© backpackerindonesia.com
Waktu tepat menunjukkan pukul 15.00 sore hari saat kami tiba di rumah mas Trisno, tempat yang akan membawa kami berburu spot snorkeling di pulau Liungan. Berawal dari kunjungan ke Tanjung Lesung pagi tadi, kami tergoda untuk mencoba wisata air berupa snorkeling, setelah beberapa saat melakukan survey tempat penyewaan alat snorkeling yang murah meriah, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan perjalanan snorkeling dengan tim mas Trisno ini. Trip yang ditawarkan secara kekeluargaan ini terbilang cukup murah, dengan menyewa perahu dan alat snorkeling lengkap, perjalanan ke pulau liungan dan waktu yang tidak dibatasi sebebas kami, total biaya yang dikeluarkan hanya 600.000 untuk 5 orang. ini sudah jauh sangat murah dari harga yang ditawarkan oleh pihak resort Tanjung Lesung yang menaruh harga 100.000/orang per jam nya dan dengan catatan, hanya bisa ber snorkeling di pinggiran pantai tanpa ke tengah lautannya. Jelas pilihan pertama jauh lebih menarik dan sepertinya akan penuh tantangan.
Kami membuat janji untuk mulai berangkat pukul 3 siang, karna selain kami mau berkunjung dulu ke pulau Umang, kami juga ingin menikmati suasana snorkeling sore hari sambil menikmati sunset di atas perahu nelayan, momen yang pas untuk penutup trip kami di hari yang panjang ini.
Perahu mulai dijalankan, kami berlima dengan santai duduk di bagian depan perahu nelayan ini, di bagian belakang ada mas Trisno dan 2 orang temannya yang akan menemani kami mengarungi perairan menuju pulau Liungan. Perahu bergerak perlahan mengikuti lekukan-lekukan ombak. angin semilir menerpa wajah kami memancarkan kesegaran dan semangat yang sudah tidak sabar ingin berenang dan ber-snorkeling ria. Nisa duduk di bagian perahu paling depan, senyumnya tak berhenti sejak perahu berangkat tadi, lagi-lagi karna betapa suka nya dia dengan air, dan memang baru pertama kali dia berpergian dan berpetualang seperti ini. Nenie dan edi duduk masing-masing di bagian kanan dan kiri depan perahu, sibuk memandang hamparan biru sekitar, menikmati momen-momen perjalanan ini, dan mensyukuri bahwa kami bisa kembali berpetualang bersama-sama di bulan ini setelah lama tidak ada trip lagi. Pedo duduk bersebelahan dengan Edi, wajahnya mulai cerah sejak perahu mulai berayun-ayun diatas hamparan air, dia heran sendiri karna sakit migrainnya tiba-tiba hilang sejak naik perahu ini, hehehe… sedangkan Yoga duduk agak di belakang, wajahnya berkebalikan dengan ekspresi kami yang riang, pucat sudah mewarnai mimik muka Yoga, mencoba menahan mualnya akibat mabuk laut. dia hanya bersender di tepian perahu sambil menutup muka dengan handuk, berharap perjalanan cepat sampai di tujuan… sabar ya Yoga….
Perahu terus melaju perlahan makin ke tengah lautan, gerakan yang tadinya pelan perlahan ikut bergoyang lebih kencang akibat ombak yang makin lama makin besar dan makin bergelombang. seketika keceriaan kami berubah jadi kecemasan, campur takut juga karna goyangan perahu yang makin dahsyat, meliuk dalam saat ombak mendekat, dan Wusssh!! air laut membasahi wajah kami karna percikannya yang kuat pada sisi perahu. Nenie dan Edi berpandangan, menunjukkan ekspresi cemas yang sama dan dari ekspresi kami sama-sama tau kalau kami sependapat, karna walaupun kami berdua sudah sering melakukan trip laut sebelumnya, belum ada perjalanan se-mencekam ini. Pedo tetap duduk tenang di posisinya, mungkin keadaan kaya gini ga jadi masalah buat dia karna secara dia memang seorang pelaut dan menghabiskan waktu sehari-harinya diatas laut! Beda lagi dengan Nisa, walaupun ombak menggulung-gulung mengombang-ambing perahu kayu kami yang mencemaskan ini, Nisa tetap dengan ekspresi kegirangannya, malah mungkin lebih girang dari waktu sebelumnya, serasa ga ada ancaman apapun yang buat dia khawatir dengan kondisi saat ini. Yoga makin risau, handuk Edi yang menutupi mukanya diikatnya makin kencang, tidak mau melihat apapun ke pemandangan liukan perahu yang beradu dengan ombak, sepertinya ini situasi yang amat sulit untuk para mabuk laut seperti Yoga.
