Trending

Tanya & Jawab

Blog

Galeri

Teman jalan

Tour & Travel

Tujuan Wisata

Tags

Susahnya jadi Backpakers di Indonesia

Elly Silalahi
Elly Silalahi, pada 11 Agu 2014, 10.40
di Blog


Wisata ala Backpaker artinya wisata dengan ransel dengan jalan-jalan hemat dengan fasilitas minim. Sejak bergabung dengan Back Paker Indonesia (BPI) asuhan Om Dap, kaki ini terasa gatal ingin pergi menjelajah terus. Jelajah pertama ke arah Sumatera Utara dan Jambi, jelajah ke dua ke Singapore, jelajah ke tiga Surabaya-Malang-Jogya-Magelang-Semarang. Jelajah keempat rencananya mau ke Thailand. Ingin sekali mengeskplore kota-kota Timur Indonesia seperti NTT, Kupang dan Papua bahkan ke Timor Leste. Kalau soal jalan-jalan sih dari kecil dah biasa melalang Indonesia, tapi karena dulu sama ortu artinya fasilitas terjamin. Tapi sejak menjadi backpaker mencoba jalan ala backpakers, ternyata sensasinya luar biasa. Meski usia sudah tidak muda lagi, tapi semangat mengekplor kota di jalani ga kalah sama yang muda.

Menjadi seorang backpaker bukan hanya asal sekedar jalan tanpa planning. Setiap akan melangkah para backpakers akan mencari info tentang daerah yang akan di jalani, transport apa yang termurah dan akomodasi mana yang murah, dimana tempat cari makan, dll. Salah satu taktik penghematan akomodasi ialah dengan jalan malam sehingga tidak perlu sewa kamar Hotel/Hostel atau menginap di Airport. Misalnya dengan bus atau kereta malam sebagai tempat untuk tidur, atau ambil flight tengah malam ke luar negari yang sudah tentu murah plus nginap di Airport…cuman untuk ini harus hati-hati bila di luar negeri, sebaiknya keluar imigrasi dulu baru nginap karena kalau lama di dalam bandara bisa-bisa di introgasi di kantor imigrasi bandara dengan wajah petugas yang sangar. Ingat pengalaman menghemat biaya Hostel, memutuskan nginap di Changi Airport dan sudah tentu kucing-kucingan dengan pihak imigrasi.

Di luar negeri, fasilitas untuk backpakers cukup memadai, mulai dari akomodasi yang share bed dan bathroom seperti yang terdapat di Hostel dan public transportation yang nyaman baik di kota atau ke tempat wisata. Di Indonesia hal ini susah sekali, kalau kita mau wisata berarti harus mengeluarkan uang banyak untuk Hotel dan Transport.

Hostel menjadi tempat favorite para backpaker, dimana tidak perlu menyewa satu kamar hotel tapi cukup menyewa satu tempat tidur. Satu kamar bisa ditempati 6 atau 8 orang bahkan ada yang sampai 20 orang. Tentunya dengan kamar mandi bersama. Namun biaya penginapan di Hostel apalagi dengan breakfast ala amerika yaitu kopi dan roti ditambah telor rebus dan buah, cukup menghemat dana. Di Indonesia tempat wisata yang paling banyak di kunjungi orang seperti Bali dan Yogya saja minim sekali fasilitas seperti hostel, setiap wisatawan harus menyewa hotel untuk berdua padahal kalau dia hanya sendiri itu termasuk pemborosan.

Public Transportation, di semua daerah Indonesia, belum mempunyai transportasi umum yang nyaman dan bersih. Sedikit pengecualian untuk Commuter Line di Jakarta. Sehingga sulit bagi bacpakers manca negara untuk mengunakan transportasi ini, karena selain tidak nyaman karena supir yang ugal-ugalan belum lagi ada copet, juga terkadang kotor.

