami berpisah sementara dengan krisna yang ingin berkunjung ke rumah mbahnya di daerah sleman, dia dijemput saudaranya dan kami kembali naik Honda jazz bersama Guntur untuk menyusuri jalanan malioboro ke selatan untuk menuju alun-alun kidul, tujuan ketiga kami di Yogyakarta. Perjalanan kami masih ditemani rintik hujan yang terus membasahi bumi Yogyakarta malam itu. Sampai di alun-alun kidul kami tertarik dengan permainan MASANGIN (berjalan dengan mata tertutup untuk melewati pohon beringin kembar yang ada di tengah alun-alun).
Beberapa kali kami gagal mencapai tujuan yang ada, nuansa mistis permainan ini sangat kental terasa. Begitu mata ditutup maka aura kegelapan menyelimuti seluruh tubuh kami, apalagi selama melakukan permainan beberapa kali hujan juga tetap turun. Konon katanya siapa yang bisa berhasil melakukan permainan ini maka segala keinginannya akan terwujud, kami tidak ambil pusing dengan adanya mitos itu, yang ada kami hanya ingin merasakan cerianya permainan tradisional Yogyakarta itu.
Selesai dengan permainan kami istirahat sejenak di gedung kuno disebelah timur alun-alun kidul, gedung besar yang kuat sekali nuansa mistisnya apalagi tidak semua lampu dihidupkan. Gedung itu bernama SASONO HINGGIL DWI ABAD yang juga sekaligus tujuan keempat kami. Setelah berfoto maka kami meninggalkan tempat tersebut dan menuju perumahan kampoeng ambarukmo 3 untuk beristirahat malam karena saat itu jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, sampai di perumahan kami sekedar istirahat mempersiapkan stamina untuk keesokan harinya.
Pagi harinya ternyata cuaca kurang bersahabat, hujan turun dengan lebat. Perjalanan yang rencananya kami mulai pukul 7.00 akhirnya harus mundur hingga 1 jam, karena hari jum’at maka kami takut waktunya kurang untuk mengunjungi list tempat wisata yang ada. Sekitar jam 08.00 kami diantar Guntur untuk keluar dijalan raya untuk mencari bus trans jogja yang akan mengantarkan kami keliling kota, sambil menunggu bus kami berfoto di depan Ambarukmo Plasa yang bisa dibilang tujuan kelima kami, walaupum hanya foto didepannya saja, hehe…… (bersambung ke bagian 2)


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

© backpackerindonesia.com