Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Indonesia: Sold Out!

zavitto
zavitto, pada 12 Agu 2012, 1.57
di Blog

Pulang dari jalan-jalan lagi ke luar negeri, dan sempet ngikutin tur wisata yang mereka buat di vietnam, di kamboja dan di thailand, rasanya miris banget ngelihat adanya perbedaan yang besar tergarapnya pariwisata kita dengan luar negeri.

Kita ambil contoh saja paket wisata yang ditawarkan, belum banyak turis-turis yang datang mampu digiring ke paket wisata yang beragam, yang sesuai style dan tentu saja sesuai budget mereka yang juga beragam. Yang perlu diingat adalah, tidak semua turis asing datang ke Indonesia itu punya uang cukup buat bepergian sejauh mungkin, sebanyak mungkin tempat dan merasakan hal yang baru yang gak mereka rasain di luar negeri.

Gak usah jauh-jauh di daerah lain, di Jogja, saya lihat mereka yang datang kesini 'cuma' disuguhi sendratari ramayana, paket wisata ke candi borobudur, dan prambanan. atau ke kraton Yogyakarta lah. dan paket itu harganya juga kadang ga masuk akal, sampai ratusan ribu IDR.

Di banyak tempat, harga tiket masuk utk wisatawan mancanegara dan lokal yang dibedain itu juga masih terlihat banget bagaimana kita memperlakukan turis bak ladang uang, yang akhirnya ladang itu over-harvest, dan ladangnya akhirnya kapok datang ke Indonesia lagi. Seharusnya pemerintah mulai memikirkan bagaimana regulasi yang fix untuk mengatur pricing. Misalkan dibedakanpun, ada regulasi yang jelas, bukan hanya main kemplang (yang banyak dilakukan orang Indonesia, bahkan kepada sesamanya).

Saya kemarin mencoba delta mekong tour yang harga paketnya hanya 7,5 USD. Mau tau apa yang saya dapat? Saya dapat perjalanan by bus selama 4 jam PP, dengan sekali makan siang di tempat penangkaran buaya, dapat kapal menyeberang ke 4 pulau, maen sampan-sampanan yang bisa dayung sendiri, disuguhi nyanyian lokal sambil makan buah segar, naek pedati yg ditarik kuda, dan gratis ke tempat souvenir. dan itu one day tour.

Kalau dibandingkan, saya cuma kayak naek kapal nyeberang sungai besar, trus liat pohon kelapa, dimana turis-turis yang berkulit putih itu heboh sendiri motret pohon kelapa, trus beli oleh-oleh arak nira kelapa, nougat kacang, dan tas-tas lokal yang dijual 2-10 USD. tidak beda jauh seperti saya di purworejo jawa tengah, trus pindah ke Madiun dimana nerobos-nerobos gua bikinan tentara perang, trus naek pedati seperti jaman saya kecil dulu. Oke-lah, mereka jual itu dengan harga 7,5 USD, tapi penghasilan tambahan yang bisa diperoleh mereka bisa diratakan dari penjualan buah lokal sepanjang jalan, penjualan sovenir yang lebih murah dari pada di Hochiminh City, belum lagi tips-tips yang diberikan pada pendayung kapal yang sekitar satu dolar, hasilnya, mereka mendapatkan beberapa belas dolar tambahan tanpa kentara. Nah, kenapa kita tidak membuat low-end budget package tour begitu ya?

Dengan alam kita yang lebih beragam, kita bisa dapat lebih banyak sebenarnya. Membawa turis-turis berjemur di pantai gunung kidul yang tenang, dengan ombak yang lebih tenang, dan pasir putih, cuma ongkos bensin dan biaya masuk, pastilah bisa memuaskan hasrat berjemur tanpa diserobot oleh pariwisata di phuket, patong, pattaya, koh samui, atau tempat lain yang sebenanrnya bagus karena fasilitas. Kita bisa juga mengeksploitasi wilayah dingin di seputaran merapi tanpa membebankan mereka ongkos terlalu tinggi. Hanya bermodal minibus, atau kendaraan pribadi saja, dan bekerja sama dengan pemilik sepeda di daerah perkebunan, dan jangan lupa:"senyum" pastilah paket wisata kita akan lebih diminati.