Transportasi murah ke area wisata ini lebih parah, selain jarang yang ada fasilitas ini maka para backpakers harus sewa mobil yang harganya sekitar 300 ribu per hari untuk mencapai area wisata dan konsep ini berbeda dengan konsep para backpakers. Belum lagi tiket wisata yang kalau dihitung dari harga tiket dan fasilitas tidak seimbang.

Apa sih untungnya negara yang menerima backpakers yang punya dana terbatas? Bila dilihat dari segi pariwisata, maka kedatangan 1 orang backpaker akan mendatangkan jutaan backpaker karena backpaker mempunyai komunitas lokal dan internasional, segala sesuatu innformasi yang di dapat akan di share ke teman-teman backpakers lainnya, tentunya saja yang datang bukan hanya backpaker dengan dana terbatas tapi akan mendatangkan wisatawan lainnya yang berduit. Sudah pasti akan mempengaruhi pendapatan Hotel dan Restaurant setempat. Belum lagi lagi akan meramaikan jalur udara dan darat dari dan ke tempat area wisata.

Pihak Dinas Pariwisata perlu memfasilitasi para wisatawan dengan fasilitas public transportation yang memadai bukan hanya untuk turis domestik tapi juga turis mancanegara. Kita bisa lihat negara tetangga yang pendapatan dari turis dapat membiayai biaya rutin negara. Perbanyak Hostel-hostel dengan standar internasional. Perbaiki transportasi darat, udara dan laut sehingga siapapun bisa melakukan perjalanan wisata dengan murah. Biaya pesawat murah tanpa bagasi merupakan pilihan favourite. Fasilitas ini dapat juga memperbanyak para backpaker lokal, karena bukan halangan biaya lagi untuk merencanakan suatu wisata. Jangan jadikan wisata jadi barang mahal tapi jadikan wisata biaya murah yang yang dapat dijangkau orang.

Seorang backpaker selalu rindu mengangkat ransel, memakai sepatu ketz dan topi…siap untuk berpetualang.

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2014/08/11/susahnya-jadi-backpakers-di-indonesia-679478.html


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

Ajeng Yudomo
Ajeng Yudomo
Ajeng Yudomo Newbie
pd. 27 Agu 2014, 19.20

blog ini sangat menginspirasi :hore:
sampai saat ini saya masih menapaki sekitar jawa, madura dan bali.
pengen sebenernya bisa ngrasain yang namanya "backpacker". tapi mungkin dikarenakan saya perempuan, orang tua masih kurang setuju apabila saya pergi ke suatu daerah/kota kalau tidak ditemani orang yang dikenal. dan juga kondisi kantor untuk masalah cuti juga sangat sulit.
pengen lebih mengeksplor daerah-daerah yang baru, bertemu teman-teman baru yang sesama backpacker, lebih banyak pengalaman juga.
kalaupun saya masih belum bisa menjadi "backpacker",semoga dari blog ini dan forum ini saya bisa lebih mengenal daerah yang belum saya kunjungi :jempol:

