Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Meriahnya Naq Jengea di Kampung Long Wehea_Kaltim_Indonesia

Chris Djoka
Chris Djoka, pada 6 Mei 2012, 11.12
di Blog

Beragam umbul-umbul serta hiasan berupa juntaian pengsut dari rautan kayu memenuhi seluruh jalanan kampung. Sementara itu, disebuah tanah lapang, telah berdiri sebuah mahakarya megah dari para perajin Suku Dayak Wehea dalam wujud patung khas Dayak Wehea, seolah menjadi penerima tamu utama dalam ritual pesta panen kali ini.

Kampung Long Wehea kali ini, bagaikan seorang mempelai yang bersiap menuju pelaminan, penuh sukacita, penuh kegembiraan, untuk menyambut sebuah hari sakral jelang pesta panen padi yang biasa dilaksanakan setahun sekali.

Seluruh warga kampung telah siap berpesta, mulai dari orang tua hingga anak-anak, seolah tidak mau ketinggalan menyambut hari yang telah ditunggu dalam sebuah ritual pembuka jelang puncak pesta panen dalam tradisi Suku Wehea di Desa Long Wehea, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur.
Gong telah dipaluhkan dan tewung pun telah ditabuhkan, perlambang ritual pembuka penuh makna akan dimulai.

Serombongan warga berpakaian adat khas Wehea tampak berdiri gagah ditepi Sungai Wehea, menunggu datangnya tamu dari kampung-kampung lainnya.

Iringan paluhan gong serta tabuhan tewung tiba-tiba membahana di seantero kampung. Para tamu yang ditunggu-tunggu pun telah tampak. Sebuah rakit besar yang terdiri dari beberapa perahu yang diikat menjadi satu serta penuh hiasan khas Wehea muncul dari hulu sungai. Teriakan-teriakan khas Suku Dayak Wehea serta bunyi gong dan tewung pun semakin membahana.

Tampak gagah para lelaki, tua dan muda yang ada didalam rakit tersebut, membelah sungai dari hulu, dan perlahan merapat untuk berlabuh pada sebuah tempat khusus yang telah disediakan oleh warga.

Ritual pembuka pun dimulai. Berloncatan turun, mereka membentuk sebuah formasi khas untuk segera menarikan tarian kebersamaan bernama tumbambataq, mjiak keleng dan ngewai. Sebuah barisan panjang terbentuk secara otomatis, dari tepi sungai menuju sebuah tanah lapang sebagai tempat pusat ritual yang berlatar belakang patung selamat datang.

Kini, setelah bersolek, sang pengantin seolah siap menuju pelaminan, dan barisan para penari tumbambataq seolah menjadi pertanda, bahwa naq jengea, sebagai sebuah awal telah dilaksanakan, dan saat senja telah datang, semuanya kembali untuk beristirahat, sambil bersiap untuk melanjutkan pada ritual menari tradisional pada malam hingga fajar menjelang…..
Terus berlanjut.

Setelah makan malam, puluhan orang warga berbalut pakaian tradisional Wehea kembali berkumpul ditanah lapang, tempat diselenggarakan acara pada malam hari.
Barisan penari kembali terbentuk, beriringan menuju tempat ritual, bumyi gong dan tewung sekan saling bersahutan, tampa komando, semuanya menyusul. Para perempuan berbalut busana khas Wehea pun tidak mau ketinggalan, termasuk barisan anak-anak.

Beberapa jenis tarian terus berlangsung sesuai dengan irama pukulan gong dan tewung, mulai dari tumbambataq, njiak keleng dan ngewai, seolah bergantian secara otomatis. Tidak terlihat rasa lela dari warga yang menari bersama-sama, yang ada hanya kegembiraan bersama, bahwa panen padi tahun ini telah selesai dan memberikan hasil melimpah.

Hingga tengah malam terian terus berlangsung, dan menjelang dinihari, akhirnya semua ritual pembuka dalam Naq Jengea untuk menyambut hari puncak dalam ritual Mbob Jengea pun ditutup dengan tarian tunggal yang ditarikan oleh beberapa orang secara bergantian.

Long Wehea, sebuah desa berstatus persiapan, hari ini, 01 Mei 2012, telah menorehkan sejarah, melakukan pagelaran pesta panen secara besar-besaran .
Semoga panen tahun depan lebih baik lagi……


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

© backpackerindonesia.com