Jangan lupa juga, rumah penduduk kan sebenarnya bisa digunakan utk menginap. Dengan memberi pengertian supaya sadar wisata kepada seluruh orang, sebenanrnya setiap orang dapat mendapatkan hasilnya tanpa modal terlalu besar. Hal itu juga memberi keragaman budget bagi turis asing yg middle - low budget yang selama ini belum tergarap dengan baik. Kita lebih menyerah kalah pada pemodal-pemodal besar yang berpayung Sol-Sol hotel, membuat paket wisata dengan bus sejuk, dan tur guide yang siap mengelap kaki para turis asing yang terkena debu lokal yang menjijikan justru bagi kita sendiri.

Saya jadi ingin mengembangkan pariwisata tanpa modal seperti ini, tapi memang butuh ketelatenan dan kerjasama yang baik diantara pelaku2 yang bukan pariwisata supaya paling tidak sadar bisnis sehingga seluruh pihak mampu diuntungkan baik itu kita, penduduk yang tinggal di daerah yang bisa diolah dan juga menguntungkan para wisatawan asing yang datang sehingga mereka betah dan mau kembali berkunjung ke Indonesia.. Siapa yang mau?


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

zavitto
zavitto
zavitto Sr.
pd. 2 Sep. 2012, 19.46

@andy: iya, sebenarnya mahal murah itu relatif kok.. saya mau bayar mahal asal memang harganya segitu. ngga usah jauh2 ya, saya ke telaga sarangan jawa timur, saya makan baso semangkok rp.7000. trus kemudian ada turis asing nanya, lah kok jadi 10.000 semangkok. saya jadi geregetan dan langsung aja nyolot: "i ll pay for you" dan si bule cuma bengong sambil ngliatin saya (mungkin agak khawatir saya ada maunya). itu lho yg saya maksud kyk yg diomong mba' nontjes. mentalitas aji mumpung itu kayak udah melekat. itu yg harus kita kasih sedikit 'pelajaran' buat orang2 yg kebetulan beruntung jadi penduduk lokal utk pasang tarif yg wajar sahja lah....

@nontjes: betul sekali itu mba. ada rasa ngga aman trip ke dalam negeri ya..entah kenapa saya jg ngerasain itu. disini tulisan saya bukan buat bikin temen2 sini jadi kapok buat trip dalam negeri, tapi, sebagai backpacker, saya kok ngerasa harus mengikuti budget yg saya tentukan sendiri buat bisa ngetrip lagi di kemudian hari...

Suka 0
nontjes
nontjes
nontjes Newbie
pd. 1 Sep. 2012, 20.39

kalo boleh sy komen lagi (sedikit ajaaa :) sebenernya yg membedakan knp wisata diluar bisa maju dan di indonesia susah utk maju adalah .... MENTAL-nya.

ini hampir di semua pihak bung, bukan hanya dlm sektor pariwisata aj.

bisa dibilang pariwisata di Bali cenderung maju karena orang Bali terkenal jujur.
kalo ada orang di bali yg sampe mboongi turis itu namanya KETERLALUAN.

dan pariwisata diluar sbnrnya biasa2 aj, tp qta nyaman krn merasa aman dan ndak diboongi.

contohnya di Spore, knp qta mau byr mahal? krn qta tau smua org jg bayarnya sama2 mahal :)
gak ada yg namanya turis domestik/ international dibedakan.

tapi di banyak tempat di Indonesia, sy sbg turis domestik, masi2 sama2 pake bahasa yg sama & warna kulitnya sama, koq bisa mendapat perlakuan beda.
diboongi sama bgs sendiri psti rasanya lbh sakit drpd diboongi sama bangsa laen toh?

yg sy rasakan saat traveling sendiri di eropah jg adalah rasa aman.
krn sebagai cewe yg wara wiri kesana kemari sorangan pk transpor umum sy tidak merasa ada yg berani berbuat jahat.
beda sama di negri sendiri, j8 malem aj udah gak berani keluar sendiri kalo traveling ke tempat yg krg dikenali (cthnya Jakarta...hehe)

eh komen-nya koq jadi panjang.

ok deh sekian aj biar gak tambah pusing yg baca curcoL-nya ... ^^

Suka 0
qnanthy
qnanthy
qnanthy Pro.
pd. 30 Agu 2012, 11.41

Great!!!

Speechless...

Gue dukung...apa yg bisa gue bantu?

