© backpackerindonesia.com
Suatu hari ada seorang teman yang tiba-tiba mengajak saya naik Gunung. Sebuah ajakan yang sudah lama sekali tidak saya dengar. Saya pikir awalnya hanya candaan karena doi belum pernah naik gunung, tapi ternyata teman saya ini serius ingin sekali naik gunung. Baiklah, bak gayung bersambut saya ajak beberapa teman dan kami deal berangkat tanggal 21 April 2017 karena long weekend. Kami memutuskan naik Gunung Prau, Dieng. Total kami berlima.
Masalah pertama, cari-cari tiket KA ke Purwokerto sudah full booked. Cari-cari lagi dan kami akhirnya berangkat melalui Semarang. "Yang penting dapet tiket dulu deh", pikir saya. Ternyata mencari informasi transportasi dari Semarang ke Dieng di internet itu cukup sulit. Kami tanya-tanya kerabat, keluarga yang ada di Semarang namun mereka tidak bisa memberikan informasi tersebut. 3 hari sebelum berangkat barulah kami mendapatkan informasi travel dari Semarang K Wonosobo dari temannya teman kami. Masalah pertama selesai.
Kami berangkat dari Stasiun Pasar Senen pukul 23.00 WIB tepat menuju Semarang. Pukul 06.30 WIB kami tiba di Stasiun Semarang Poncol dan langsung memesan taxi online untuk mengantar kami ke terminal sukun. Dari Terminal Sukun ada beberapa Travel yang melayani rute Semarang-Wonosobo-Purwokerto dan berangkat tiap 1 jam. Kami berangkat dari Semarang pukul 08.00 WIB menggunakan travel Po. Sumber Alam. Perjalanan Semarang-Wonosobo ditempuh selama kurang lebih 4 jam. Perjalanan melewati Ungaran, Ambarawa, Parakan, Temanggung, dan kami turun di Wonosobo. Dari Wonosobo pindah bis yang menuju Dieng. Perjalanan dari Wonosobo menuju Base Camp Patak Banteng ditempuh selama 1 jam kalau tidak macet. Kurang lebih pukul 1 siang kami tiba di Base Camp Patak Banteng.
Kami tiba di basecamp langsung mengurus simaksi dan makan siang di warung yang ada di sekitar basecamp. Sebelum nanjak, kami singgah dulu di rumah temannya teman kami yang tinggal di desa Patak Banteng. Ada yang tidur, ada juga yang ngobrol-ngobrol dengan tuan rumah. Menurut informasi dari teman kami, ada 3 jalur pendakian Gunung Prau yaitu dari Desa Wates, Desa Patak Banteng, dan dari Dieng. Jalur tercepat dari Desa Patak Banteng. Dari Patak Banteng ke Puncak Gunung Prau hanya kurang lebih 2 jam dengan kecepatan normal, sementara 2 jalur yang lain waktu tempuhnya 4-5 jam. Desa Patak Banteng sendiri sudah berada di ktinggian 2.000 mdpl sehingga hanya menyisakan pendakian setinggi 565 meter saja. Tetapi jangan anggap remeh ya.
Jam 4 sore tepat kami mulai berangkat menuju Pos 1. Setengah perjalanan dari Basecamp menuju Pos 1 dimulai dengan menaiki tangga beton yang kemudian dilanjutkan dengan tangga tanah yang diakanan kirinya terdapat perkebunan sayur. Setengah perjalanan lagi kita akan melalui jalan berbatu menanjak yang biasa digunakan untuk lalu lalang sepeda. motor. Ujung jalan inilah letak pos 1 berada. Di Pos 1 ini para pendaki akan dimintai tiket masuk yang sudah didapatkan di Basecamp sebeluimnya. Karena salah satu teman kami memang baru pertama kali naik gunung jadi kecepatan kami memang di bawah rata-rata. Di Pos 1 kami beristirahat sejenak sambil foto-foto dan menikmati pemandangan.
Setelah kurang lebih 15 menit beristirahat, kami melanjutkan lagi pendakian. Spanjang perjalanan dari Pos 1 sampai Pos 2 kita akan disuguhi pemandangan perkebunan sayur dan kentang di sebelah kiri dan kanan. Cuaca sore itu sudah berkabut tebal tapi tidak hujan. Dari Pos 1 ke Pos 2 juga masih banyak terdapat warung dan toilet. Kami pun berhenti di salah satu warung untuk ke toilet, tapi pada akhirnya tergoda juga untuk ngemil gorengan yang kebetulan saat itu masih hangat-hangat nya. Kami berhenti selama 15-20 menit. Lanjut sampai Pos 2 Canggal Walangan. Kami sempat berhenti untuk mengabadikan momen karena saat itu Gunung Merbabu sempat terlihat mengintip dari balik awan.
