© backpackerindonesia.com
Siapa pun pasti tau gunung Krakatau, Gunung yang meletus pada 26-27 agustus 1883,suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu. Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km.
Tapi kali ini bukan si induk Krakatau yang ingin saya bahas. ya,,dia adalah si Anak Krakatau yang masih dalam masa pertumbuhannya, terlepas dari kedahsyatan letusan sang induk. Anak Krakatau mewarisi kemegahan yang mempesona dan waktu demi waktu ia pun tumbuh, tumbuh dan tumbuh. Menyeramkan memang kalau kita membayangkan akan seperti apa nanti kalau kita menilik kebelakan apa yang terjadi pada saat sang induk meletus. semoga saja ia tidak dimasa kita.
Seperti biasa perjalanan ini tidak saya lakukan secara sengaja. Ambil cuti dari kantor tanpa ada rencana mau kemana. aneh. Berawal dari kegiatan iseng saya surfing di intenet mengenai tempat yang cocok untuk menghilangkan penat, dan entah mengapa saya ingat seorang teman yang menawarkan travel murah ke Anak Krakatau jauh hari sebelumnya. Jemari saya pun menari diatas keyboard ejakan Krakatau. ternyata begitu banyak informasi mengenai gunung tesebut. gunung yang lekat dengan sejarah dunia.
dermaga canti
Hasil dari surfing internet yang saya dapat yaitu bisa bergabung dengan sebuah komunitas yang bernama KOALA(Komunitas Alam Liar). Senangnya dapat kenalan baru lagi..senangnya. Komunitas ini ternyata didirikan oleh sekumpulan pemuda-pemudi yang ternyata satu Almamater dengan saya..sempitnya dunia ini..hehe. Dengan membayar 400rb secara kolektif, untuk biaya akomodasi(sewa kapal, home stay,makan selama disana,guide lokal, BBQ, pp merak lampung )ditambah 65rb untuk sewa snorkeling.
Perjalanan saya mulai dari Terminal Pulo Gadung, dimana saya berniat berangkat bersama dengan panitia dan anggota lain. sengaja saya berangkat dari rumah lebih awal dikarenakan pertimbangan macet dan libur nasional. saya tiba di Terminal satu jam 1/2 lebih awal. ternyata anggota lain terjebak macet dan hujan. Memang langit selalu terlihat sedih kala itu. Setelah cukup lama saya berkeliaran di Terminal, akhirnya mereka berkumpul juga. Setelah lakukan perkenalan kami pun berangkat dengan menggunakan bus ARIMBI,pukul 19.20. biaya bus 17,500 /orang. Karena kita rombongan mungkin dikasih murah ;).
Jarak tempuh Jakarta - Merak sekitar 4 jam menggunakan bus, kami tiba di Merak sekitar pukul 23.00, istirahat sejenak sambil menunggu kapal menepi. setelah itu dengan menumpang kapal RO-RO ke Bakauhenis. Tiba di Bakauheni kami carter angkot jurusan dermaga Canti, jarak tempuh sekitar 1,5 jam kedermaga Canti. Tiba di dermaga subuh hari dan hujan belum juga berhenti, kami mesti menunggu langit terang untuk bisa menyebrang. Setelah sarapan kami pun menjadi kelompok pertama yang menyebrang..cukup banyak juga ingin berkunjung ke Cagar alam Anak Krakatau kala itu. Jarak tempuh sekitar 1,5jam - 2jam untuk ke pulau singgah Sebesi diman kami akan menginap disana. P sebesi ada lah pulau berpenduduk terdekat dengan Cagar Alam Krakatau. Ongkos kapal reguler Dermaga Canti – Pulau Sebesi sebesar 25,000/orang.
Tiba di pulau sebesi sekitar pukul 09.00 pagi. Kami pun menempati home stay yang sudah kami pesan sebelumnya untuk semalam. Lokasi Villa Pulau Sebesi Indah terletak di Desa Tejang – Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan. Pengelola Villa Pulau Sebesi Indah, Bapak Hayun, dapat dihubungi pada nomor telepon 0813 6992 3312 atau 0828 7013 757. Pemilik Villa Pulau Sebesi Indah merupakan Pemerintah Kapubaten Lampung Selatan. namanya memang Villa tetapi jangan salah. Bentuknya hanya seperti rumah biasa. Cukuplah untuk backpacker. Keterbatasan fasilitas listrik kami pun hanya bisa menikmati air untuk mandi sore hari saja.