Suka 0
andygunawan70
andygunawan70
andygunawan70 Sr.
pd. 29 Agu 2012, 12.11


@All....maaf, bukannya hendak menyombongkan diri, dalam setiap trip yg ane lakukan, tdk pernah ane permasalahkan harga yg harus ane bayar sepanjang masih dalam budjet ane ( ane selalu membawa 50 - 60 % tambahan budjet dari yg direncanakan ) karena prinsip ane, ada harga yg harus kita bayar utk kesenangan yg kita dapatkan. Tapi, sebandingkah harga yg kita bayar dengan yg kita dapatkan ?. Seperti yg ...@AGopalla katakan, hal yg sama juga sering ane alami,contohnya pada trip 17 - 21 Agt 2012 yg lalu, ketika ane hendak membeli mangga di pasar Ajibata Parapat, ane ditawari harga 20rb/kg padahal pembeli sebelumnya yg org lokal hanya 18rb/kg. Ane tawar harga yg sama tdk diberi walaupun sdh ditawar dgn alot, akhirnya nggak jadi beli deh apalagi akurasi timbangannya ane ragukan. Sampai temen seperjalanan ane komplain karena ane yg tetap ogah beli. Kebetulan ane sedikit ngerti bahasa Batak, jadi transaksi penjual dgn pembeli sebelumnya dlm bahasa Batak ane ngerti....
:bigsmile:

Kejadian lain yg cukup memalukan juga pernah ane alami thn lalu, juga di Parapat ini. Ceritanya ane dgn 2 org teman mau nyeberang ke Pulau Samosir dgn fery penyeberangan yg tarif normalnya 20 rb/org PP. Biasanya kapal fery akan berangkat kalau penumpangnya sdh mencukupi, nah pas kita mau naik, tuh penumpang sdh lebih dari separuhnya, jadi kita naik setelah ada kecocokan tarifnya. Setelah kita naik, barulah kita tahu ketika ditanyai penumpang yg sdh naik ( yg ternyata rombongan satu keluarga ), bahwa kapal yg kita naik itu sdh disewa penuh sama keluarga yg bersangkutan, padahal ongkos kita juga sdh dibayar penuh. Betapa malunya ane.... :p emosipun naik ke ubun-ubun kepala, kalau saja tdk ditenangkan temen & keluarga yg kita tumpangi kapal yg sdh mereka sewa,....entahlah. Dari kejadian itu, ane selalu ekstra hati-hati utk masalah seperti ini.
Padahal pada beberapa trip sebelumnya ( lagi musim sepi ), ane pernah ngobrol dgn beberapa pemilik kapal yg ngeluh sepi order + ane beri sedikit " wejangan ", sampai sekarang perbaikan yg ane rasakan hanya sedikit ( sukurlah masih ada ). Semoga secuil saran dari semua anak negeri akan memberi manfaat positif bagi perbaikan pariwisata nusantara ke depannya.

Salam ransel & jangan kapok ya wisata domestik.

Suka 0
AGopalla
AGopalla
AGopalla Newbie
pd. 29 Agu 2012, 10.23

susah gan di indonesia mah,,,
Jangankan turis luar negeri turis lokal beda kota aja suka di getok-getok harga (Harga makan yang paling sering) trik tanpa harga di menu untuk keuntungan sesaat padahal itu bakal jadi bumerang buat mereka,,,

Suka 0
zavitto
zavitto
zavitto Sr.
pd. 28 Agu 2012, 15.57

@andy:
naah...itu dia.kyknya masyarakat kita itu aji mumpung, jual mahal kalo pas rame biar kalo sepi ttp bisa makan. ga bisa disalahin sih krna holiday di negara kita ya kalo ga musim liburan sekolah, lebaran ato natal dan tahun baru. mereka blm berpikir lebih panjang utk ttp memperoleh omset dgn membuat citra yg bagus. toh org2 kantoran mcm saya jg malah ga libur lama pas holiday umumnya. contoh aja parkir, kalo sepi parkir kdg ga dijagain sampe2 kita khawatir ninggal kendaraan di tmpt parkir yang jauh dari obyek, tapi kalo pas rame, mereka ngemplang dgn alasan liburan, parkir motor sampe 3000 dan mobil kdg sampe 10 ribu. Nah, itu kan hal sepele yg kdg bikin kita pengunjung jadi kapok kesana. Belom lagi hotel yg naik semaunya, makanan di obyek wisata sampe hal2 kecil lain seperti suvenir, dan pungli tambahan yg ga jelas larinya kemana. Saya ke mekong river, rame ga rame paket wisata ya ttp 7 USD, dan bus antar negara yg 10 USD jg ga naik. mgkn itu jg yg jadi pikiran saya gimana sih biar ga gitu lagi. Ada sarankah?

