User Menu
Main Menu

Once Upon a Time in China

bramzero
bramzero Jr., pada 16 Sep. 2014, 8.13
di Blog

Februari 2012 adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di negeri tirai bambu. Negara terbesar di Asia ini adalah destinasi tujuan yg ingin sekali saya explore sejak lama, begitu mendengar rencana seorang teman (sebut saja si A) untuk backpacking kesana saya langsung antusias!

Berikut sepenggal cerita dan foto-foto dari perjalanan tersebut.

Setelah berdiskusi panjang lebar, si A dan seorang temannya (sebut saja si B) memutuskan berangkat pada tanggal yg berbeda karena mereka ingin mengunjungi Harbin, sebuah kota di utara Cina yg terkenal dengan musim dingin dan salju yg ganas dan Ice Festivalnya.

Pada saat itu saya lebih tertarik dengan Cina bagian tengah dan selatan, ditambah rasa malas pergi ke tempat dingin yg extrim, sehingga pada akhirnya saya harus traveling sendiri ke negeri asing ini (Walaupun di tahun berikutnya saya ke Cina lagi untuk mengunjungi Harbin hehe, trip Harbin ini mungkin akan saya tulis di lain postingan).

Tiket Air Asia di tangan dan tibalah hari H.

Penerbangan tujuan Tianjin.

Tiba di Tianjin saya langsung menuju Beijing. Kereta pertama yg saya naiki di Cina adalah bullet train dengan kecepatan mencapai 300km/h!

Kurang dari 1 jam saya sampai di Beijing, langsung menuju ke hostel yg telah saya booking sebelumnya yg terletak tak jauh dari Forbidden City menggunakan subway Beijing yg sistemnya sama dengan MRT Singapore. Selama di Beijing saya menggunakan subway ini secara intensif, dan hanya beberapa kali menggunakan bus dalam kota hehe.

City exploration begun...

Tujuan pertama adalah lapangan Tiananmen yg terkenal itu. Tampak di belakangnya adalah gerbang depan Forbidden City.

Mausoleum of Mao Zedong, masih di area Tiananmen.

Di Beijing (dan kota-kota besar lainnya) toilet umum ada di mana-mana walaupun kebersihannya tidak selalu terjamin haha.

Dari sini saya memutuskan berjalan kaki pulang ke hostel untuk istirahat sejenak.

Malam harinya saya berjalan ke arah Wangfujing area. Pasar malam yg ramai dan banyak stand makanan aneka rupa. Harga lumayan mahal mungkin karena lokasinya yg touristy di pusat kota.

Sate kuda laut dan kalajengking.

Keesokan harinya adalah waktu untuk Forbidden City

Forbidden City ini sangat luas, kalau kamu jalan pelan2 memperhatikan tiap detail bangunan2 di dalamnya mungkin bisa habis waktu seharian hehe.

Pengunjung banyak yg melempar koin dan uang ke kolam/parit yg membeku, mungkin karena dipercaya dapat membawa keberuntungan.

Selain Forbidden City masih banyak tempat2 menarik lain yg berupa temple dan bangunan kuno. Saya memutuskan untuk pergi ke Temple of Heaven and Earth!

Saya juga menyempatkan pergi ke Olympic Green Stadium, venue utama yg digunakan saat olimpiade Beijing.

Disamping objek wisata, yg menarik adalah semua yg kita lihat di jalan. Beijing's street life!

β€œHe who does not reach the Great Wall is not a real man!”

- Mao

Tembok besar Cina bukanlah tembok panjang yang tersambung seperti tembok Berlin, namun temboknya terbagi dalam beberapa segmen yg tersebar lokasinya. Yang paling terkenal (dan paling ramai) adalah Badaling wall.

Saya mengunjungi Mutianyu wall dengan tur dari hostel. Mutianyu ini medannya lebih sulit dari Badaling namun pemandangannya lebih Indah!

Destinasi selanjutnya adalah Datong, sebuah kota di pegunungan di Barat Beijing. Butuh waktu sekitar 7 jam di kereta reguler untuk mencapai kota ini. Sampai di stasiun Datong lewat tengah malam, saya memutuskan untuk stay di dalam stasiun karena suhu di luar yg teramat dingin.

Pagi harinya saya berjalan ke luar stasiun untuk membeli makanan berupa martabak yg saya gak tau apa namanya dan isinya, tapi lumayan enak hehe. Saya bertemu dengan seorang yg mengaku dari tourism office Datong dan beliau menawarkan untuk bantu mencarikan private tour dengan taxi, sharing dengan seorang wisatawan lain asal Canada. Karena letak spot2 yg menarik memang di luar kota, akhirnya kami deal harga dan langsung berangkat.

Destinasi #1: Yungang Grottoes
Tempat menakjubkan dengan gua dan patung2 besarnya yg diukir di bukit batu!

Destinasi #2: The Hanging Monastery
Kuil kuno ini dibangun menempel di sisi tebing!

Dari Datong saya terus ke arah barat menuju Xian. Kereta merupakan mode transportasi antarkota utama di Cina. "Hard sleeper" class adalah kelas kereta yg paling banyak diminati, karena bisa tidur dlm kompartemen dan harganya yg lebih murah dari "Soft sleeper" class.

Sampai di hostel Xian saya terkejut karena hostelnya bagus padahal harganya lebih murah dari hostel saya di Beijing yg biasa2 saja.

Malamnya saya keluar mengexplore kota Xian. Ada Muslim Quarter di pusat kota dimana banyak penduduk etnis minoritas Hui. Harga2 tidak semahal di Beijing dan makanan2 tradisionalnya harus dicoba!

Berjalan ke tembok kota, ternyata sedang ada Lantern Festival!

Keesokan harinya, menggunakan bus saya pergi ke luar kota Xian untuk melihat Terracotta Warriors!

Saya tidak terlalu berlama2 di tempat ini, karena saya harus ke hostel untuk beristirahat. Keesokan harinya saya pergi ke Lijiang di Selatan dan itu akan menjadi perjalanan antar kota terlama dalam hidup saya, 30 jam di kereta (kehabisan tiket "Hard sleeper" terpaksa tiket tempat duduk reguler) + 10 jam di bus!

Stasiun kereta Xian yg penuh sesak.

30 jam disini...

Makanan wajib dalam kereta.

SKIP SKIP penderitaan akhirnya saya sampai di Lijiang, salah satu kota wisata utama di propinsi Yunnan. Kota ini sepertinya sangat populer di kalangan turis2 lokal dari daerah2 lain di Cina. Dari seluruh penjuru kota kita bisa melihat Jade Dragon Snow Mountain yg puncaknya selalu tertutup salju.

Kurang puas dengan Lijiang yang indah tapi agak2 crowded, saya melanjutkan perjalanan selama 5 jam ke arah barat, Zhongdian yg sering juga disebut Shangrila. Nuansa Tibet begitu terasa di kota ini.


Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar

Loading...

© backpackerindonesia.com