Suka 0
Malang
Malang
Malang Super Hero
pd. 14 Agu 2014, 11.22

Menjadi backpacker adalah orang yang terorganized (terencana) dan mempunyai kalkulasi matang, coz dia kudu melakukan segala hal yang berhubungan dengan traveling secara mandiri. jadi biasanya sih backpacker ini memiliki kepribadian yang cukup matang karena sudah 'terlatih' untuk mempersiapkan segala hal secara mandiri dan dia juga orang yang tangguh secara mental.
pengembangan selanjutnya dari seorang backpacker sangat memungkinkan untuk menjadi seorang Tour Leader yang membawanya berkelana bahkan bisa keliling dunia dan bisa mendapatkan penghasilan....
Sebagai seorang backpacker, gak perlu malu mengakui sebagai pemburu tiket murah. Itu yang menjadi hal pertama yang diamankan sebelum bepergian. Soal akomodasi, ya bisa dibikin lebih fleksibel. Udah terbiasa juga dengan sistem go show, alias dadakan baru mencari penginapan begitu tiba di lokasi liburan. Yang penting, lancar, strategis, bersih, dan murah. Hal-hal lain seperti transportasi lokal, atau tempat makan, seringnya baru dicari on the spot.
Siapapun bisa mengandalkan intuisi diri saat sedang traveling. Misalnya info walking distance di fitur tertentu lumayan berguna kalau lagi ke luar negeri.
Pada saat traveling, ada tempat-tempat yang rutin disambangi. Kalau lagi melakukan city trip, tujuan utamanya adalah mencicipi kuliner khas daerah tersebut, atau menyambangi taman kota dan pasar tradisional jika sedang berada di luar negeri. Namun jika tujuan perjalanannya adalah menikmati alam, pantai adalah tempat yang kerap diincar.
Salah satu kebiasaan yang dilakukan orang-orang saat berlibur adalah membawa pulang suvenir sebagai kenang-kenangan, tapi kalau lagi malas bawa barang terlalu banyak, paling cuma sekedar beli oleh-oleh untuk keluarga atau teman.
Dalam waktu tertentu, backpacker gak memiliki rencana khusus untuk berlibur. Mayoritas perjalanannya bersifat spontan. Misalnya tahun 2013, gw udah 8x traveling. Yang pasti kalau akhir tahun belum punya tiket, rasanya galau. Untung udah punya rencana ke danau garam (kaca langit) di bolivia Nopember nanti hehehehe....
Rekor traveling paling lama yang pernah gw lakukain adalah 2 bulan di Yogya. Eksplor Yogya cari kuliner lokal, pertunjukan budaya, komunitas-komunitas di sana, dan lain-lain. Gak semua perjalanannya direncanakan dengan matang. Beberapa diantaranya, hasil pemikiran spontan. Contoh perjalanan ke Batam beberapa waktu lalu. Meskipun mendadak dan harga tiket penerbangan yang terbeli adalah standar, ya tetep berangkatlah!. Dengan modal semangat traveling yang menggebu namun minim riset, alhasil perjalanan singkat ke kota kepri itu berisi kegiatan-kegiatan spontan, tempat makan pun cuma rumah makan tenda, makan pecel lele......
Seharusnyalah kalau awal pertama kalinya ke sautu kota, melancarkan namanya aksi live-tweet, alias laporan pandangan mata perjalanan. Awalnya emang mengaku susah membagi konsentrasi karena harus update status sepanjang perjalanan. Kalau udah terlanjur dimulai, maka laporan perjalanan live via Twitter tetap dijalankan aja. Ada celahnya, yakni cuma akan ngetwit ketika ada waktu senggang. Dengan begitu tetap bisa menikmati perjalanan.
Pentingnya mengandalkan intuisi demi keamanan diri.Kita harus sefleksibel mungkin saat traveling, harus siap apapun yang akan terjadi. Semuanya harus dibawa fun!
Bagi para backpacker yang kerap bepergian bersama teman-teman. Longterm traveling will bring out the worst in you. Itu karena faktor stres, capek, dan kondisi lain di lapangan, meskipun sudah kenal lama dengan mereka, tapi belum pernah traveling bareng, berarti kita belum kenal banget.
Punya pengalaman saat traveling bisa membuat hidup ini lebih seru dan berwarna. Bisa ketemu orang-orang baru, kenal banyak orang yang passion-nya sama, mencoba hal-hal baru, ketemu berbagai komunitas.

Suka 0
Elly Silalahi
Elly Silalahi
Elly Silalahi Jr.
pd. 13 Agu 2014, 12.39

Betul..jadi menghampat yang solo backpacker atau pergi hanya berdua

Suka 0
boutiew
boutiew
boutiew Jr.
pd. 12 Agu 2014, 18.22

menurut ane d Indonesia transportasi kurang memadai, tdk smua tmpt ada transportasi umumnya, harus rental mobil atau ojeg. solusinya share cost, tp hrus banyakan.

Suka 0

© backpackerindonesia.com