Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Menyambut Puncak Lom Plai Suku Wehea di Nehas Liah Bing-Kalimantan Timur

Chris Djoka
Chris Djoka, pada 5 Mei 2012, 20.35
di Blog


Dipelataran sebuah rumah tengah kampung, tampak beberapa orang warga berkostum tradisional khas Dayak Wehea sedang bercengkerama dengan sesama mereka, sementara itu, dihalaman sebuah rumah, nyala api masih membara, menjadi pembakar sempurna bagi puluhan batang bambu yang berjejer rapi pada sebuah tungku kayu. Tampak juga, dihalaman rumah lainnya, seorang tua paruh paya sedang sibuk membalikan bara api, agar pluq (lemang) dapat matang secara merata.

Dibagian lain kampung, terdengar sendu suara seorang anak kecil yang merengek kepada ibunya, agar diijinkan untuk bergabung dan bergembira bersama sesama anak lainnya, untuk menari bersama pada sebuah tanah lapang dengan iringan paluhan gong dan tetabuhan tewung.

Malam itu (4/5/12), seluruh warga seolah hidup pada desahan nafas yang sama, satu dalam kegembiraan, untuk sambut malam puncak ritual pesta panen dalam tradisi Suku Dayak Wehea.

Sementara itu, bebunyian gong dan tewung seakan enggan beristirahat sejenak apalagi berhenti, terus berkumandang, bersama dalam irama dan nada, memanggil seluruh warga untuk segera berkumpul bersama dengan sesama saudara lainnya pada sebuah tanah lapang diberanda kampung.

Secara berkelompok, warga, seolah tidak ingin ketinggalan untuk bergembira bersama, berbondong-bondong menuju tanah lapang tempat dimana malam penuh kegembiraan dilaksanakan, tempat dimana mereka bersatu dalam hentakan kaki serta teriakan-teriakan khas sukunya dalam iringan nada dan irama dari bebunyian alat musik gong dan tewung.

Teng, teng, dung, teng, teng, dung. Suara bertalu dari alat musik gong dan tewung semakin membahana, memecah kesunyian malam seolah berlomba dalam sebuah gerak sama, dalam lenggokan tarian tumbambataq, njiak keleng, dan ngewai secara bergantian hingga menjelang fajar menyingsing.

Hentakan kaki, kibasan tangan, serta gerak kepala laksana gerak sama seolah mengajak warga untuk kembali kemasa lalu, memaknai kekayaan tradisi sekaligus sebuah bentuk tanggung jawab kepada pendahulu, bahwa pewarisan tak akan pernah lekang dimakan waktu.

Itulah malam jelang puncak ritual pesta panen Suku Dayak Wehea, di Desa Nehas Liah Bing, sebagai sebuah bentuk ungkapan dan rasa syukur warga Suku Dayak Wehea atas segala berkah yang diberikan, sehingga mendapatkan hasil panen yang melimpah ditahun ini.

Pesta panen padi atau biasa disebut Lom Plai dilaksanakan selama sebulan penuh, sejak ritual pembukaan yaitu Laq Pesyai dan ritual puncak yang biasa disebut mbob jengea dan kemudian ditutup dengan ritual embos epaq plai saat senja menjelang atau bersama hilangnya mentari diufuk barat.


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

Chris Djoka
Chris Djoka
Chris Djoka Newbie
pd. 6 Maret 2013, 13.24

bagi yang ingin ke wehea, dapat memulai perjalanan dari balikpapan/berau.
untuk dari balikpapan, dapat menggunakan bus menuju samarinda, tetapi sebelumnya agar memudahkan perjalanan anda menuju desa nehas liah bing, dapat melakukan kontak ke beberapa driver taksi dari muara wahau-samarinda (pp) - taufik: 081350481436 dan silakan buat janji untuk penjemputannya, dan dapat dipilih 2 opsi. ingin yang murah meriah caranya ikut reguler (rp. 200.000/orang) atau carteran (rp. 1,2 - 1,4 jt/trip).

bila dari berau, dapat mengakses informasi di sekitar bandara untuk menuju ke muara wahau (rp. 150.000 - 200.000/orang) dan untuk carteran rp. 1,2 - 1,4 jt.

Suka 0
Chris Djoka
Chris Djoka
Chris Djoka Newbie
pd. 6 Maret 2013, 13.18

bagi rekan2 bp yang ingin menikmati pesona lain dari suku dayak di kalimantan, datang dan saksikan sebuah ritual budaya dalam pesta panen padi (lom plai) yang puncaknya akan digelar pada tanggal 23 april 2013 di desa nehas liah bing, kecamatan muara wehea, kabupaten kutai timur, kalimantan timur, indonesia

Suka 0

© backpackerindonesia.com