Setelah selesai foto-foto sebentar, kami melanjutkan pendakian lagi. Pendakian dari pos 2 ke pos 3 kita akan melalui hutan. Jalur didominasi dengan tanah dan akar pohon. Jalur pun juga belum terlalu terjal. Tetapi karena sudah lama tidak naik gunung, tetap aja berasa engap juga. Kebetulan juga hari itu keadaan sangat ramai pendaki. jadi ketika sudah mulai macet, kami selalu berhenti agar jalan di depan kami kosong lagi sambil menunggu teman kami yang baru pertama naik gunung tadi. Kira-kira setengah tujuh malam kami tiba di pos 3 Cacingan.
Dari pos 3 sampai ke puncak sudah didominasi dengan tanjakan batu yang cukup terjal. Kanan dan kiri jalur sudah tidak ada pohon-pohon besar. Sudah malam pun pendakian masih tersendat karena banyaknya pendaki. Saat dalam pendakian ke puncak kami sempat berpapasan dengan ranger yang sedang mengevakuasi seorang pendaki yang pingsan di puncak. Akhirnya, setengah delapan malam kami tiba di puncak Gunung Prau dan langsung mencari spot untuk buka tenda.
Suasana di Puncak Gunung Prau malam itu sangat gaduh karena banyaknya orang yang mendaki hari itu. Suara teriakan pendaki-pendaki yang mencari teman-temannya, suara kelompok-kelompok yang asik bersenda gurau di tendanya tanpa memikirkan orang2 di sekitarnya, dan suara pndaki yang bernyanyi asal-asalan mengikuti alunan lagu Slank dan Iwan Fals dari handphone sangat mendominasi. Buat saya pribadi memang terasa seperti sedang berada di pasar atau terminal di Jakarta. Yang membdakan hanya tidur di tenda dan udaranya yang dingin. Suara-suara alam seperti suara jangkrik dan suara hembusan angin yang menyejukkan pikiran dan jiwa sama sekali tidak terdengar. Berbeda sekali dengan cerita-cerita yang digambarkan oleh teman-teman pendaki senior. Yah sudahlah, zaman sudah beruabh. Setelah tenda berdiri dan makan malam, kami memutuskan untuk tidur supaya besoknya bisa bangun pagi untuk meyaksikan golden sunrise dan negeri di atas awan.
Besok paginya kami bangun jam setengah 6 pagi dan langsung keluar tenda. Begitu keluar tenda, ternyata kabut sudah cukup tebal menyelimutu puncak Gunung Prau. Dan benar saja ternyata Golden Sunrise yang kami nantikan tidak terlihat. Gunung Merbabu dan Merapi juga tertutup awan. Kami kecewa juga karena kami tidak berhasil melihat Golden Sunrise pagi itu, tapi apa daya, alam berkehendak lain dan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah itu kami sarapan dan mulai beres-beres barang.
Packing selesai, setengah 10 kita turun. Dari puncak sampai pos 3 muacet..cet..cet..cet. Tapi dari pos 3 sampai ke basecamp lancar jaya. Sekali lagi kami jalan santai dan sempat mampir warung untuk makan gorengan. Jam 12 siang kami sampai Patak Banteng dan langsung menuju rumah teman kami untuk istirahat dan bersih-bersih. Ketika kami sampai basecamp sudah mulai gerimis dan sekitar jam 1 siang hujan deras. Ketika sedang berleha-leha, teman kami cerita tentang pendaki yang dievakuasi semalam. Katanya pendaki tersebut adalah anak muda yang sedang depresi lalu naik gunung dan sudah 4 hari di gunung tanpa logistik. Untung nyawanya masih bisa diselamatkan. Ada-ada saja kelakuan anak muda sekarang.
Setelah mandi, makan, dan beres-beres kami akhirnya pamit dengan keluarga teman kami untuk berangkat ke Stasiun Purwokerto. Nah ini masalah kedua muncul. Ternyata perhitungan waktu kami meleset. Tadinya kami ingin menuju ke Purwokerto menggunakan kendaraan umum, namun karena waktu sudah jam 3 sore sementara kereta kami berangkat jam 20.20, akhirnya kami memutuskan untuk sewa mobil dari Patak Bantng ke Stasiun Purwokerto. Buat kami harga sewanya cukup mahal, tetapi apa daya itulah resiko yang harus ditanggung.
