Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Jalan-jalan ke Tongging, Kab. Tanah Karo, Sumatera Utara

Elly Silalahi
Elly Silalahi, pada 4 Agu 2014, 7.19
di Blog

Jalan-jalan ala backpaker yang penulis sebut NGEBOLANG yaitu jalan-jalan tanpa menggunakan fasilitas mewah dan lebih mengutamakan jalan kaki atau public transportation. Setelah tergabung dalam Backpakers Indonesia menggugah hasrat akan petualangan yang telah lama terpendam akan pekerjaan dan fungsi sebagai ibu rumah tangga. Dengan membawa misi menikmati keindahan Indonesia, menghantarkan penulis memulai petualangan.

Desa Tongging menjadi tempat petualangan pertama, lokasi Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatra Utara, Indonesia. yang tertera di Peta dan Koordinat GPS: 2° 54′ 38.30″ N 98° 32′ 0.76″ E. Kecamatan ini berada sekitar 24 km dari Kota Kabanjahe, ibukota Kabupaten Tanah Karo, dari Kota Brastagi sejauh 35 km atau hanya memerlukan sekitar 2,5 jam dari Kota Medan. Untuk mencapai desa ini dari kota Medan tentulah melalui daratan tinggi menuju ke kota Berastagi dan Kabanjahe. Dari Kabanjahe menuju Kecamatan Merek, dari Merek turun ke bawah sampai ke pinggir Danau Toba, desa itulah yang dinamakan Tongging.

KEUNIKAN BAHASA

Apa yang menjadi daya tarik desa ini? Sebagai salah satu desa wisata di pinggir Danau Toba, pemandangan yang indah dan alami sungguh luar biasa, setiap insan yang melihatnya dari ketinggian akan berdecak kagum karena bagaikan melihat langit dibawah berupa hamparan danau yang luas. Nama tempat pandang itu disebut Penatapan Tongging yang wajib dikunjungi, dari penatapan ini setiap orang dapat memandang sisi lain keindahan Danau Toba. Juga ada Air Terjun Sipiso-Piso, berada di sekitar tepi Danau Toba bagian utara dengan ketinggian sekitar lebih 800 meter dari permukaan laut (dpl), yang dikelilingi bukit yang hijau karena ditumbuhi hutan pinus. Ketinggian air terjun ini berkisar 120 meter sehingga dinobatkan sebagai air terjun tertinggi di Indonesia. Nama Sipiso-piso berasal dari kata” piso” yang artinya pisau. Derasnya air-air yang berjatuhan dari bukit berketinggian di atas seratus meter ini bagaikan bilah-bilah pisau yang tajam. Selain itu, jurang yang curam jika dilihat dari puncak bukit membuat orang setempat menyebutnya piso dari Tanah Karo. Ditambah kelokan-kelokan indah dipinggir bukit menuju desa Tongging di bawahnya.

Keunikan yang tidak dipunyai desa lain di pinggir Danau Toba adalah bahasa. Karena letak geografis yang strategis antar suku bangsa Batak, maka bahasa desa Tongging mempunyai dialek yang berbeda dengan masyarakat batak toba dan karo pada umumnya. Desa Tongging berada ditengah-tengah penduduk Karo, Simalungun, Toba dan Pakpak Dairi, maka logat dan bahasa yang berbeda. Selain itu Pesta Adat dan Ulos yang berbeda dikarenakan perpaduan unsur-unsur bahasa dan budaya ke semua penduduk sekitarnya sehingga bahasa Tongging ada kata-kata bahasa Toba, Simalungun, Karo dan Pakpak - Dairi. Jadi tidak heran apabila masyarakat Tongging lancar berbahasa daerah sekitarnya. Desa Tongging itu sendiri dahulunya dipimpin oleh Raja Oerong Tongging bermarga Manihuruk yang membawahi Ketua Kesain atau Ketua Kelompok marga setempat seperti Sihaloho, Muthe, Girsang, Manik, dan Simarmata.

Desa Tongging yang penduduknya sebagian besar menanam bawang merah, dulunya menjadi desa persinggahan apabila orang-orang mau menyeberang danau dengan “solu” atau perahu ke desa-desa sekitarnya, seperti ke Dairi dan Simalungun, dimana dulunya belum ada jalan darat untuk mencapai desa-desa sekitarnya, sehingga pada saat hari pasar jatuh setiap Jumat, maka desa Tongging menjadi tempat yang sangat ramai, yang pada saat itu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi penduduk setempat. Namun sekarang sudah tidak lagi, perekonomian masyarakatpun pun turun, dan panen bawang sudah tidak menjanjikan lagi. Dan terlebih-lebih para pemuda desa sudah merantau jauh ke luar Sumatera terutama Jawa.

DESA WISATA YANG TERBENGKALAI

Sebagai desa wisata, potensi Tongging belum benar-benar di promosikan secara maksimal oleh Pemda setempat, bahkan para pejabat setempat menutup mata akan menjamurnya kerambah-kerambah dipinggir danau, yang menjadikan pinggir danau tidak bersih dan berbau dan terutama merusak keindahan Danau Toba dan Tongging sebagai desa wisata. Sungguh disayangkan, desa yang begitu indah menjadi desa yang terbengkalai. Ada beberapa hotel dan motel disekitar desa, namun tidak dapat menarik minat para turis domistik dan luar negeri untuk turun ke bawah, karena tidak ada yang menarik untuk di datangi di bawah.

Padahal Dinas Pariwisata dan Pemda setempat dapat mengeksplor desa Tongging menjadi tujuan wisata, banyak spot-spot yang bisa dikembangkan selain hanya datang ke Penatapan dan melihat Air Terjun Si Piso-Piso. Bukit-bukit hijau dapat dijadikan Wisata Pendakian, Bumi Perkemahan, Flying Fox, Aeromodeling dan Wisata Air dengan Banana Boat dan Ski-Air. Dinas Pariwisata dapat menggandeng Putra Daerah atau Investor Swasta untuk menjadikan Tongging lebih hidup. Serta juga untuk masyarakat setempat dapat terbantu mengembangkan potensi-potensi ekonomi seperti membuka rumah-rumah makan seperti rumah makan ikan bakar atau rumah makan halal, cafe dan motel serta juga menjual soevenir-soevenir khas Tongging. Masih banyak yang bisa dikembangkan menjadi daerah wisata tanpa menghilangkan adat dan kebudayaan setempat. Tentunya banyak pembenahan baik dari segi fisik seperti pembenahan tempat atau lokasi juga dari segi karakteristik dan mental masyarakat menuju dunia wisata internasional.
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/12/03/tongging-sumut-desa-wisata-yang-terbengkalai-seri-ngebolang-1--613261.html


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

© backpackerindonesia.com