@avi:
akhirnya jalan kaki jg selalu jadi pilihan saya lho mbak kalo pas ngetrip. disamping murah, kita bisa sightseeing dgn sangat flexible sekali. Saya jalan kaki dari bandara kinabalu sampe jesselton yg jaraknya lumayan, dan di brunei saya jg lebih milih jalan kaki.budget terbatas walo kaki rasanya mau copot...hahahaha..
untuk trip, kemana ya enaknya. plg enak emang indochina krna kota2 yg disinggahi menarik dgn budaya yg bener2 lain2 di masing2 kota yg jaraknya dekat. kalo di Indonesia, saya suka njelajah flores daratan kyk pas kuliah dulu sekali kesana dari larantuka di ujung timur. masayarakatnya blm materialis dan bahkan tampang mereka dari timur ke barat juga lain2 semua..hehehe..Mgkn jelajah sumatra ato sulawesi enak jg ya? yuk, ada yg berminat?

Suka 0
avisaje
avisaje
avisaje Newbie
pd. 26 Agu 2012, 9.09

halo zavitto...memang bnr wisata dlm negei itu mahal bgt dibanding ke kuar negeri. kl bukan karena sking cinta na kt ama negeri indah ini mgkn gak akan pernah mau ke raja ampat ngabisin duit byk yg bs bt tour seasia tenggara.

welll aye ngrasain kerja sthun di sumba barat daya...kliling smua pante indah dsn dn sbgian bsar blm terurus baik dn lagi lagi mmg sdh dibeli ama turis asing. masy miskin lbih memilih menjual pantai lalu dpt duit dn hbis untuk keperluan adat istiadat. ntr kl pante na rame bru deh nysel udh jualin pante.

miris memang tapi sy msh pengen njelajahi negeri sndiri. msh luaass bgt. sy wktu di sumba ktmu turis german mantan wartawan yg dh punya rmh sndiro di bali. dia ngluangin wktu niat bgt jalan kaki bekpek kliling pulau besar indo. saat dia mampir minum krn kelelahan di klnik saya...luar biasa rasanya. dia bnran jalan. dan itu jaaauhhh bgt.sy aja gk prnh nyoba jalan yg klo dipake tempuhan motor bs dua jaman.

maari yukkk
klo mmg dg ngulas tmpt wisata yg indah indah bs jdiin mpt kt lbi tratur dan terkenal....aye mau deh.

eniwei...bulan dpn mpe setahun aye dioper lgi tugas ke dae pasuruan. kl ada yg mau bekpek ntr aye pantengin trus jdwlna biar biaa ikutan jg. hehege

Suka 0
andygunawan70
andygunawan70
andygunawan70 Sr.
pd. 22 Agu 2012, 12.31

Ane ( berempat )baru saja (17-21 Agt 2012) trip ke Tapanuli dan sekitarnya. Salah satu kelemahan industri pariwisata kita adalah infrastruktur ( jalan misalnya ) yg hancur, ini ane alami dari Parapat hingga ke Sibolga ( sampai ane muntah-muntah selama 5 jam perjalanan ). Begitupun objek wisata yg nggak terjaga kebersihannya, padahal dikelola pihak swasta. Harga yg dibebankan tergolong mahal ( 800 ribuan / malam ) utk penginapan di Pulau Poncan. Harga yg di luar budjet backpacker. Kondisi pantai Pulau Poncan yg kotor membuat mood ane utk mempromosikannya lenyap entah ke mana. Sangat tdk sesuai dgn harga yg kita bayar. Utk trip ini ane postingkan sebagian foto-fotonya di gallery, kecuali foto pantai Poncannya yg kotor itu ( nggak tega ane ...... :punyeng:

Salam ransel & tetap semangat.

