Mengejar Golden Sunrise part 2

Suhu saat di kamar udah cukup ektrim. Kami bertiga membayangkan bagaimana saat kami naik motor. Kami sangat ngga sanggup buat membayangkan suhu rendah dan angin di motor.

Saya membawa senter. Fauzi membawa air minum.

3 pengendara dan motor untuk off road udah siap di depan homestay. Tubuh kami sudah bergetar, bibir udah sulit berkata-kata. Tanpa basa basi kami naik ke boncengan si pengendara. Saya hanya tertunduk dingin sepanjang perjalanan. Otak hampir ngga bisa menterjemahkan apa yg saya pikirkan. Saya tertunduk, bibir saya terasa kering. Saya sama sekali ngga melihat cahaya selain dari lampu motor. Saya ngga berpikir lagi dimana teman saya. Saya tertunduk dingin sepanjang perjalanan di motor.

Perjalanan sekitar 20 menit. Track ekstrim

Akhirnya kami sampai di pos menuju puncak. Ada 2 orang penjaga disana. Setelah meminta izin, kami berdoa sebelum summit attack. Berharap kami dapat kembali secara bersama dengan sehat. Serta berdoa agar kami dapat Golden Sunrise. Kami berdoa di kedinginan yg sunyi. Di mulut hutan yg menanjak kami terus berdoa.

Selesai berdoa saya memberi tahu bahwa tidak ada garansi akan dapat momen Golden Sunrise.

Sekelibat saya melihat raut kecewa di wajah Fauzi dan Rocky..

"Oke kita berangkat!" seru saya

Saya di depan dengan senter, Rocky di tengah, Fauzi di bekakang. Formasi ini tetap dan tidak boleh diubah.

Dengan tangan kiri memegang senter dan tangan kanan memegang hp yg merekam sepanjang perjalanan saya menaiki tanjakan yg makin curam.

Tempo kami jaga dan tetap bersuara. Ngga ada cahaya lain selain senter di tangan saya.

Setengah perjalanan, kami berhenti. Teman saya, Rocky mengalami sesak nafas. Gawat. Dengan senter dan hp masih merekam saya meminta Fauzi untuk membuka resleting jaketnya Rocky. Nafas Rocky semakin sesak. Resletingnya macet. Suara bergetar kedinginan saya bercampur suara nafas Rocky yg sesak. Suasana mulai tegang. Setengah beryeriak saya minta Fauzi untuk terus mencoba lepas paksa resletingnya. Dan...berhasil! Alhamdulillah..

Kami lanjut menyusuri tanjakan yg makin curam. Semakin curam. Rocky berteriak "Break!". Kami lagi-lagi berhenti.

Sambil melihat jam saya menanyakan apakah udah siap lanjut lagi. Rocky mengangguk iya. Ini break terakhir kami sebelum puncak. Tanjakan terakhir cukup licin memaksa kami jalan agak merangkak.

Akhirnya jalannya agak landai. Kami terus jalan ke atas. Nafas semakin menderu. Langkah semakin berat. Tempo kami semakin melambat.

Dan..
Dann..
SUBHANALLAH
ALLAH MAHA PENCIPTA YANG AGUNG.

Kami udah di puncak. Melihat sekeliling kami hanya awan sejauh mata memandang. Membuat rasa lelah kami hilang begitu saja. Kami sangat ingin melompat lalu tiduran di awan yg menggulung itu. Kami sempat bengong dan terus menerus mengucap syukur. Kami melihat ke arah timur terus berdoa agar kami dapat Golden Sunrise. Selain kami hanya ada 2 orang pendaki.

Hanya menunggu dan berdoa saja yg kami lakukan. Seketika nafas kami terhenti melihat kabut yg bergerak.

Dibalik kabut yg perlahan hilang kami melihat garis horizon raksasa yg membatasi awan dan langit gradasi jingga megah. Bercampur dengan warna kuning terang matahari kecil. Yak, GOLDEN SUNRISE!!! KAMI DAPAT MOMEN GOLDEN SUNRISE!!

Kami bertiga hanya diam. Kepala kami perlahan naik mengikuti gerakan naik matahari terbit. Warna gradasi langit perlahan beruhah menjadi biru terang. Matahari sekarang telah utuh berada diatas awan. Awan yg masih menggulung sejauh mata kami memandang. Kami bertiga saling menatap. Dan hanya menggeleng-gelengkan kepala...

SUBHANALLAH..