Setelah setuju harga, kami pun menunggu mobilnya datang. Jam 4 sore kami berangkat dan kamipun lega. Tetapi ternyata san supir memutuskan untuk ganti mobil karena mobil yang pertama tidak bisa untuk dibawa ngebut. Akhrnya kami menunggu lagi supir mencari mobil pengganti. Jam 5 sore kami baru keluar dari Patak Banteng. Supir sudah berjanji bisa sampai Stasiun Purwokerto jam 8 malam. Dari Patak Banteng sampai Wnosobo kami melewati jalan desa karena jalan raya Dieang macet dan ditempuh dalam waktu 1 jam. Tinggal 2,5 jam dari wonosobo ke purwokerto sementara menurut google map waktu tempuh wonosobo-purwokerto 3 jam. Dari wonosobo supir mulai ngebut. Mungkin rata-rata kecepatannya 80 km/jam. Kami sudah pasrah saja sepanjang perjalanan, tidak bisa tidur karena cara mengemudi nya "kasar". Tapi dengan sedikit pengharapan, puji Tuhan kami bisa sampai di Stasiun Purwokerto pukul 20.20. Saat mau masuk parkiran, salah seorang dari kami keluar mobil dan bergegas ke lobi stasiun untuk mencetak tiket. Begitu kami semua sampai di lobi dan mnurunkan barang, barulah terdngar pengumuman bahwa kereta api kami tiba di Stasiun Purwokerto. Sungguh perjalanan yang menegangkan ketika kita berlomba dengan waktu. Nyaris saja kami ketinggalan kereta.
Terakhir, ketika kami mengaktifkan HP, barulah ada WA dari teman kami di Jakarta kalau siang tadi telah terjadi insiden sambaran petir di puncak Gunung Prau yang menewaskan 3 orang dan korban luka-luka sebanyak 8 orang. Yang membuat kami bertanya-tanya adalah saat sekitar jam 3-4 sore kami masih di Patak Banteng tidak terlihat kesibukan para ranger untuk mulai mengevakuasi mengingat menurut berita peristiwa terjadi pukul 14.30. Tetapi yang namanya musibah tidak ada yang bisa mengetahui kecuali Tuhan Sendiri. Kami hanya bisa berdoa agar keluarga korban meninggal diberikan kekuatan dan penghiburan dari Tuhan. Untuk teman-teman yang menderita luka bakar juga agar diberi kekuatan dan kesembuhan. Kiranya kita bisa memetik pelajaran untuk semakin mawas diri dan tidak sembarangan bertindak saat naik gunung.
Itulah sepenggal kisah perjalanan kami ke Gunung Prau, Dieng. Semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman semua. Mohon maaf apabila ada salah-salah ketik atau tulisan yang terlalu panjang. Masih penasaran dengan golden sunrise dan negeri di atas awannya. Jadi pasti akan balik lagi ke sini. Terima Kasih, God bless you guys.
Rekapitulasi biaya perjalanan
Tiket Ps. Senen - Semarang Poncol = Rp 120.000 (KA Tawang Jaya ber. 23.00)
Taxi online Poncol - Sukun (50.000/5) = Rp 10.000
Travel Semarang - Wonosobo = Rp 55.000
Bis Wonosobo - Dieng = Rp 20.000
Ijin pendakian = Rp 10.000
Mobil Dieng - Purwokerto = Rp 140.000
Tiket Purwokerto - Ps. Senen = Rp 104.000 (KA GBMS ber. 20.20)
Total = Rp 409.000
Salam Penulis
Melvin Johan Laluyan
Silakan login atau mendaftar untuk mengirim komentar
© backpackerindonesia.com
pd. 8 Juni 2017, 11.09
keren banget share pengalamannya gan
Balas Suka 0pd. 2 Mei 2017, 8.40
Ini di Gunung Prau gan, bukan di merbabu...
Kalau suhu, malam sampai pagi dingin gan, tetap sedia jaket juga... kalau pas nanjak atau turun banyak yang gak pake jaket karena gerah, suhu badan panas...
Balas Suka 0pd. 27 April 2017, 10.17
Sepertinya suhu di gunung merbabu tidak terlalu dingin ya, itu ada yang menggunakan kaos doank
Balas Suka 0