Suka 0
agus su
agus su
agus su Sr.
pd. 20 Agu 2012, 20.57

setuju mas bro, tulisan yg memberi inspirasi kepada semua orang.

Suka 0
zavitto
zavitto
zavitto Sr.
pd. 19 Agu 2012, 19.11

@andy

trimakasih atas masukannya..
sebenernya saya lebih bangga lho kalau saya boleh menyombongkan diri kalau sudah sampai raja ampat, atau diving di bunaken, saya suka2 aja sih wisata domestik..cuma, dgn budget yg selalu saya rencanakan, trip dalam negeri selalu ada pengeluaran2 yg lebih lebih besar dr yang saya rencanakan. bbrp kali saya ngetrip walau dekat2 misal ke kelimutu, ke lampung, dan keliling jawa, madura, pengeluaran saya lebih besar dr yg direncanakan.,mgkn didalam negeri saya ga tega kali ya mau nawar2 asal seperti saya lakukan ketika trip luar negeri.

untuk peluang, oh tntu saja, itu inti pikiran saya di tulisan ini kalau dibaca lebih lanjut. Yang sudah saya lakukan, saya coba jadi couch yg baik utk temen2 dari luar negeri, dan saya selalu merencanakan paket wisata murah bbrp kali ketika menerima kunjungan temen dari luar negeri.kmrn ada teman dari manila yg dtg ke jakarta pun mengurungkan niatnya waktu mau berkunjung ke bandung n bogor karena ternyata dia juga over budget. ya sudah, dengan dana yg seadanya, saya coba ajak dia keliling jakarta saja walau saya jg dtg ke jkt buat nyambut dia dan merogoh kocek sendiri.

memperkenalkan bahwa indonesia itu bisa dibuat murah-pun karena saya dapati temen2 baru yg saya ketemu di luar negeri bilang kalau indonesia itu kenapa mahal2 semua.temen dari belanda bahkan dengan tegas bilang kalau belum jadi jutawan, dia mgkn ga akan ke Indonesia lagi. Tulisan2 saya diatas juga bilang bahwa, okelah, meniru luar negeri gpp, bagaimana paket wisata dirancang, bagaimana pengeluaran bisa ditekan asal turis, terutama backpacker-way bisa betah tinggal lebih lama dgn budget yg sesuai dengan mereka rancang. Mungkin ada baiknya mas andy coba juga jalan ke luar dan liat opini mereka mengenai Indonesia.

Bahkan yg paling miris pelaku2 wisata di Vietnam yg saya tanyai yg jelas2 mereka bahkan tau letak jerman malah justru tidak tahu letak Indonesia, padahal jelas2 seluruh lebar negara mereka itu ada di secuil indonesia saja. Lihat tulisan saya di bagian trip delta mekong, itu compare bahwa Indonesia jelas2 punya hal2 lebih komplit dibandingkan negara lain. Kita punya kota besar yg lengkap seperti Jakarta, Bandung, Makasar, kita punya pantai yg lebih Indah dari yg saya lihat di phuket dan Manila, kita punya gunung bersalju tropis seperti fansipan, dan itu selalu saya perkenalkan kepada org2 luar Indonesia yg bersentuhan dengan saya lewat jejaring sosial lainnya.

Disini garis bawahnya adalah menggarap turis asing supaya lebih betah di Indonesia, saya yakin masing2 dari kita punya ego juga utk membuat negara kita ini diakui dunia. Itu yg saya coba gelitik ke temen2 utk "sedikit ramah" dengan turis2 asing. Kalau org Indonesia sendiri sih, saya yakin pasti mau lah diajak ke raja ampat, karimunjawa, tarakan, buton, Toba lake dsb, cuma ya itu tadi, semua tergantung budget masing2. Singkat kata, ego untuk ttp menjaga dompet ada isinya itulah yg bikin saya secara naluriah milih perjalanan murah yg bs saya dapatkan justru di bbrp tempat di luar negeri, semua kembali ke keekonomisan perjalanan yg bukan kebutuhan primer.

Jika ada yg bisa didiskusikan, yuk, saya terbuka utk diskusi. Kita sasar dulu org2 yg baca trit ini biar sedikit tersenggol. Kita semua, apapun pekerjaan kita adalah pelaku wisata kalau sudah berhadapan dgn org asing (baik indonesia maupun luar indonesia).

Suka 0

© backpackerindonesia.com