Cukup lama kami berada di situasi mencekam itu sampai akhirnya perahu menepi di pinggir pulau, menandakan bahwa kami sudah sampai di tujuan dan siap untuk menikmati pemandangan bawah laut yang sudah dinanti-nanti. Tanpa disuruh lagi kami berlima mulai memasang perlengkapan snorkeling dibantu oleh mas Trisno. satu persatu kami melompat ke dalam air dari atas perahu. Byurr!!! Edi melompat pertama kali, diikuti Nenie, kemudian Nisa, Pedo dan Yoga. Masing-masing langsung berpencar berenang-renang sambil menikmati pemandangan ikan-ikan dan terumbu karang. Cukup lama kami berenang berkeliling perairan sekitar pulau, sampai tak terasa matahari sudah mulai bergerak turun untuk terbenam. Yoga sesuai insting fotografernya langsung segera naik ke daratan pulau dan menyiapkan kameranya, siap membingkai pemandangan pulau ini sebelum langit biru tergantikan dengan malam. Edi dengan sigap mengikuti Yoga naik ke tepian, berharap jadi objek foto Yoga juga. Beberapa foto sudah didapat, dan memang kebanyakan foto Edi semua, fiuuhh…. Tidak lama Nenie, Nisa dan Pedo menyusul mereka berdua, tak mau ketinggalan untuk difoto oleh Yoga, hehehe…
Kami menikmati sang matahari terbenam dengan warna orange nya yang berpendar sambil duduk di atas air di tepian pulau, tertawa bersama sambil berfoto-foto ria tentunya, entah rasanya tidak ada yang bisa menggantikan momen kebersamaan seperti ini, tak ada beban, tak ada pikiran, tak ada masalah yang dirasakan, kami berlima yang datang dari kehidupan yang berbeda-beda, disini membaur bersama tanpa ada perbedaan.
Matahari akhirnya terbenam penuh dan langit makin menggelap, menandakan waktunya kami untuk segera kembali ke daratan di ujung sana. Kami beranjak dari tepian pulau, dan berenang pelan menuju perahu, satu persatu dari kami naik ke perahu yang ternyata tidak mudah dilakukan, butuh tenaga ekstra untuk memaksa diri bisa naik ke atas perahu dari dalam air seperti ini. Setelah semuanya siap, perahu mulai dijalankan menuju arah pulang.
Perjalanan pulang ternyata tidak seseram perginya tadi, karna kalau tadi kami melawan arah ombak, saat pulang ini perahu justru mengikuti gerakan ombak, jd gerakan perahu terasa tenang dan nyaman tidak seperti saat pergi tadi. Langit mulai gelap menampakkan warna hitam berpadu oranye sisa-sisa sinar matahari yang sudah lebih dulu meninggalkan langit. perairan juga terlihat gelap, kami jadi terasa seperti nelayan yang baru pulang setelah mencari ikan di malam hari, hehe.. Pedo dan Nisa berbaring di bagian depan perahu, sambil berbincang bersama Nenie dan Edi tentang betapa menyenangkannya trip kami di hari ini, dan membahas tentang lokasi berikutnya yang akan menjadi tujuan wisata bersama lagi.
Pulau Liungan terlihat makin jauh, meninggalkan serangkai kenangan akan petualangan kami disana, memberi tempat tersendiri di hati kami sebagai pengalaman wisata yang menyenangkan. Dan perjalanan perahu diatas perairan yang terlihat makin gelap dengan nuansa langit yang indah ini menjadi penutup yang perjalanan kami yang tak terlupakan.
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar
© backpackerindonesia.com
pd. 15 Okt. 2012, 20.18
iya lah secara dikau memang seorang pelaut pedoo....
klo qta2 yang profesi ga ada hubungan sama goyang2 laut pastinya udh kebayang yg bukan2... :capek:
tapi aseli, itu perahu bener2 dahsyat goyangannya... awalnya takut bgt, tapi klo diinget2 jadi pengen kesana lagi..wkwkwk....
Balas Suka 0pd. 14 Okt. 2012, 21.52
teruntuk mba neni yg zupeerrr,,, jgn takut dengan goyangan ombak, semakin tinggi ombaknya justru semakin waaawwww... berasa seperti diwahana dufan..
klo untuk menghilangkan rasa mabuk laut, menurut saya jgn pernah fokus sm goyangan perahu, ato berdiam diri melamun dan menghayati olengan perahu.. so pasti kita bakalan punya hasrat jackpot alias pusiinggg dan ingin mengeluarka isi perut (maksudnya bukan mo ngeluarin usus dan lambung, tp mo muntah,weeeekkk) relax aja, lakukan sesuatu yg emg bisa mengabaikan foskus kamu ke olengan perahu akibat ombak,,nyanyii... baca puisi... foto2... apaajalah (tp tidak untuk niat menceburkan diri kelaut karna tak tahan) yg penting lupa sm olengan perahu..
and klo takut tenggelam ato terbalik... diingat ya,, klo bahan dasar perahu itu kayuuu.. kayu kan punya gaya apung... berbeda sm kapal yg terbuat dari besi..
Balas Suka 0semoga bermanfaat buat agan2 yg mo backpackeran ke laut via perahu kelotok..
it's amazing and wooow bgt than wahana di dufan..