Setelah bersih-bersih. Kurangnya istirahat. Diberikan seragam kami pun harus mengejar waktu untuk segera menuju ke Anak Krakatau. Untuk informasi, tidak ada kapal reguler untuk pulau Sebesi - Krakatau. Kami harus carter kapal sekitar 2 - 3juta yang dapat mengangkut 15 -20 orang. Memang berat kalau anda berangkat sendiri, karena harus membawa sendiri biaya kapal yang mahal itu. Satu-satu nya cara yaitu ikut rombongan lain, beruntung saya sudah punya rombongan sendiri.
Ketika menjejaki kaki di pesisir cagar alam Anak Krakatau, pasir yang pekat tidak seperti pasir pantai pada umumnya menyapa di sela-sela sepatu tracking saya. Setelah mengurus perizinan pada Polhut yang bertugas kami pun mulai untuk pendakian. Ditemani staff Polhut yang bertugas sebagai guide. Berhubung demi keamanan, kami hanya diperbolehkan mendaki hanya sampai patok kesembilan. Bapak polhut pun mengisahkan sejarah terbentuknya Anak Krakatau ini. Adalah sebuah pulau volkanik kecil, yang muncul di antara Pulau Sertung (Verlaten Eiland) dan Pulau Rakata Kecil (Lang Eiland) pada tahun 1928, di tempat yang dulunya adalah pantai dengan kedalaman 27 m. Pulau ini adalah pulau termuda di Indonesia.
Pada tahun 1929, pulau kecil ini menghilang lagi, tetapi kemudian muncul kembali bersamaan dengan letusan-letusan pada tahun 1930, dan setelah letusan-letusan hebat dalam Februari 1933 muncul dengan ukuran lebih besar. Pada tahun 1935, pulau ini bentuknya hampir bundar, dengan diameter sekitar 1200 m, ketinggian 63 m dan pada tahun 1940 tingginya 125 m. Pada tahun 1955 pulau ini bertambah ketinggiannya menjadi 155 m dari permukaan laut. Pada tahun 1959 pulau ini meledak kembali dan mengeluarkan asap hitam tebal sampai setinggi 600 m. Bersamaan dengan aktivitas vulkanik gunung api yang ada di pulau ini, titik tertinggi pulau ini terus meningkat dengan laju 7-9 meter per tahun. Terhembus kabar tentang adanya oknum-oknum yang menginginkan pasir alam yang ada di Cagar ini agar dikomersilkan. tapi gagal karena Cagar alam ini adalah sudah menjadi Cagar alam Dunia.
Kepulauan krakatau ini juga memiliki beberapa spot yang biasa menjadi tempat untuk snorkeling. Lokasi terdekat dengan pulau sebesi adalah pulau Umang-umang, terumbu disini kurang bagus menurut saya. Banyak terumbu yang rusak, karena banyaknya terumbu yang rusak dimana seharusnya menjadi rumah ikan membuat ikan-ikan disini terlihat jarang. Prihatin saya lihatnya. Jarak antara pulau Umang-umang paling dekat dengan pulau Sebesi,wajar kalau terumbunya kurang bagus. Airnya sedikit kotor, banyak sampah plastik juga. sayang sekali. Lokasi lain adalah Lagoon cabe. Lokasi inilah yang menurut guide lokal kami spot terbaik untuk snorkeling. Tapi sayang sekali, karena ketika itu bertiup angin timur. Kami tidak diperbolehkan snorkeling dilokasi itu. Airnya pasang. Anginnya kencang dan kami pun pulang.
Malamnya kami berhamburan dihalaman depan penginapan, malam yang cerah. Bulan terlihat sempurna, gemintang berserakan dilantai langit. Laut layaknya lantai keramik yang memantulkan cahaya bulan dan gemintang. Pemandangan yang tidak setiap hari bisa saya lihat dipusat kota. Indah. Kami bercengkrama, berbagi cerita, bakar ikan juga pastinya. lepas itu kami pun istirahat.
Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah pulau Sebuku. Laut di sekitar pulau ini sedikit lebih tenang dibanding sebelumnya. Dangkal. Pesisirnya banyak berserakan pecahan terumbu, karang-karang kecil. tidak banyak yang bisa saya ceritakan dipulau ini. Kami hanya ambil foto saja setelah itu kami pun segera kembali ke Jakarta.
Memang tidak banyak yang saya bisa ceritakan untuk trip kali ini. kecuali Anak Krakatau sendiri yang waktu demi waktu tumbuh. Megah. Kepulan asap dipucuknya seakan-akan memperingatkan kita,manusia untuk waspada akan murkaNya.
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar
© backpackerindonesia.com